Ramadlan

Shalat Tarawih Bergantian Imam

Apakah dibenarkan shalat Tarawih diimami oleh dua imam atau lebih secara bergantian? Apakah ada dalil khusus yang secara spesifik membolehkannya? 0877-2202-xxxx

Benar tidaknya satu pengamalan shalat dasarnya adalah apakah rukun dan syaratnya terpenuhi atau tidak. Dalam kasus shalat Tarawih yang bergantian imamnya tidak ditemukan rukun dan syarat shalat yang tidak terpenuhi sehingga statusnya tentu sah. Maka dari itu praktik shalat Tarawih dengan dua imam misalnya biasa dilakukan di Masjidil-Haram dan Masjid Nabawi. Dari sejak pandemi Covid-19, shalat Tarawih di dua masjid mulia tersebut jumlahnya 13 raka’at dan dipimpin dua imam; imam pertama untuk enam raka’at pertama dan imam kedua untuk tujuh raka’at terakhir.

Praktik shalat Tarawih dengan dua imam pernah diamalkan juga oleh shahabat Thalq ibn ‘Ali ra. Ketika itu ia sudah shalat Tarawih plus witirnya di masjid dekat rumah putranya. Ketika pulang, ia mengimami lagi shalat Tarawih di masjid dekat tempat tinggalnya. Ketika masuk bagian witir, ia mundur dan digantikan oleh imam yang lain karena ia tidak mungkin shalat witir kembali mengingat Nabi saw melarang ada dua witir dalam satu malam.

عَنْ قَيْسِ بْنِ طَلْقٍ قَالَ زَارَنَا طَلْقُ بْنُ عَلِىٍّ فِى يَوْمٍ مِنْ رَمَضَانَ وَأَمْسَى عِنْدَنَا وَأَفْطَرَ ثُمَّ قَامَ بِنَا تِلْكَ اللَّيْلَةَ وَأَوْتَرَ بِنَا ثُمَّ انْحَدَرَ إِلَى مَسْجِدِهِ فَصَلَّى بِأَصْحَابِهِ حَتَّى إِذَا بَقِىَ الْوِتْرُ قَدَّمَ رَجُلاً فَقَالَ أَوْتِرْ بِأَصْحَابِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ

Dari Qais ibn Thalq, ia berkata: Thalq ibn ‘Ali berkunjung ke rumah kami pada satu hari di bulan Ramadlan. Beliau ada di tempat kami sampai sore hari dan berbuka. Kemudian beliau shalat malam (tarawih) mengimami kami pada malam tersebut dan shalat witir. Kemudian beliau pulang ke masjidnya, dan shalat malam (tarawih) lagi bersama jama’ahnya. Sampai ketika tinggal tersisa witirnya, beliau menyuruh seseorang untuk maju menjadi imam dan berkata: “Witirlah kamu bersama sahabat-sahabat kamu, karena sungguh aku mendengar Rasulullah saw bersabda: ‘Tidak boleh ada dua witir dalam satu malam.” (Sunan Abi Dawud bab fi naqdlil-witr no. 1441).

Di samping itu, pada zaman Nabi saw sendiri pernah terjadi pergantian imam bahkan di tengah-tengah shalat yang dilangsungkan tanpa menunggu salam terlebih dahulu. Pertama, ketika Nabi saw mendamaikan sengketa yang terjadi di Bani ‘Amr ibn ‘Auf sehingga beliau datang terlambat shalat berjama’ah, saat itu Abu Bakar ra yang menjadi imam shalat berjama’ah. Nabi saw kemudian datang masbuq dan menyelinap dari belakang shaf terus maju ke depan hingga berdiri di shaf paling depan di belakang imam. Para shahabat kemudian menepukkan tangannya agar Abu Bakar ra berpaling dan mengetahui bahwa Nabi saw sudah tiba sehingga ia harus mundur. Ketika Abu Bakar ra melirik ke belakang dan ternyata ada Nabi saw tetapi Nabi saw mengisyaratkan Abu Bakar untuk melanjutkan shalatnya, Abu Bakar ra tetap memilih mundur dan kemudian digantikan oleh Nabi saw. Sahl ibn Sa’ad ra menceritakan:

ثُمَّ اسْتَأْخَرَ أَبُو بَكْرٍ حَتَّى اسْتَوَى فِي الصَّفِّ وَتَقَدَّمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَصَلَّى فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ يَا أَبَا بَكْرٍ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَثْبُتَ إِذْ أَمَرْتُكَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ مَا كَانَ لِابْنِ أَبِي قُحَافَةَ أَنْ يُصَلِّيَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ

Kemudian Abu Bakar mundur sehingga berdiri di shaf pertama dan Rasulullah saw pun maju mengimami shalat. Setelah selesai beliau bertanya: “Hai Abu Bakar, apa yang menghalangimu untuk tetap menjadi imam ketika aku memerintahmu?” Abu Bakar menjawab: “Tidak layak bagi putra Abi Quhafah untuk shalat mengimami Rasulullah saw.” (Shahih al-Bukhari kitab al-adzan bab man dakhala li yaumman-nas no. 643)

Kedua, ketika Nabi saw sakit dan Abu Bakar menjadi imam shalat berjama’ah. Ketika merasa sehat, beliau masuk masjid dan duduk di samping Abu Bakar ra sebagai imam. Abu Bakar menjadi makmum Rasulullah saw, sekaligus imam pengganti bagi makmum lain di belakangnya. Jadi awalnya Abu Bakar ra sebagai imam, lalu digantikan oleh Nabi saw sebagai imam (Shahih al-Bukhari kitab al-adzan bab man qama ila janbil-imam li ‘illatin no. 642).

Wal-‘Llahu a’lam.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button