Syajarah Thayyibah karena Kalimah Thayyibah

Seorang muslim yang diibaratkan Nabi ﷺ seperti pohon kurma karena selalu berkah sepanjang hidup bahkan sampai sesudah matinya disebutkan dalam al-Qur`an sebagai perumpamaan dari kalimah thayyibah (kalimat yang baik). Allah سبحانه وتعالى menyebutkannya juga sebagai al-qauluts-tsabit (perkataan yang teguh) bagi seorang mukmin baik selama hidup di dunia dan bahkan sampai kehidupan nanti di akhirat.
Imam Ibn Hibban (w. 354 H) dalam kitab Shahih Ibn Hibban meriwayatkan hadits Ibn ‘Umar ra tentang tanya jawab Nabi saw dengan para shahabat mengenai pohon kurma dengan redaksi yang sedikit berbeda:
مَنْ يُخْبِرُنِي عَنْ شَجَرَةٍ مَثَلُهَا مَثَلُ الْمُؤْمِنِ، أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا؟ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِيَ النَّخْلَةُ فَمَنَعَنِي مَكَانُ أَبِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : هِيَ النَّخْلَةُ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِأَبِي فَقَالَ: لَوْ قُلْتَهَا كَانَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ كَذَا وَكَذَا، أَحْسَبُهُ قَالَ: حُمْرِ النَّعَمِ
“Siapa yang bisa memberi tahu kepadaku satu pohon yang seperti seorang mukmin, akarnya kuat dan rantingnya menjulang ke langit, serta berbuah sepanjang waktunya dengan seizin Rabnya?” ‘Abdullah ibn ‘Umar berkata: “Aku ingin menjawab itu pohon kurma tetapi segan oleh kedudukan ayahku (yang juga ada di sana tapi tidak menjawab).” Rasulullah saw bersabda: “Itu adalah pohon kurma.” Ibn ‘Umar berkata: “Aku menceritakan hal itu kepada ayahku, lalu ia berkata: ‘Seandainya kamu menjawabnya tentu lebih aku sukai daripada ini dan ini’, aku meyakininya ia berkata: unta merah.” (Shahih Ibn Hibban bab dzikrul-ikhbar ‘amma yusybihul-muslimin minal-asyjar no. 243)
Sifat pohon yang dijadikan perumpamaan seorang mukmin dan disebutkan Nabi saw di atas pastinya mengutip dari firman Allah swt dalam al-Qur`an:
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ ٢٤ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ … ٢٥
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya (QS. Ibrahim [14] : 24-25).
Maka dari itu al-Hafizh Ibn Hajar menjelaskan:
وَيُجْمَع بَيْن هَذَا وَبَيْن مَا تَقَدَّمَ أَنَّهُ ﷺ أُتِيَ بِالْجُمَّارِ فَشَرَعَ فِي أَكْله تَالِيًا لِلْآيَةِ قَائِلًا : إِنَّ مِنْ الشَّجَر شَجَرَة إِلَى آخِره
“Dihimpunkan antara riwayat ini dengan riwayat sebelumnya bahwa Nabi saw diberi jummar (inti batang pohon kurma) lalu beliau mulai memakannya sambil membaca ayat di atas, lantas bertanya: “Sungguh di antara pepohonan ada satu pohon…dan seterusnya sampai akhir.” (Fathul-Bari bab qaulil-muhaddits haddatsana wa akhbarana).
Letak persamaan seorang mukmin dengan pohon kurma dijelaskan oleh para ulama sebagai berikut:
قَالَ الْقُرْطُبِيّ: فَوَقَعَ التَّشْبِيه بَيْنهمَا مِنْ جِهَة أَنَّ أَصْل دِين الْمُسْلِم ثَابِت، وَأَنَّ مَا يَصْدُر عَنْهُ مِنْ الْعُلُوم وَالْخَيْر قُوت لِلْأَرْوَاحِ مُسْتَطَاب، وَأَنَّهُ لَا يَزَال مَسْتُورًا بِدِينِهِ، وَأَنَّهُ يُنْتَفَع بِكُلِّ مَا يَصْدُر عَنْهُ حَيًّا وَمَيِّتًا، اِنْتَهَى.
Al-Qurthubi menjelaskan: “Letak persamaan antara keduanya dari aspek dasar agama seorang muslim itu kokoh, dan yang tampak darinya berupa ilmu dan kebaikan menjadi makanan pokok yang bergizi untuk ruh. Seorang muslim tersebut akan senantiasa terlindungi dengan agamanya, dan semua yang keluar darinya akan bermanfaat baik ketika hidup atau mati.” Demikian. (Fathul-Bari bab qaulil-muhaddits haddatsana wa akhbarana).
وَقَالَ غَيْره: وَالْمُرَاد بِكَوْنِ فَرْع الْمُؤْمِن فِي السَّمَاء رَفْع عَمَله وَقَبُوله
Ulama lainnya menjelaskan: “Maksud dari cabang seorang mukmin di langit adalah terangkat amalnya dan dikabul.” (Fathul-Bari bab qaulil-muhaddits haddatsana wa akhbarana).
Penjelasan ini sama dengan firman Allah swt:
إِلَيۡهِ يَصۡعَدُ ٱلۡكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ وَٱلۡعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرۡفَعُهُۥۚ … ١٠
Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shaleh dinaikkan-Nya (QS. Fathir [35] : 10).
وَرَوَى الْبَزَّار أَيْضًا مِنْ طَرِيق سُفْيَان بْن حُسَيْن عَنْ أَبِي بِشْر عَنْ مُجَاهِد عَنْ اِبْن عُمَر قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّه ﷺ : “مِثْل الْمُؤْمِن مِثْل النَّخْلَة مَا أَتَاك مِنْهَا نَفَعَك”. هَكَذَا أَوْرَدَهُ مُخْتَصَرًا وَإِسْنَاده صَحِيح، وَقَدْ أَفْصَحَ بِالْمَقْصُودِ بِأَوْجَز عِبَارَة
Al-Bazzar meriwayatkan juga dari jalan Sufyan ibn Husain dari Abi Bisyr dari Mujahid dari Ibn ‘Umar, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin itu seperti pohon kurma. Apa saja yang datang kepadamu darinya pasti bermanfaat untukmu.” Demikianlah ia menyajikannya dengan ringkas dan sanadnya shahih. Sungguh Nabi saw telah fasih menjelaskan maksud dengan ungkapan yang paling ringkas. (Fathul-Bari bab qaulil-muhaddits haddatsana wa akhbarana).
Al-Hafizh Ibn Hajar memberikan tambahan penjelasan lagi:
وَبَرَكَة النَّخْلَة مَوْجُودَة فِي جَمِيع أَجْزَائِهَا، مُسْتَمِرَّة فِي جَمِيع أَحْوَالهَا، فَمِنْ حِين تَطْلُع إِلَى أَنْ تَيْبَس تُؤْكَل أَنْوَاعًا، ثُمَّ بَعْد ذَلِكَ يُنْتَفَع بِجَمِيعِ أَجْزَائِهَا، حَتَّى النَّوَى فِي عَلْف الدَّوَابّ وَاللِّيف فِي الْحِبَال وَغَيْر ذَلِكَ مِمَّا لَا يَخْفَى، وَكَذَلِكَ بَرَكَة الْمُسْلِم عَامَّة فِي جَمِيع الْأَحْوَال وَنَفْعه مُسْتَمِرّ لَهُ وَلِغَيْرِهِ حَتَّى بَعْد مَوْته
Berkah pohon kurma terdapat dalam semua bagiannya dan terus ada di setiap waktunya. Dari sejak muncul tunas hingga mengering bisa dimakan dalam berbagai jenis makanan. Sesudah itu bisa dimanfaatkan semua bagiannya, sampai biji yang digunakan pakan ternak, sabut tali, dan lainnya yang tidak asing lagi. Demikian halnya barakah seorang muslim luas dalam setiap waktunya dan kemanfaatannya akan terus ada baginya dan bagi orang lain sampai sesudah kematiannya sekalipun (Fathul-Bari bab qaulil-muhaddits haddatsana wa akhbarana).
Status muslim yang seperti syajarah thayyibah sebagaimana dijelaskan para ulama di atas tidak lepas dari kalimah thayyibah yang hidup dalam kehidupannya sebagaimana disinggung Allah swt dalam QS. Ibrahim [14] : 24 di atas. Kalimah thayyibah itu menjadi al-qauluts-tsabit (ucapan yang teguh) dalam kehidupannya di dunia dan akhirat, sebagaimana difirmankan Allah swt dalam ayat berikutnya:
يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ ٢٧
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan “ucapan yang teguh” itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki (QS. Ibrahim [14] : 27).
Sebagaimana dijelaskan oleh para ulama tafsir, kalimah thayyibah itu adalah la ilaha illal-‘Llah yang tercermin dalam amal shalih. Kalimat itu begitu teguh dalam hatinya sehingga tercermin dalam amalnya. Imam as-Sa’di menjelaskan:
أَصْلُهَا ثَابِتٌ فِي قَلْبِ الْمُؤْمِنِ، عِلْمًا وَاعْتِقَادًا. وَفَرْعُهَا مِنَ الْكَلِمِ الطَّيِّبِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ وَالْأَخْلَاقِ الْمَرْضِيَّةِ وَالْآدَابِ الْحَسَنَةِ فِي السَّمَاءِ دَائِمًا يَصْعَدُ إِلَى اللهِ مِنْهُ مِنَ الْأَعْمَالِ وَالْأَقْوَالِ
Akarnya kuat dalam hati seorang mukmin sebagai ilmu dan aqidah. Cabangnya berupa ucapan-ucapan yang baik (lafazh dzikir/ucapan yang santun), amal shalih, akhlaq yang diridlai, adab yang baik, ada di langit karena selamanya naik kepada Allah baik itu yang berupa perbuatan atau perkataan.
فَيُثَبِّتُهُمُ اللهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا عِنْدَ وُرُوْدِ الشُّبُهَاتِ بِالْهِدَايَةِ إِلَى الْيَقِيْنِ، وَعِنْدَ عُرُوْضِ الشَّهَوَاتِ بِالْإِرَادَةِ الْجَازِمَةِ عَلَى تَقْدِيْمِ مَا يُحِبُّهُ اللهُ عَلَى هَوَى النَّفْسِ وَمُرَادَاتِهَا. وَفِي الْآخِرَةِ عِنْدَ الْمَوْتِ بِالثَّبَاتِ عَلَى الدِّيْنِ الْإِسْلاَمِي وَالْخَاتِمَةِ الْحَسَنَةِ، وَفِي الْقَبْرِ عِنْدَ سُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ، لِلْجَوَابِ الصَّحِيْحِ
Maka Allah akan menguatkan mereka dalam kehidupan dunia; ketika datang syubhat akan diberi hidayah pada yakin dan ketika dihadang syahwat akan dikuatkan dengan keinginan teguh untuk mendahulukan apa yang Allah cintai dengan mengorbankan hawa nafsu dan dorongannya. Sementara di akhirat; ketika mati akan dikuatkan dalam agama Islam dan husnul-khatimah dan di alam kubur ketika ditanya oleh dua malaikat dikuatkan dengan jawaban yang benar (Tafsir as-Sa’di surat Ibrahim [14] : 24-27)
Inilah profil mukmin yang seperti pohon kurma karena selalu teguh dengan kalimah thayyibah sepanjang hidupnya bahkan sampai matinya. Wal-‘Llahul-Musta’an.