Muslim kok Mudah Tersinggung

Seorang muslim itu pasti senantiasa menebar shadaqah senyuman dan menyayangi sesamanya. Meski diperlakukan tidak baik, selalu berusaha membalasnya dengan kebaikan. Jiwanya selalu siap ta’aruf; berkenalan dan berbaur dengan semua orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Bukannya belikan; mudah tersinggung, membenci, memusuhi, dan enggan berhubungan lagi. Celakanya, keluarga dan anak-anak sampai dibawa-bawa agar ikut bersikap belikan. Jadinya amar munkar nahyi ma’ruf. Akhlaq munafiq yang memang selalu ingin melihat sesama muslim bermusuhan.
Hamba-hamba yang penuh kasih sayang dan senantiasa disayangi oleh Allah swt disebut dengan panggilan ‘Ibadur-Rahman dalam al-Qur`an. Sifat mulia utama mereka disebutkan oleh Allah swt:
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا ٦٣
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil merendahkan mereka, mereka membalas dengan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (QS. al-Furqan [25] : 63).
Al-Hafizh Ibn Katsir menjelaskan dalam kitab tafsirnya:
وَقَوْلُهُ: {وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا} أَيْ: إِذَا سَفه عَلَيْهِمُ الْجُهَّالُ بِالسَّيِّئِ، لَمْ يُقَابِلُوهُمْ عَلَيْهِ بِمِثْلِهِ، بَلْ يَعْفُونَ وَيَصْفَحُونَ، وَلَا يَقُولُونَ إِلَّا خَيْرًا، كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لَا تَزِيدُهُ شِدَّةُ الْجَهْلِ عَلَيْهِ إِلَّا حِلْمًا، وَكَمَا قَالَ تَعَالَى: {وَإِذَا سَمِعُواْ ٱللَّغۡوَ أَعۡرَضُواْ عَنۡهُ وَقَالُواْ لَنَآ أَعۡمَٰلُنَا وَلَكُمۡ أَعۡمَٰلُكُمۡ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُمۡ لَا نَبۡتَغِي ٱلۡجَٰهِلِينَ} [الْقَصَصِ: 55]
Firman-Nya: “Apabila orang-orang jahil merendahkan mereka, mereka membalas dengan kata-kata (yang mengandung) keselamatan,” yaitu apabila orang-orang bodoh memperlakukan mereka semena-mena dengan buruk, mereka tidak membalasnya dengan keburukan lagi, tetapi malah memaafkan dan membiarkan, mereka tidak menjawabnya kecuali dengan kebaikan. Sebagaimana halnya Rasulullah saw ketika diperlakukan dengan sangat bodoh oleh orang lain tidak menambah apapun selain kelembutan. Sebagaimana firman Allah ta’ala: “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, semoga keselamatan atas dirimu, kami tidak akan terbawa orang-orang jahil (QS. al-Qashash [28] : 55).”
Dari ayat 55 surat al-Qashash di atas diketahui bahwa berkata “keselamatan” itu adalah dengan mendo’akan keselamatan atau membalas dengan salam. Bukan malah ikut terbawa untuk berkata dan bersikap kasar. Nabi saw menjelaskannya juga dalam hadits yang dikutip al-Hafizh Ibn Katsir sebagai berikut:
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ مُقَرِّنٍ الْمُزَنِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : وَسَبَّ رَجُلٌ رَجُلًا عِنْدَهُ، قَالَ: فَجَعَلَ الرَّجُلُ الْمَسْبُوبُ يَقُولُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : ” أَمَا إِنَّ مَلَكًا بَيْنَكُمَا يَذُبُّ عَنْكَ كُلَّمَا يَشْتُمُكَ هَذَا، قَالَ لَهُ: بَلْ أَنْتَ وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ، وَإِذَا قَالَ لَهُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ، قَالَ: لَا بَلْ لَكَ أَنْتَ، أَنْتَ أَحَقُّ بِهِ
Dari an-Nu’man ibn Muqarrin al-Muzanni, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Ada seseorang yang mencaci orang lain di sisi beliau. Tetapi orang yang dicaci itu malah berkata: “Semoga keselamatan tercurah untukmu.” Maka Rasulullah saw bersabda: “Sungguh seorang malaikat ada di antara kalian berdua dan membela kamu setiap kali orang itu menghinamu. Malaikat berkata kepadanya: “Tidak, melainkan kamu yang buruk, kamu lebih berhak dengan itu.” Dan ketika ia membalas dengan: “Semoga keselamatan tercurah untukmu,” malaikat itu berkata: “Tidak, melainkan untuk kamu keselamatan itu, kamu lebih berhak dengannya.” (Musnad Ahmad bab hadits an-Nu’man ibn Muqarrin no. 23745)
Tidak ada ruginya bagi ‘Ibadur-Rahman mendo’akan keselamatan bagi pencaci mereka karena do’a salam itu hakikatnya bukan untuk orang yang berbuat buruk kepadanya, melainkan untuk dirinya sendiri. Sebaliknya ketika dihina dan direndahkan orang lain, mereka menyadari sepenuhnya bahwa kehinaan itu akan kembali kepada yang mengatakannya. Malaikat menjamin hal tersebut.
Sikap membalas dengan kebaikan atas keburukan yang diterima dari orang lain merupakan sifat baku orang-orang shalih dan akan dibalas Allah swt dengan balasan berlipat:
… وَيَدۡرَءُونَ بِٱلۡحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عُقۡبَى ٱلدَّارِ ٢٢
… serta membalas kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik) (QS. ar-Ra’d [13] : 22).
أُوْلَٰٓئِكَ يُؤۡتَوۡنَ أَجۡرَهُم مَّرَّتَيۡنِ بِمَا صَبَرُواْ وَيَدۡرَءُونَ بِٱلۡحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٥٤
Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka membalas kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan, mereka nafkahkan (QS. al-Qashash [28] : 54).
ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ ٱلسَّيِّئَةَۚ نَحۡنُ أَعۡلَمُ بِمَا يَصِفُونَ ٩٦
Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan sikap yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan (QS. al-Mu`minun [23] 96).
وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ ٣٤
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan sikap yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS. Fushshilat [41] : 34)
Ayat terakhir di atas malah mengajarkan agar orang yang semula memusuhi harus menjadi teman dekat. Bukan sebaliknya, yang semula teman dekat malah menjadi dimusuhi.
Penekanan Allah swt dengan memberi sebutan ‘Ibadur-Rahman menunjukkan keterkaitan erat antara hamba yang disayangi Allah swt dengan sikap menyayangi sesamanya. Jika yang tertanam dalam diri selalu perasaan mudah tersinggung, membenci, dan memusuhi, maka bagaimana mungkin Allah swt akan sayang kepada orang tersebut.
مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
Siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi (Shahih al-Bukhari bab rahmatin-nas wal-baha`im no. 6013).
Maka setiap muslim yang selalu mengejar rahmat Allah swt pasti akan pantang dari sifat mudah tersinggung, membenci, dan memusuhi. Hidupnya akan selalu rukun dengan sesama, bukan malah renggang karena selalu melihat dengan kacamata yang memusuhi.
لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ
Janganlah kalian saling membenci, saling hasud, saling tidak menyapa, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim untuk sengaja menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari (Shahih al-Bukhari bab ma yunha ‘anit-tahasud no. 6065).
Kalaupun seseorang sudah tercipta dalam hatinya sifat benci dan susah berlepas diri dari itu, toleransinya hanya sebatas tiga hari. Selebihnya dari itu haram menjauhi saudara seagama. Ketaqwaan harus ditanamkan dalam hati untuk bisa mengatasi sifat mudah tersinggung ini.
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَا هُنَا. وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Seorang muslim itu saudara muslim lainnya, jangan pernah menganiayanya, menelantarkannya, dan menghinanya. Taqwa itu di sini—kata Abu Hurairah: Beliau sambil menunjuk dadanya tiga kali—Cukuplah seorang muslim merasa berdosa ketika menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram; darahnya, hartanya, dan kehormatannya (Shahih Muslim kitab al-birr was-shilah wal-adab bab tahrim zhulil-muslim no. 6706).
Sebagai sebuah kemunkaran yang nyata sikap saling memusuhi di antara sesama muslim ini harus dienyahkan oleh siapapun, bukan malah ikut berkomplot dengan kubu-kubu yang ada. Bahkan oleh keluarganya sekalipun yang pada umumnya memang selalu ikut dibawa-bawa dan terbawa suasana ikut saling memusuhi. Akhlaq munafiq seperti ini tidak sepatutnya hadir di tengah-tengah masyarakat yang berstatus muslim.
ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ بَعۡضُهُم مِّنۢ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡۚ نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمۡۚ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٦٧
Orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (bakhil dari kebaikan). Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang yang fasiq (QS. At-Taubah [9] : 67).