Shalat

Ketentuan Menyeka Air Setelah Wudlu dan Mandi

Ustadz apakah benar jangan menyeka air setelah wudlu dan mandi. Katanya ada keterangan dalilnya? 0821-1510-xxxx

Dalil yang anda maksud sepengetahuan kami adalah Nabi saw yang tidak menyeka tubuhnya selepas mandi junub padahal Maimunah ra, istrinya, sudah memberikannya kain handuk. Nabi saw kemudian mengeringkan tubuhnya dengan tangannya langsung. Dari hadits tersebut ada ulama yang menyatakan bahwa menyeka badan dengan kain handuk selepas mandi dan wudlu itu makruh, karena Nabi saw pun menolak sodoran kain handuk dari Maimunah ra. Yang dianjurkan adalah menyeka dengan tangan langsung sebagaimana halnya Nabi saw. Akan tetapi sebagian ulama lainnya menilai mubah saja menyeka dengan handuk tersebut, karena Nabi saw yang menyeka badannya dengan tangannya menunjukkan bahwa menyeka untuk mengeringkan badan dengan tangan atau dengan apapun itu hukumnya diperbolehkan/mubah.

Maimunah ra menjelaskan:

ثُمَّ أَتَيْتُهُ بِالْمِنْدِيلِ فَرَدَّهُ – أَنَّ النَّبِىَّ ﷺ أُتِىَ بِمِنْدِيلٍ فَلَمْ يَمَسَّهُ وَجَعَلَ يَقُولُ بِالْمَاءِ هَكَذَا يَعْنِى يَنْفُضُهُ

Kemudian aku memberinya kain handuk tetapi beliau menolaknya – Sungguh Nabi saw diberi kain handuk tetapi beliau tidak menyentuhnya, beliau lalu berbuat begini dengan air yakni mengeringkannya (dengan tangannya) (Shahih Muslim bab shifat ghuslil-janabah no. 748 dan 750).

Terkait hadits ini, Imam an-Nawawi menjelaskan:

فِيهِ اِسْتِحْبَاب تَرْكِ تَنْشِيف الْأَعْضَاء، وَقَدْ اِخْتَلَفَ عُلَمَاء أَصْحَابنَا فِي تَنْشِيف الْأَعْضَاء فِي الْوُضُوء وَالْغُسْل عَلَى خَمْسَة أَوْجُه: أَشْهَرهَا أَنَّ الْمُسْتَحَبّ تَرْكُهُ وَلَا يُقَال فِعْلُهُ مَكْرُوه. وَالثَّانِي أَنَّهُ مَكْرُوه. وَالثَّالِث أَنَّهُ مُبَاح يَسْتَوِي فِعْلُهُ وَتَرْكُهُ، وَهَذَا هُوَ الَّذِي نَخْتَارهُ فَإِنَّ الْمَنْع وَالِاسْتِحْبَاب يَحْتَاج إِلَى دَلِيل ظَاهِر. وَالرَّابِع: أَنَّهُ مُسْتَحَبّ لِمَا فِيهِ مِنْ الِاحْتِرَاز عَنْ الْأَوْسَاخ. وَالْخَامِس: يُكْرَه فِي الصَّيْف دُون الشِّتَاء

Keterangan ini menunjukkan anjuran tidak menyeka anggota badan. Para ulama madzhab kami berbeda pendapat dalam hal menyeka anggota badan setelah wudlu dan mandi ini dalam lima pendapat: (1) Yang paling masyhur dianjurkan tidak menyeka, tetapi tidak makruh jika menyekanya; (2) makruh menyekanya; (3) mubah, sama saja antara menyeka dan tidak. Dan ini yang kami pilih karena melarang dan menganjurkan memerlukan dalil yang jelas; (4) dianjurkan karena lebih membersihkan kotoran; (5) makruh di musim panas tetapi tidak makruh di musim dingin (Syarah an-Nawawi Shahih Muslim).

Meski Imam an-Nawawi memilih pendapat mubah; diseka pakai kain handuk atau tidak, kedua-duanya mubah saja, tetapi beliau tidak menutupi fakta bahwa yang paling masyhur adalah pendapat fiqih yang menyatakan sunat/dianjurkan tidak diseka dengan handuk, tetapi kalaupun diseka tidak menjadi makruh.

Pendapat mubah Imam an-Nawawi itu sendiri didasarkan pada pertimbangan fiqih sebagai berikut:

وَقَدْ اِحْتَجَّ بَعْض الْعُلَمَاء عَلَى إِبَاحَة التَّنْشِيف بِقَوْلِ مَيْمُونَة فِي هَذَا الْحَدِيث: وَجَعَلَ يَقُول بِالْمَاءِ هَكَذَا يَعْنِي يَنْفُضهُ. قَالَ: فَإِذَا كَانَ النَّفْض مُبَاحًا كَانَ التَّنْشِيف مِثْله أَوْ أَوْلَى لِاشْتِرَاكِهِمَا فِي إِزَالَة الْمَاء. وَاللَّهُ أَعْلَم

Sungguh sebagian ulama berhujjah atas bolehnya menyeka dengan perkataan Maimunah dalam hadits ini: “Beliau lalu berbuat begini dengan air yakni mengeringkannya (dengan tangannya).” Mereka berkata: Jika mengeringkan dengan tangan mubah, maka menyeka dengan kain seperti itu atau bahkan lebih baik karena sama-sama mengeringkan air. Wal-‘Llahu a’lam (Syarah an-Nawawi Shahih Muslim).

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button