Berobat Tidak Tawakkal?

Bismillah, dalam bulletin at-Taubah edisi “Tawakkal Parpurna” dibahas bahwa orang yang tawakkal paripurna itu tidak berobat. Apakah itu artinya orang yang berobat tidak tawakkal? 08193246xxxx
Tawakkal itu ukurannya bukan berobat, tetapi hati yang pasrah sepenuhnya terhadap kemahabijaksanaan Allah swt. Orang yang berobat bisa tawakkal, bisa juga tidak. Demikian juga, orang yang tidak berobat bisa dikategorikan tawakkal, bisa juga tidak. Orang yang berobat jika ia yakin bahwa penyakit dari Allah swt dan bahwasanya yang bisa menyembuhkan hanya Allah swt, sementara ia berobat hanya sebuah upaya mencari kesembuhan yang dibolehkan syari’at, maka jelas orang seperti ini bertawakkal. Tetapi jika ia berobat dengan meyakini bahwa penyakit tersebut hanya disebabkan virus ini dan itu, dan yang bisa menyembuhkannya hanya obat ini dan itu, tidak ada yang lain; bahkan ia siap menempuh cara yang haram seperti asuransi kesehatan, misalnya; tidak ada sama sekali hati yang pasrah pada taqdir Allah swt, maka orang yang berobat seperti ini jelas tidak tawakkal.
Demikian halnya orang yang tidak berobat karena stress, bosan hidup, dan ingin segera mati, ia berarti tidak tawakkal kepada Allah swt. Orang yang tidak berobat karena tawakkal itu adalah orang yang menyadari bahwa penyakit dari Allah swt untuk menguji apakah ia akan sabar atau tidak. Ia sadar penyakit itu akan menjadi kifarat dosa baginya. Semakin lama sakit dan semakin sabar, maka semakin besar pula ampunan dosa baginya. Ia juga yakin bahwa yang menyembuhkan hanya Allah swt. Jika Allah swt berkehendak, Dia akan menyembuhkan. Jika Allah swt belum berkehendak, maka Dia belum akan menyembuhkan. Dia mengikuti taqdir apa adanya dengan penuh kesabaran dan ketaqwaan. Orang yang seperti ini yang dikategorikan tawakkkal.
Tawakkal dengan tidak berobat sebatas diperbolehkan. Tidak diwajibkan atau disunnahkan, sebab Nabi saw tidak memerintah. Nabi saw sendiri meruqyah dan meng-kay orang lain. Jika wajib atau sunnah, Nabi saw pasti akan selalu menganjurkan setiap orang yang sakit untuk tidak berobat. Tetapi itu tidak terjadi. Jadi sebatas mubah tawakkal tanpa menempuh berobat itu. Hanya memang ada keistimewaan tersendiri yang diberikan kepada mereka, saking langkanya. Dari satu miliar orang, belum tentu ada satu orang yang tidak berobat atas sakitnya saking tawakkal kepada Allah swt. Susah sekali ditemukan orang seperti ini. Selevel ustadz atau kyai pun belum tentu mampu. Maka dari itu jumlah orang-orang seperti ini pun Nabi saw sebutkan hanya sedikit, 70.000 orang.
Nabi Ayyub as adalah salah satunya—di samping Nabi Muhammad saw—sebab beliau memilih jalan bersabar tanpa berobat selama 18 tahun, sampai kemudian disembuhkan oleh Allah swt (Tafsir Ibn Katsir). Atau termasuk di antaranya shahabat Ubay ibn Ka’ab yang berdo’a di hadapan Nabi saw agar dirinya senantiasa terkena sakit sampai meninggalnya, tetapi sakit yang tidak menyebabkannya tidak bisa haji, ‘umrah, jihad fi sabilillah dan shalat wajib berjama’ah di masjid. Setelah itu, tidak ada seorang pun yang menemui Ubay kecuali ia sedang dalam keadaan demam tinggi, sampai meninggalnya (Musnad Ahmad no. 11199; Shahih Ibn Hibban kitab al-jana`iz bab ma ja`a fis-shabr no. 2928. Dinilai shahih oleh Ibn Hibban dan Syu’aib al-Arnauth dalam takhrij Shahih Ibn Hibban. Demikian juga oleh Ahmad Syakir dalam ‘Umdatut-Tafsir ‘anil-Hafizh Ibn Katsir). Wal-‘Llahu a’lam.