Standar Makmum Mengikuti Imam dalam Shalat Berjama’ah

Ustadz mohon dijelaskan standar makmum mengikuti imam dalam shalat berjama’ah bagaimana? Apakah ketika imam mulai takbir makmum harus langsung mengikuti imam, atau menunggu dahulu imam tuntas takbir, atau menunggu imam selesai gerakan shalat, atau ada jeda sesudah imam selesai dari gerakan shalatnya? 0898-7118-xxxx

Imam Muslim menuliskan satu tarjamah khusus dalam kitab Shahih Muslim sebagai berikut:

باب مُتَابَعَةِ الإِمَامِ وَالْعَمَلِ بَعْدَهُ

Bab: Mengikuti Imam dan Bergerak Sesudahnya.

Maksudnya makmum harus mengikuti imam dan gerakan shalat makmum harus setelah imam selesai gerakannya. Misalnya kalau sujud, sebelum imam selesai sujud yakni meletakkan wajahnya ke area sujud, maka makmum tidak boleh bergerak turun sujud. Baru setelah imam meletakkan kepalanya ke area sujud, makmum segera sujud. Hadits-hadits yang dijadikan hujjahnya adalah:

قَالَ الْبَرَاءُ : أَنَّهُمْ كَانُوا يُصَلُّونَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ لَمْ أَرَ أَحَدًا يَحْنِى ظَهْرَهُ حَتَّى يَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ r جَبْهَتَهُ عَلَى الأَرْضِ ثُمَّ يَخِرُّ مَنْ وَرَاءَهُ سُجَّدًا

Al-Bara (ibn ‘Azib) ra berkata: “Sungguh para shahabat ketika shalat di belakang Rasulullah saw, apabila beliau mengangkat kepalanya dari ruku’ (sesudah i’tidal), aku tidak melihat seorang pun membungkukkan punggungnya hingga Rasulullah saw meletakkan keningnya di atas lantai. Barulah (setelah itu) makmum di belakangnya turun sujud.” (Shahih Muslim bab mutaba’atil-imam wal-‘amal ba’dahu no. 1090)

Dalam sanad lain, al-Bara ra menjelaskan:

لَمْ نَزَلْ قِيَامًا حَتَّى نَرَاهُ قَدْ وَضَعَ وَجْهَهُ فِى الأَرْضِ ثُمَّ نَتَّبِعُهُ

“Kami terus berdiri hingga melihat beliau sungguh telah meletakkan keningnya di lantai, barulah kemudian kami mengikutinya.” (Shahih Muslim bab mutaba’atil-imam wal-‘amal ba’dahu no. 1092).

Hal yang sama dikemukakan juga oleh shahabat ‘Amr ibn Huraits ra:

وَكَانَ لاَ يَحْنِى رَجُلٌ مِنَّا ظَهْرَهُ حَتَّى يَسْتَتِمَّ سَاجِدًا

“Tidak ada seorang pun dari kami yang membungkukkan punggungnya hingga beliau sempurna sujud.” (Shahih Muslim bab mutaba’atil-imam wal-‘amal ba’dahu no. 1092)

Tentunya ini juga berlaku untuk gerakan shalat lainnya mulai dari takbiratul-ihram, ruku, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud, duduk tasyahhud, sampai salam. Sebelum imam selesai dari gerakan shalatnya makmum menahan diri dahulu. Setelah imam selesai gerakannya, baru makmum bergerak gerakan shalat yang sama.

Satu hal yang perlu diingat pula, sebagaimana dinyatakan Imam an-Nawawi, makmum selain tidak boleh mendahului dan membersamai gerakan shalat imam, mereka juga tidak boleh mengakhirkan diri dari gerakan imam, hingga ada jeda antara selesainya imam dengan mulainya makmum bergerak gerakan shalat.

قَوْله ﷺ: (فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا) فِيهِ أَمْر الْمَأْمُوم بِأَنْ يَكُون تَكْبِيره عَقِب تَكْبِير الْإِمَام، وَيَتَضَمَّن مَسْأَلَتَيْنِ إِحْدَاهُمَا أَنْ لَا يُكَبِّر قَبْله وَلَا مَعَهُ بَلْ بَعْده … وَالثَّانِيَة أَنَّهُ يُسْتَحَبّ كَوْن تَكْبِيرَة الْمَأْمُوم عَقِب تَكْبِيرَة الْإِمَام وَلَا يَتَأَخَّر

Sabda Nabi saw: “Apabila imam takbir maka takbirlah kalian” padanya perintah kepada makmum agar takbirnya setelah takbir imam. Mencakup dua masalah: Pertama, tidak boleh takbir sebelumnya dan tidak boleh pula bersamaan dengannya, tetapi harus sesudahnya… Kedua, dianjurkan takbir makmum itu langsung setelah takbir imam tidak boleh mengakhirkan (Syarah an-Nawawi Shahih Muslim bab at-tasyahhud fis-shalat).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *