
Abu Bakar as-Shiddiq ra yang dipercaya oleh Nabi ﷺ untuk menjadi imam shalat penggantinya di saat beliau sakit, menunjukkan bahwa ia memiliki keistimewaan dalam bacaan al-Qur`an. Jauh sebelum itu, tokoh-tokoh Quraisy sangat ketakutan dengan keistimewaan Abu Bakar ra ini. Mereka menilai bacaan al-Qur`an Abu Bakar ra sangat menyihir, terutama kepada kaum ibu-ibu dan anak-anak. Mereka pun sampai melarangnya untuk shalat dan mengaji lagi di Masjidil-Haram.
Kejadian persisnya beberapa saat sebelum Nabi saw dan Abu Bakar ra hijrah ke Madinah. Saat itu, mayoritas shahabat dari kalangan bawah dan hidupnya tertindas sudah berhijrah ke Habasyah pada tahun ke-5 dan ke-7 kenabian, dipimpin oleh Ja’far ibn Abi Thalib dan ‘Utsman ibn ‘Affan ra. Sementara sebagian kecil shahabat yang termasuk kalangan menengah atas seperti Abu Bakar dan ‘Umar ra, termasuk Nabi saw, mereka tidak mengalami penindasan yang sama dengan shahabat kalangan bawah, sehingga masih bisa hidup bertahan di Makkah. Teror yang didapati oleh Nabi saw dan shahabat yang masih bisa bertahan hanya teror lisan, tidak sampai teror fisik.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, teror kepada Nabi saw dan shahabat yang masih tinggal di Makkah pun meningkat. Abu Bakar ra di antaranya diteror untuk tidak datang lagi ke Masjidil-Haram untuk shalat dan mengaji di sana. Maka ia pun memutuskan untuk hijrah ke Habasyah menyusul shahabat lainnya yang sudah berhijrah ke sana lebih dahulu. ‘Aisyah ra putri Abu Bakar ra yang saat itu baru berusia sekitar 8 tahun menceritakannya dengan cukup detail.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ لَمْ أَعْقِلْ أَبَوَيَّ قَطُّ إِلَّا وَهُمَا يَدِينَانِ الدِّينَ وَلَمْ يَمُرَّ عَلَيْنَا يَوْمٌ إِلَّا يَأْتِينَا فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ طَرَفَيْ النَّهَارِ بُكْرَةً وَعَشِيَّةً
Dari ‘Aisyah ra ia berkata: Aku belum terlalu paham dengan kedua orang tuaku dengan baik, selain yang aku tahu mereka memeluk agama baru. Tidak ada satu hari pun yang berlalu melainkan Rasulullah saw datang bertamu kepada kami di dua ujung siang; pagi hari atau sore hari.
فَلَمَّا ابْتُلِيَ الْمُسْلِمُونَ خَرَجَ أَبُو بَكْرٍ مُهَاجِرًا نَحْوَ أَرْضِ الْحَبَشَةِ حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَرْكَ الْغِمَادِ لَقِيَهُ ابْنُ الدَّغِنَةِ وَهُوَ سَيِّدُ الْقَارَةِ فَقَالَ أَيْنَ تُرِيدُ يَا أَبَا بَكْرٍ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ أَخْرَجَنِي قَوْمِي فَأُرِيدُ أَنْ أَسِيحَ فِي الْأَرْضِ وَأَعْبُدَ رَبِّي قَالَ ابْنُ الدَّغِنَةِ فَإِنَّ مِثْلَكَ يَا أَبَا بَكْرٍ لَا يَخْرُجُ وَلَا يُخْرَجُ إِنَّكَ تَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ فَأَنَا لَكَ جَارٌ ارْجِعْ وَاعْبُدْ رَبَّكَ بِبَلَدِكَ
Ketika kaum muslimin ditindas, Abu Bakar pergi hijrah ke negeri Habasyah. Ketika sampai Barkal-Ghimad (perjalanan lima hari dari Makkah), ia bertemu Ibnud-Daghinah, pemimpin Qarah. Ia bertanya: “Anda mau ke mana Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab: “Kaumku mengusirku. Aku ingin berkelana di bumi agar bebas beribadah kepada Rabbku.” Ibnud-Daghinah berkata: “Orang seperti anda, Abu Bakar, jangan pergi dan tidak boleh diusir. Anda memberi pekerjaan kepada yang tidak punya, menyambung rahim, menanggung yang tidak mampu, menjamu tamu, dan menolong pembela kebenaran. Aku akan menjadi pelindung anda. Pulanglah dan beribadahlah kepada Rabb anda di negeri anda.”
فَرَجَعَ وَارْتَحَلَ مَعَهُ ابْنُ الدَّغِنَةِ فَطَافَ ابْنُ الدَّغِنَةِ عَشِيَّةً فِي أَشْرَافِ قُرَيْشٍ فَقَالَ لَهُمْ إِنَّ أَبَا بَكْرٍ لَا يَخْرُجُ مِثْلُهُ وَلَا يُخْرَجُ أَتُخْرِجُونَ رَجُلًا يَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَيَصِلُ الرَّحِمَ وَيَحْمِلُ الْكَلَّ وَيَقْرِي الضَّيْفَ وَيُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ فَلَمْ تُكَذِّبْ قُرَيْشٌ بِجِوَارِ ابْنِ الدَّغِنَةِ وَقَالُوا لِابْنِ الدَّغِنَةِ مُرْ أَبَا بَكْرٍ فَلْيَعْبُدْ رَبَّهُ فِي دَارِهِ فَلْيُصَلِّ فِيهَا وَلْيَقْرَأْ مَا شَاءَ وَلَا يُؤْذِينَا بِذَلِكَ وَلَا يَسْتَعْلِنْ بِهِ فَإِنَّا نَخْشَى أَنْ يَفْتِنَ نِسَاءَنَا وَأَبْنَاءَنَا فَقَالَ ذَلِكَ ابْنُ الدَّغِنَةِ لِأَبِي بَكْرٍ
Abu Bakar kemudian pulang bersama Ibnud-Daghinah. Sore harinya Ibnud-Daghinah berkeliling menemui tokoh-tokoh Quraisy dan berkata: “Sesungguhnya orang seperti Abu Bakar, jangan sampai pergi dan tidak boleh diusir. Apakah pantas anda-anda mengusir seseorang yang memberi pekerjaan kepada yang tidak punya, menyambung rahim, menanggung yang tidak mampu, menjamu tamu, dan menolong pembela kebenaran?” Quriasy tidak mengingkarinya berkat jaminan perlindungan Ibnud-Daghinah. Mereka berkata kepada Ibnud-Daghinah: “Suruhlah Abu Bakar beribadah kepada Rabbnya di rumahnya, shalat di sana, dan membaca al-Qur`an semau dia. Jangan mengganggu kami dengan itu semua. Jangan memperlihatkannya kepada masyarakat karena kami takut itu akan menyihir (arti asalnya menimbulkan fitnah/bahaya) istri-istri dan anak-anak kami.” Ibnud-Daghinah lalu mengatakan itu kepada Abu Bakar.
فَلَبِثَ أَبُو بَكْرٍ بِذَلِكَ يَعْبُدُ رَبَّهُ فِي دَارِهِ وَلَا يَسْتَعْلِنُ بِصَلَاتِهِ وَلَا يَقْرَأُ فِي غَيْرِ دَارِهِ ثُمَّ بَدَا لِأَبِي بَكْرٍ فَابْتَنَى مَسْجِدًا بِفِنَاءِ دَارِهِ وَكَانَ يُصَلِّي فِيهِ وَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ فَيَنْقَذِفُ عَلَيْهِ نِسَاءُ الْمُشْرِكِينَ وَأَبْنَاؤُهُمْ وَهُمْ يَعْجَبُونَ مِنْهُ وَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ رَجُلًا بَكَّاءً لَا يَمْلِكُ عَيْنَيْهِ إِذَا قَرَأَ الْقُرْآنَ
Abu Bakar pun menjalani ibadah di rumahnya, tidak memperlihatkan shalatnya, dan tidak membaca al-Qur`an selain di rumahnya. Tetapi kemudian Abu Bakar memilih membangun masjid di halaman rumahnya. Ia shalat di sana dan membaca al-Qur`an. Maka mengerumuninya ibu-ibu dan anak-anak musyrikin. Mereka kagum dan menyaksikannya. Abu Bakar adalah orang yang mudah menangis, ia tidak kuasa menahan air matanya apabila membaca al-Qur`an.
وَأَفْزَعَ ذَلِكَ أَشْرَافَ قُرَيْشٍ مِنْ الْمُشْرِكِينَ فَأَرْسَلُوا إِلَى ابْنِ الدَّغِنَةِ فَقَدِمَ عَلَيْهِمْ فَقَالُوا إِنَّا كُنَّا أَجَرْنَا أَبَا بَكْرٍ بِجِوَارِكَ عَلَى أَنْ يَعْبُدَ رَبَّهُ فِي دَارِهِ فَقَدْ جَاوَزَ ذَلِكَ فَابْتَنَى مَسْجِدًا بِفِنَاءِ دَارِهِ فَأَعْلَنَ بِالصَّلَاةِ وَالْقِرَاءَةِ فِيهِ وَإِنَّا قَدْ خَشِينَا أَنْ يَفْتِنَ نِسَاءَنَا وَأَبْنَاءَنَا فَانْهَهُ فَإِنْ أَحَبَّ أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى أَنْ يَعْبُدَ رَبَّهُ فِي دَارِهِ فَعَلَ وَإِنْ أَبَى إِلَّا أَنْ يُعْلِنَ بِذَلِكَ فَسَلْهُ أَنْ يَرُدَّ إِلَيْكَ ذِمَّتَكَ فَإِنَّا قَدْ كَرِهْنَا أَنْ نُخْفِرَكَ وَلَسْنَا مُقِرِّينَ لِأَبِي بَكْرٍ الِاسْتِعْلَانَ
Hal tersebut kemudian mengagetkan tokoh-tokoh Quraisy musyrik. Mereka memanggil Ibnud-Daghinah. Setelah datang mereka berkata kepadanya: “Kami memberi jaminan perlindungan kepada Abu Bakar karena jaminan anda untuk beribadah di rumahnya. Tetapi ia malah melanggar dan membangun masjid di halaman rumahnya. Memperlihatkan shalat dan bacaan al-Qur`annya. Kami takut itu menyihir istri-istri dan anak-anak kami. Laranglah ia. Jika ia mau, cukup ibadah di rumahnya, silahkan. Jika ia enggan dan bersikukuh ingin terang-terangan beribadah, mintalah kepadanya untuk mengembalikan jaminanmu. Kami tidak mau membatalkan perjanjianmu, tetapi kami tidak setuju dengan Abu Bakar yang terang-terangan.”
Setelah ditemui oleh Ibnud-Daghinah, Abu Bakar kemudian memberikan jawaban yang mantap:
فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ فَإِنِّي أَرُدُّ إِلَيْكَ جِوَارَكَ وَأَرْضَى بِجِوَارِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Abu Bakar menjawab: “Aku kembalikan kepadamu jaminan perlindunganmu, dan aku sudah merasa cukup dengan jaminan perlindungan Allah ‘azza wa jalla.” (Shahih al-Bukhari bab hijratin-Nabiy saw wa ashhabihi ilal-madinah no. 3905).
Lanjutan kisahnya Abu Bakar ra kemudian ditemui oleh Nabi saw dan memberitahukan kepadanya bahwa beliau sudah diizinkan untuk hijrah ke Madinah. Mereka berdua pun kemudian melakukan persiapan untuk hijrah ke Madinah.
Hadits di atas jelas memberitahukan keistimewaan bacaan al-Qur`an Abu Bakar ra sehingga mampu menyihir kaum ibu-ibu dan anak-anak yang hal itu sangat meresahkan tokoh-tokoh musyrik Quraisy. Di samping itu terlihat jelas keistimewaan Abu Bakar ra yang tidak hanya istimewa dalam bacaan al-Qur`annya saja tetapi juga dalam amal-amal sosialnya. Satu hal yang kaum Quraisy pun tidak menolaknya dan bahkan merasakan manfaatnya sehingga menjebak mereka dalam kebingungan untuk menentukan sikap terhadap Abu Bakar ra. Sebagaimana diakui Ibnud-Daghinah dan dibenarkan tokoh-tokoh Quraisy yang mereka semua masih musyrik, Abu Bakar ra dikenal dengan amal-amal mulia memberi pekerjaan kepada yang tidak punya, menyambung rahim, menanggung yang tidak mampu, menjamu tamu, dan menolong pembela kebenaran.
Dua keistimewaan ini merupakan senyawa yang tidak terpisahkan. Orang yang dekat dengan al-Qur`an pasti akan lembut hatinya dan menjadi aktivis sosial yang senang berderma dan membantu sesama. Hadits tadarus Nabi saw yang disampaikan Ibn ‘Abbas ra dan dikaitkan olehnya dengan kedermawanan Nabi saw yang semakin menjadi-jadi adalah salah satu buktinya. Bukti lainnya para pemuda penghafal dan penngkaji al-Qur`an yang disebut qurra`; di siang harinya mereka mencari air dan membawanya ke masjid untuk dipakai oleh masyarakat. Mereka juga mencari kayu bakar lalu mereka jual untuk dibelikan makanan yang kemudian diberikan kepada para penghuni shuffah (santri yang bermukim di pelataran masjid) dan kaum fuqara.
Sihir al-Qur`an yang menyentuh kaum ibu-ibu dan anak-anak dari kalangan musyrik disebabkan dua kelompok masyarakat tersebut relatif lebih lembut hatinya dan mudah terbuka dengan kebenaran. Berbeda halnya dengan kaum bapak-bapak yang umumnya tertutup dengan sifat sombong atau gengsi dalam hatinya. Fakta sejarah dakwah membuktikannya. Secara umum objek dakwah itu selalu bermula dari kaum ibu-ibu dan anak-anak, sebelum kemudian merambah kepada kaum bapak-bapaknya.
Apa yang disampaikan ‘Aisyah ra di atas juga sekaligus menjadi kritik untuk kaum bapak-bapak; kenapa selalu menjadi kelompok masyarakat yang paling susah tercerahkan oleh al-Qur`an? Mengapa selalu tertutup oleh rasa takabbur dan gengsi untuk menerima kesejukan al-Qur`an? Maha benar Allah swt yang telah mengingatkan umat-Nya dengan firman-Nya:
لَّن يَسۡتَنكِفَ ٱلۡمَسِيحُ أَن يَكُونَ عَبۡدٗا لِّلَّهِ وَلَا ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ ٱلۡمُقَرَّبُونَۚ وَمَن يَسۡتَنكِفۡ عَنۡ عِبَادَتِهِۦ وَيَسۡتَكۡبِرۡ فَسَيَحۡشُرُهُمۡ إِلَيۡهِ جَمِيعٗا ١٧٢ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَيُوَفِّيهِمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدُهُم مِّن فَضۡلِهِۦۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسۡتَنكَفُواْ وَٱسۡتَكۡبَرُواْ فَيُعَذِّبُهُمۡ عَذَابًا أَلِيمٗا وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيّٗا وَلَا نَصِيرٗا ١٧٣
Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan (gengsi) dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan (gengsi) dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah (QS. an-Nisa` [4] : 172-173).