Dzikir

Shalawatin Aja Dulu, Bagaimana Kedudukannya

Bismillah, sering mendengar orang-orang berkata: “Kalau memiliki keinginan, shalawatin aja dulu.” Apakah memang shalawat bisa menjadi wasilah diijabah keinginan? Apakah memang ada tuntunan haditsnya? 0896-8967-xxxx

Ungkapan “shalawatin aja dulu” tentunya terlalu menyederhanakan amalan, sebab shalawat yang diharapkan menjadi kunci diijabahnya segala keinginan harus dipanjatkan sebagaimana dituntunkan dalam adab syari’atnya. Shalawat sebagai bagian dari dzikir harus dipanjatkan dalam keadaan penuh takut dan merunduk, tidak mengeraskan suara, dan dengan menghadirkan hati (QS. Al-A’raf [7] : 205). Nabi saw juga pantang berdzikir dalam keadaan tidak suci (Sunan Abi Dawud bab a yuraddus-salam wa huwa yabulu no. 17). Maka dari itu beliau selalu menjaga kesucian karena sepanjang hidupnya selalu penuh dengan dzikir. Sebagai bagian dari dzikir, maka wajib ditunjang oleh amal-amal shalih, sebab kalim thayyib tidak akan naik kepada Allah swt jika tidak dinaikkan oleh amal shalih (QS. Fathir [35] : 10). Maka dari itu di antara dua perintah berdo’a dengan cara merendah diri dan takut, Allah swt kemudian menyisipkan larangan berbuat kerusakan di muka bumi (QS. al-A’raf [7] : 55-56).

Sabda Nabi saw yang menegaskan bahwa shalawat dapat menjadi do’a untuk semua keinginan juga momentumnya di sepertiga akhir malam. Artinya harus diperhatikan juga momentum bershalawat pada akhir malam tersebut. Shahabat Ubay ibn Ka’ab meriwayatkan:

كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللهَ جَاءَتِ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ، قَالَ أُبَيٌّ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلاَةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلاَتِي؟ فَقَالَ: مَا شِئْتَ. قَالَ: قُلْتُ: الرُّبُعَ، قَالَ: مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: النِّصْفَ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قَالَ: قُلْتُ: فَالثُّلُثَيْنِ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا قَالَ: إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ، وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ

Rasulullah saw apabila telah berlalu dua pertiga malam bangun dan berkata: “Hai manusia, berdzikirlah kalian kepada Allah, berdzikirlah kalian kepada Allah. Pasti datang tiupan pertama yang menghancurkan alam. Lalu mengikutinya tiupan kedua yang membangkitkan. Kematian dan semua yang ada padanya pasti datang. Kematian dan semua yang ada padanya pasti datang.” Ubay bertanya: “Wahai Rasulullah, saya ingin memperbanyak shalawat untukmu, berapa banyak aku harus bershalawat untukmu dari do’aku?” Beliau menjawab: “Terserah kamu.” Ubay bertanya: “¼ ?” Beliau menjawab: “Terserah kamu. Jika kamu tambah, itu baik untukmu.” Ubay bertanya: “Kalau ½?” Beliau menjawab: “Terserah kamu. Jika kamu tambah, itu baik untukmu.” Ubay bertanya lagi: “Kalau 2/3?” Beliau menjawab: “Terserah kamu. Jika kamu tambah, itu baik untukmu.” Ubay bertanya: “Kalau begitu aku jadikan do’aku semuanya untuk (bershalawat atas)-mu.” Beliau menjawab: “Jika demikian, pasti dicukupkan kebutuhanmu dan diampuni dosamu.” (Sunan at-Tirmidzi abwab shifatil-qiyamah war-riqaq bab ma ja`a fi shifat awanil-haudl no. 2457).

Dalam riwayat Ahmad, Nabi saw menjawab dengan sabdanya:

إِذَنْ يَكْفِيَكَ اللهُ مَا أَهَمَّكَ مِنْ دُنْيَاكَ وَآخِرَتِكَ

Jika demikian, Allah pasti mencukupkan untukmu apa yang jadi kebutuhanmu di dunia dan akhirat (Musnad Ahmad hadits at-Thufail ibn Ubay ibn Ka’ab ‘an abihi no. 21242).

Dalam hadits lain Nabi saw juga bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

Siapa yang shalawat untukku satu kali, maka Allah pasti memberikan shalawat (kesejahteraan dan keselamatan) untuknya 10 kali lipat (Shahih Muslim bab as-shalat ‘alan-Nabiy ba’dat-tasyahhud no. 939).

Wal-‘Llahu a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button