Qadla Shalat untuk Yang Bersih Haidl Akhir Siang atau Malam
Benarkah perempuan yang bersih haidl di akhir siang harus mengamalkan shalat zhuhur dan ashar dijama’? Demikian halnya jika bersih akhir malam wajib shalat maghrib dan isya dijama’? 0857-1866-xxxx
Terdapat ikhtilaf di kalangan para ulama antara yang menyatakan perempuan yang bersih di akhir siang hanya wajib shalat ashar saja karena waktu zhuhur sudah terlewat dan yang menyatakan wajib baginya shalat zhuhur dan ashar dijama’ karena bagi yang udzur seperti halnya safar kewajiban shalat siangnya zhuhur dan ashar. Seorang musafir yang bangun di waktu ashar dan belum shalat zhuhur maka baginya wajib shalat zhuhur dan ashar. Hal yang sama berlaku dalam hal perempuan yang bersih jam 10.00 malam antara yang mewajibkan shalat isya saja dan yang mewajibkan maghrib dan isya dijama’.
Imam an-Nawawi menjelaskan:
وأما الصلاة التى قبلها فينظر فيها فان كان ذلك في وقت الصبح أو الظهر أن المغرب لم يلزمه ما قبلها لان ذلك ليس بوقت لما قبلها وان كان ذلك في وقت العصر أو في وقت العشاء قال في الجديد يلزمه الظهر بما يلزم به العصر ويلزم المغرب بما يلزم به العشاء
Adapun shalat sebelumnya maka diperhatikan dahulu. Jika (bersihnya) di waktu shubuh atau zhuhur maka maghrib tidak mesti baginya karena (bersihnya) itu tidak termasuk pada waktu yang sebelumnya (meski hari dan tanggalnya sama—pen). Tetapi jika (bersihnya) itu pada waktu ashar atau isya, Imam as-Syafi’i berkata pada qaul jadid, wajib baginya zhuhur sebagaimana wajib ashar dan wajib baginya maghrib sebagaimana wajibnya isya (al-Majmu’ Syarhul-Muhadzdzab bab mawaqitis-shalat 3 : 64).
Syaikhul-Islam Ibn Taimiyyah menjelaskan:
وَلِهَذَا كَانَ عِنْدَ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ: كَمَالِكِ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَد إذَا طَهُرَتْ الْحَائِضُ فِي آخِرِ النَّهَارِ صَلَّتْ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا وَإِذَا طَهُرَتْ فِي آخِرِ اللَّيْلِ صَلَّتْ الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا كَمَا نُقِلَ ذَلِكَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ؛ لِأَنَّ الْوَقْتَ مُشْتَرِكٌ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي حَالِ الْعُذْرِ
Oleh sebab itu menurut jumhur ulama seperti Malik, as-Syafi’i, dan Ahmad, apabila perempuan haidl itu suci di akhir siang maka ia harus shalat zhuhur dan ‘ashar dijama’. Apabila suci di akhir malam maka ia harus shalat maghrib dan ‘isya dijama’. Sebagaimana dikutip pendapat ini dari ‘Abdurrahman ibn ‘Auf, Abu Hurairah, dan Ibn ‘Abbas. Alasannya karena waktu itu menyatu di antara dua shalat tersebut pada waktu udzur (Majmu’ al-Fatawa bab as-shalat li hurmatil-waqt 21 : 434).
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Syaikh al-‘Utsaimin. Dalam salah satu fatwanya beliau menyatakan bahwa jika perempuan bersih di waktu ashar yang wajib baginya hanya shalat ashar karena tidak ada dalil untuk mengamalkan shalat zhuhur yang sudah terlewat waktunya. Nabi saw sendiri bersabda:
وَمَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنْ الْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ العصر
Siapa yang masih sempat satu raka’at ashar sebelum terbenam matahari maka sungguh ia telah terkena kewajiban ashar (Shahih al-Bukhari bab man adraka minal-fajr rak’ah no. 579).
Seandainya wajib zhuhur, pasti Nabi saw menyebutkan wajib zhuhur (Su`al wa Jawab fi Ahkamil-Haidl soal no. 12).
Hemat kami sebagai ihtiyath dan wara’ (kehati-hatian tidak terjatuh pada yang haram) akan lebih selamat jika dipilih pendapat jumhur ulama yang menghitung waktu shalat siang dan malam sebagai satu kesatuan antara zhuhur-ashar dan maghrib-isya sebagaimana halnya ketika safar atau sebagaimana kebolehan jama’ ketika muqim sekalipun (https://attaubah-institute.com/menjama-shalat-ketika-tidak-safar/). Wal-‘Llahu a’lam.