Balada Generasi Penunda Shalat

Generasi para Nabi dari mulai generasi Nabi Adam hingga Yahudi dan Kristen menjadi generasi sesat dan kafir berawal dari kebiasaan buruk suka menunda-nunda shalat dan memperturut syahwat. Generasi Nabi Muhammad ﷺ tidak akan jauh beda nasibnya jika selalu mengabaikan shalat dan kemudian memperturut nafsu syahwat. Gejalanya sudah tampak di hadapan mata; masjid-masjid hanya ramai Jum’atan saja. Anak-anak juga ramai bermain di waktu-waktu shalat, pertanda orangtua mereka mengabaikan shalat. Sementara kegiatan hiburan selalu ramai dan tidak pernah sepi dari peminat.

Krisis kesesatan sedang melanda umat Islam hari ini dalam berbagai aspek kehidupannya. Di wilayah keagamaan yang menjadi inti kehidupan umatnya saja sudah banyak para penyesat mengatasnamakan ilmu agama yang malah meliberalkan Islam atau mengajarkan Islam secara sekuler. Akibatnya banyak umat Islam yang beragama di satu waktu, tetapi di lain waktu beramal seperti orang-orang kafir. Jika dahulu perbuatan seperti itu tidak pernah ada yang membenarkannya, maka hari ini ada sekelompok yang dianggap ulama atau kyai dan para intelektual agama yang membenarkan model kesesatan tersebut.

Di dunia perdagangan, ekonomi, politik, sosial, dan budaya, orang yang menyebut-nyebut syari’at Islam, ekonomi Islam, politik Islam, dan budaya Islam hanya dianggap sebagai orang bodoh dan kolot. Islam menjadi sesuatu yang dijauhi bahkan diidentikkan dengan radikalisme dan terorisme. Sementara sekularisme Barat dan segenap ilmu turunannya yang diajarkan di bangku-bangku sekolah dan perguruan tinggi dianggap maju dan modern. Ini pun jelas kesesatan yang nyata.

Gaya hidup masyarakat yang bernafsu memperkaya diri sendiri sehingga menimbulkan kesenjangan sosial yang nyata antara si kaya dan si miskin serta langkanya budaya berderma dan berbagi dengan sesama sehingga mengikis jurang kesenjangan sosial, adalah kesesatan lain yang menyebar di tengah-tengah masyarakat hari ini.

Meningkatnya angka kriminalitas, penyimpangan seksual, korupsi, serta maraknya kemaksiatan, seakan-akan tidak pernah ditemukan penawarnya yang mujarab. Di satu sisi masyarakat sudah jengah dengan kriminalitas dan kemaksiatan, tetapi di sisi lain mereka kebingungan harus bagaimana mengatasinya. Tampak jelas kesesatan telah menyebar dengan merata.

Allah swt mengingatkan bahwa dahulu hancurnya generasi para Nabi disebabkan mereka menjadi generasi-generasi sesat. Pangkal penyebabnya terbiasa menunda-nunda shalat dan malah terjebak syahwat. Bukti shahihnya kaum Yahudi dan Kristen hari ini dimana mereka masih mengklaim sebagai umat Nabi Musa dan ‘Isa ‘alaihimas-salam tetapi nyatanya menjadi kaum yang kafir. Kewajiban shalat yang dibebankan kepada mereka diabaikan dan malah ditinggalkan sama sekali. Allah swt mengingatkan dalam al-Qur`an:

فَخَلَفَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ خَلۡفٌ أَضَاعُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُواْ ٱلشَّهَوَٰتِۖ فَسَوۡفَ يَلۡقَوۡنَ غَيًّا 

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (QS. Maryam [19] : 59).

Maksud dari “sesudah mereka” adalah sesudah para Nabi di setiap masanya, sebagaimana difirmankan Allah swt dalam ayat sebelumnya:

أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوحٖ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡرَٰٓءِيلَ وَمِمَّنۡ هَدَيۡنَا وَٱجۡتَبَيۡنَآۚ إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُ ٱلرَّحۡمَٰنِ خَرُّواْۤ سُجَّدٗاۤ وَبُكِيّٗا۩  ٥٨

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis (QS. Maryam [19] : 58).

Kewajiban shalat jelas disebutkan al-Qur`an sebagai syari’at yang diberlakukan juga untuk umat-umat sebelum Nabi Muhammad saw.

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ  ٥

Padahal mereka (Ahli Kitab) tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS. al-Bayyinah [98] : 5).

Ayat-ayat lainnya yang menyinggungnya juga adalah:

رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ  ٤٠

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku (QS. Ibrahim [14] : 40).

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيۡنَ مَا كُنتُ وَأَوۡصَٰنِي بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمۡتُ حَيّٗا  ٣١

(Nabi ‘Isa as berkata:) dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup (QS. Maryam [19] : 31).

وَكَانَ يَأۡمُرُ أَهۡلَهُۥ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِۦ مَرۡضِيّٗا  ٥٥

Dan ia (Isma’il as) menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya (QS. Maryam [19] : 55).

Akan tetapi syari’at yang penting ini diabaikan begitu saja oleh generasi para Nabi ‘alaihimus-salam. Akibatnya mereka terjebak pada syahwat dan berujung sesat.

Maka dari itu, al-Qur`an tidak tanggung-tanggung menyebutkan akhlaq orang-orang yang abai dari shalat sebagai orang-orang berkarakter munafiq. Di luarnya memperlihatkan Islam padahal di hatinya masih bersemayam kekufuran. Orang-orang Islam yang berperilaku sama dengan mereka berarti belum sepenuhnya memenuhi hati mereka dengan Islam, masih menyisakan kemunafiqan dalam hatinya, meski tidak sampai jatuh pada kafir atau keluar dari Islam. Hanya itu menjadi pertanda masih besarnya dosa yang hinggap dalam kehidupan mereka.

إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا  ١٤٢

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali (QS. An-Nisa` [4] : 142)

“Mengingat Allah sedikit sekali” itu yakni dengan masih mengamalkan shalatnya, tetapi diamalkan dengan malas, tidak ada gairah.

Dalam ayat lain Allah swt menyinggung:

وَمَا مَنَعَهُمۡ أَن تُقۡبَلَ مِنۡهُمۡ نَفَقَٰتُهُمۡ إِلَّآ أَنَّهُمۡ كَفَرُواْ بِٱللَّهِ وَبِرَسُولِهِۦ وَلَا يَأۡتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمۡ كُسَالَىٰ وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمۡ كَٰرِهُونَ  ٥٤

Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak mengerjakan shalat melainkan dengan malas, dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka melainkan dengan rasa enggan (QS. At-Taubah [9] : 54).

Shahabat Ibn Mas’ud pernah ditanya tentang ayat-ayat di atas, apa maksudnya? Shahabat Ibn Mas’ud menjawab:

عَلَى مَوَاقِيتِهَا. قَالُوا: مَا كُنَّا نَرَى ذَلِكَ إِلَّا عَلَى التَّرْكِ؟ قَالَ: ذَاكَ الكفر

“Orang yang lalai dalam hal waktunya.”Ketika dikonfirmasi bukankah yang dimaksud adalah meninggalkan shalat bukan lalai dari waktunya, Ibn Mas’ud menjawab: “Jika sudah meninggalkannya, berarti sudah kufur.” (Tafsir Ibn Katsir QS. Maryam [19] : 59).

Artinya ayat-ayat di atas ditujukan kepada siapa saja yang malas mengamalkan shalat di awal waktunya, bukan meninggalkan shalat sama sekali. Mereka masih mengamalkan shalat, tetapi malas. Jika sudah berani meninggalkan maka sudah bukan munafiq lagi melainkan kafir terang-terangan. Sabda Nabi saw menguatkan ayat-ayat di atas:

الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

Ikatan yang membedakan antara kita dan mereka adalah shalat. Siapa yang meninggalkannya, maka ia kafir. (Sunan at-Tirmidzi kitab al-iman bab ma ja`a fi tarkis-shalat no. 2830; Sunan an-Nasa`i kitab as-shalat bab al-hukmi fi tarikis-shalat no. 467; Sunan Ibn Majah kitab iqamah as-shalat was-sunnah bab ma ja`a fiman tarakas-shalat no. 1132).

إِنَّ أَثْقَلَ صَلاَةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلاَةُ الْعِشَاءِ وَصَلاَةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafiq adalah shalat ‘Isya dan Shubuh. Andai saja mereka tahu pahala yang ada pada keduanya pasti mereka datang (ke masjid) walau harus merangkak (Shahih Muslim kitab al-masajid bab fadlli shalatil-jama’ah no. 1514).

Ini harus menjadi peringatan bagi semua umat Islam. Kebobrokan akhlaq karena memperturutkan hawa nafsu pasti berawal dari menunda-nunda shalat dan mengabaikannya. Ujungnya hanya bermuara pada kesesatan. Na’udzu bil-‘Llah min dzalik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *