‘Abdullah ibn Abi Quhafah ra atau yang dikenal dengan Abu Bakar ra adalah orang yang tidak pernah sungkan mengorbankan apa yang dimilikinya demi kepentingan Islam. Salah satu pengorbanan besarnya adalah mengerahkan tenaga, nyawa, keluarga, dan harta untuk menyukseskan hijrah Nabi Muhammad saw. Inilah di antara yang menjadikan beliau disepakati oleh umat Islam layak mendapatkan gelar ash-Shiddiq.
Shahabat al-Bara` ibn ‘Azib ra menceritakan cuplikan hijrah Nabi saw sebagaimana diriwayatkan Imam al-Bukhari dan Muslim sebagai berikut:
جَاءَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ إِلَى أَبِى فِى مَنْزِلِهِ فَاشْتَرَى مِنْهُ رَحْلاً فَقَالَ لِعَازِبٍ ابْعَثْ مَعِىَ ابْنَكَ يَحْمِلْهُ مَعِى إِلَى مَنْزِلِى فَقَالَ لِى أَبِى احْمِلْهُ فَحَمَلْتُهُ
Abu Bakar as-Shiddiq datang kepada ayahku (‘Azib) di rumahnya. Ia lalu membeli satu perbekalan dari ayahku. Ia berkata kepada ‘Azib: “Kirimkan putramu untuk membawakannya bersamaku ke rumahku.” Ayahku berkata kepadaku: “Bawalah itu.” Aku pun membawanya.
وَخَرَجَ أَبِى مَعَهُ يَنْتَقِدُ ثَمَنَهُ فَقَالَ لَهُ أَبِى يَا أَبَا بَكْرٍ حَدِّثْنِى كَيْفَ صَنَعْتُمَا لَيْلَةَ سَرَيْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ نَعَمْ أَسْرَيْنَا لَيْلَتَنَا كُلَّهَا حَتَّى قَامَ قَائِمُ الظَّهِيرَةِ وَخَلاَ الطَّرِيقُ فَلاَ يَمُرُّ فِيهِ أَحَدٌ حَتَّى رُفِعَتْ لَنَا صَخْرَةٌ طَوِيلَةٌ لَهَا ظِلٌّ لَمْ تَأْتِ عَلَيْهِ الشَّمْسُ بَعْدُ فَنَزَلْنَا عِنْدَهَا
Ayahku lalu keluar bersamanya untuk menerima pembayarannya. Ayahku lalu berkata kepadanya: “Wahai Abu Bakar, beritahukan kepadaku apa yang akan kalian lakukan pada malam kamu melakukan perjalanan bersama Rasulullah saw.” Ia menjawab: “Baik, kami akan melakukan perjalanan semalam suntuk sampai tegak matahari di tengah hari (esok harinya) dan jalanan kosong, tidak ada seorang pun yang lewat, dan sehinggga batu besar memiliki bayangan untuk berteduh dari sinar matahari, lalu kami akan singgah di sana.”
فَأَتَيْتُ الصَّخْرَةَ فَسَوَّيْتُ بِيَدِى مَكَانًا يَنَامُ فِيهِ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فِى ظِلِّهَا ثُمَّ بَسَطْتُ عَلَيْهِ فَرْوَةً ثُمَّ قُلْتُ نَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَنَا أَنْفُضُ لَكَ مَا حَوْلَكَ فَنَامَ
Abu Bakar berkata: Maka aku tiba di sebuah batu besar, lalu aku ratakan dengan tanganku tempat yang akan digunakan tidur oleh Nabi saw di balik bayangan teduhnya. Aku lalu hamparkan untuknya satu hamparan dan berkata: “Silahkan tidur wahai Rasulullah saw. Aku akan berjaga untukmu di sekelilingmu.” Beliau pun lalu tidur.
وَخَرَجْتُ أَنْفُضُ مَا حَوْلَهُ فَإِذَا أَنَا بِرَاعِى غَنَمٍ مُقْبِلٍ بِغَنَمِهِ إِلَى الصَّخْرَةِ يُرِيدُ مِنْهَا الَّذِى أَرَدْنَا فَلَقِيتُهُ فَقُلْتُ لِمَنْ أَنْتَ يَا غُلاَمُ فَقَالَ لِرَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قُلْتُ أَفِى غَنَمِكَ لَبَنٌ قَالَ نَعَمْ. قُلْتُ أَفَتَحْلُبُ لِى قَالَ نَعَمْ. فَأَخَذَ شَاةً فَقُلْتُ لَهُ انْفُضِ الضَّرْعَ مِنَ الشَّعَرِ وَالتُّرَابِ وَالْقَذَى قَالَ فَرَأَيْتُ الْبَرَاءَ يَضْرِبُ بِيَدِهِ عَلَى الأُخْرَى يَنْفُضُ فَحَلَبَ لِى فِى قَعْبٍ مَعَهُ كُثْبَةً مِنْ لَبَنٍ قَالَ وَمَعِى إِدَاوَةٌ أَرْتَوِى فِيهَا لِلنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم لِيَشْرَبَ مِنْهَا وَيَتَوَضَّأَ
Abu Bakar berkata: Aku lalu keluar berjaga di sekeliling beliau. Lalu ternyata aku melihat seorang penggembala kambing yang datang menuju batu kami dengan gembalaan kambingnya, hendak istirahat sebagaimana kami. Aku lalu menemuinya: “Kamu menggembala gembalaan siapa wahai anak muda?” Ia menjawab: “Milik seseorang dari penduduk kota (Makkah).” Aku bertanya: “Apakah dalam kambingmu ada susunya?” Ia menjawab: “Ya.” Aku bertanya: “Bisakah kamu memerah untukku?” Ia menjawab: “Bisa.” Ia lalu memilih seekor kambing. Aku berkata kepadanya: “Bersihkanlah teteknya dari rambut, tanah, dan kotoran.”—Abu Ishaq (rawi) berkata: Aku melihat al-Bara mempraktikkan dengan menepukkan tangannya yang sebelah pada yang sebelahnya lagi. Ia lalu memerah untukku ke dalam satu wadah yang terbuat dari kayu sebanyak satu perahan susu. Dan aku membawa satu wadah untuk menyimpan air khusus untuk digunakan Nabi saw minum dan berwudlu.
قَالَ فَأَتَيْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم وَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَهُ مِنْ نَوْمِهِ فَوَافَقْتُهُ اسْتَيْقَظَ فَصَبَبْتُ عَلَى اللَّبَنِ مِنَ الْمَاءِ حَتَّى بَرَدَ أَسْفَلُهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ اشْرَبْ مِنْ هَذَا اللَّبَنِ قَالَ فَشَرِبَ حَتَّى رَضِيتُ
Abu Bakar berkata: Aku datang menemui Nabi saw dan enggan membangunkannya dari tidur. Sampai kemudian aku melihat beliau bangun, lalu aku tuangkan pada susu kambing itu air sehingga bagian bawahnya menjadi dingin. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, silahkan minum air susu ini.” Beliau lalu minum sampai aku lihat beliau puas.
ثُمَّ قَالَ أَلَمْ يَأْنِ لِلرَّحِيلِ. قُلْتُ بَلَى. قَالَ فَارْتَحَلْنَا بَعْدَ مَا زَالَتِ الشَّمْسُ وَاتَّبَعَنَا سُرَاقَةُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ وَنَحْنُ فِى جَلَدٍ مِنَ الأَرْضِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ أُتِينَا فَقَالَ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا.
Kemudian beliau bertanya: “Sudah saatnyakah kita berangkat lagi?” Aku jawab: “Baik.” Kami lalu pergi setelah matahari tergelincir. Ternyata kemudian Suraqah ibn Malik mengikuti kami dan saat itu kami sedang ada di dataran yang tandus dan keras. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, kita ternyata diikuti.” Beliau menjawab: “Kamu jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (diabadikan dalam QS. at-Taubah [9] : 40—pen)
فَدَعَا عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَارْتَطَمَتْ فَرَسُهُ إِلَى بَطْنِهَا أُرَى فَقَالَ إِنِّى قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكُمَا قَدْ دَعَوْتُمَا عَلَىَّ فَادْعُوَا لِى فَاللَّهُ لَكُمَا أَنْ أَرُدَّ عَنْكُمَا الطَّلَبَ. فَدَعَا اللَّهَ فَنَجَى فَرَجَعَ لاَ يَلْقَى أَحَدًا إِلاَّ قَالَ قَدْ كَفَيْتُكُمْ مَا هَا هُنَا فَلاَ يَلْقَى أَحَدًا إِلاَّ رَدَّهُ قَالَ وَوَفَى لَنَا
Lalu Rasulullah saw mendo’akan celaka untuknya. Maka kudanya terperosok sampai perutnya yang aku lihat. Ia berkata: “Sungguh aku tahu kalian mendo’akan celaka untukku. Mohon do’akanlah keselamatan untukku. Demi Allah, untuk kalian, aku akan menghalau orang lain yang mencari kalian.” Nabi saw kemudian berdo’a kepada Allah dan ia pun selamat. Ia lalu pulang dan tidak bertemu seorang pun melainkan berkata: “Sungguh aku sudah cukup bagi kalian. Tidak ada siapa pun di sana.” Maka ia tidak bertemu seorang pun melainkan menyuruhnya kembali. Ia memenuhi janjinya kepada kami (Shahih Muslim bab fi haditsil-hijrah no. 7706; Shahih al-Bukhari bab manaqibil-muhajirin wa fadlihim minhum Abu Bakr no. 3652).
Apa yang diceritakan al-Bara ra di atas jelas menggambarkan pengorbanan Abu Bakar ra yang menjadi panitia hijrah Nabi saw sendirian, mulai dari membeli perbekalan dan kendaraan hijrah memakai uangnya sendiri, membawa wadah air khusus untuk minum dan wudlu Nabi saw, mengawal beliau selama perjalanan, mempersiapkan tempat istirahat Nabi saw, mencarikan air susu dan menjaminnya harus steril, menjamin Nabi saw istirahat dengan cukup meski harus mengorbankan diri sendiri yang tidak tidur.
Tidak hanya itu, berdasarkan riwayat yang dikutip dalam kitab-kitab sirah Nabawiyyah diketahui bahwa Abu Bakar ra juga menugaskan putra dan putrinya, ‘Abdullah dan Asma`, untuk menyiapkan dan mengirimkan perbekalan dan informasi perkembangan pencarian kaum kafir Quraisy ketika Rasul saw dan Abu Bakar ra bersembunyi di Gua Tsur. Ini berarti, Abu Bakar ra juga mengerahkan putra putrinya untuk ikut berkorban membela Rasulullah saw.
Setiap muslim yang mengaku beriman dituntut Allah swt untuk membuktikan kebenaran pengakuannya (QS. al-‘Ankabut [29] : 2-3). Salah satu pembuktian kebenaran itu adalah meneladani pengorbanan kaum Muhajirin, di antaranya Abu Bakar ra (QS. al-Hasyr [59] : 8). Maka selama diri ini masih pikir-pikir untuk mengorbankan tenaga, waktu, harta, nyawa, dan keluarga di jalan Allah swt sepantasnya jangan dulu merasa bahwa keimanan sudah teruji kebenarannya.