Perdebatan Malaikat di Langit
Malaikat berdebat di langit. Al-Qur`an menginformasikan bahwa perdebatan tersebut berakhir dengan sujud malaikat kepada Adam S. Sementara hadits menginformasikan perdebatan malaikat itu masih berlangsung sampai hari ini karena terus memperebutkan pencatatan amal-amal istimewa yang akan menghapus dosa dan meninggikan derajat.
Mengenai perdebatan malaikat tersebut, pernah dikonfirmasikan kepada Nabi saw. Beliau pun menjawabnya dengan ketidaktahuan beliau melainkan apa yang diwahyukan semata. Wahyu kemudian memberikan ilmu sebagaimana dicatat dalam QS. Shad berikut ini.
مَا كَانَ لِيَ مِنۡ عِلۡمِۢ بِٱلۡمَلَإِ ٱلۡأَعۡلَىٰٓ إِذۡ يَخۡتَصِمُونَ ٦٩ إِن يُوحَىٰٓ إِلَيَّ إِلَّآ أَنَّمَآ أَنَا۠ نَذِيرٞ مُّبِينٌ ٧٠ إِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي خَٰلِقُۢ بَشَرٗا مِّن طِينٖ ٧١ فَإِذَا سَوَّيۡتُهُۥ وَنَفَخۡتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُۥ سَٰجِدِينَ ٧٢ فَسَجَدَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ كُلُّهُمۡ أَجۡمَعُونَ ٧٣ إِلَّآ إِبۡلِيسَ ٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٧٤
“Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang al-mala’ul-a’la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan. Tidak diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata”. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”. Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir (QS. Shad [38] : 69-74).
Al-Hafzih Ibn Katsir menjelaskan:
وَأَمَّا الِاخْتِصَامُ الَّذِي فِي الْقُرْآنِ فَقَدْ فُسِّرَ بَعْدَ هَذَا وَهُوَ قَوْلُهُ تَعَالَى: {إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ
Adapun perdebatan yang disebutkan dalam al-Qur`an sungguh ditafsirkan sesudah ini yaitu firman-Nya ta’ala: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat…”
Al-Hafizh menjelaskan demikian, karena perdebatan malaikat sebagaimana disinggung dalam ayat di atas, disinggung juga oleh Nabi saw dalam hadits, tetapi materi perdebatannya berbeda. Perdebatan malaikat dalam hadits diriwayatkan oleh Mu’adz ibn Jabal dan Ibn ‘Abbas ra sebagai berikut:
احْتُبِسَ عَنَّا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ذَاتَ غَدَاةٍ مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى كِدْنَا نَتَرَاءَى عَيْنَ الشَّمْسِ، فَخَرَجَ سَرِيعًا فَثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ، فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَتَجَوَّزَ فِي صَلَاتِهِ، فَلَمَّا سَلَّمَ دَعَا بِصَوْتِهِ فَقَالَ لَنَا: «عَلَى مَصَافِّكُمْ كَمَا أَنْتُمْ» ثُمَّ انْفَتَلَ إِلَيْنَا فَقَالَ: “أَمَا إِنِّي سَأُحَدِّثُكُمْ مَا حَبَسَنِي عَنْكُمُ الغَدَاةَ أَنِّي قُمْتُ مِنَ اللَّيْلِ فَتَوَضَّأْتُ فَصَلَّيْتُ مَا قُدِّرَ لِي فَنَعَسْتُ فِي صَلَاتِي فَاسْتَثْقَلْتُ، فَإِذَا أَنَا بِرَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ قُلْتُ: لَبَّيْكَ رَبِّ، قَالَ: فِيمَ يَخْتَصِمُ المَلَأُ الأَعْلَى؟ قُلْتُ: لَا أَدْرِي رَبِّ، قَالَهَا ثَلَاثًا”
Rasulullah saw terlambat datang shalat shubuh pada satu pagi hingga hampir saja kami melihat matahari. Tiba-tiba beliau keluar bergegas, dikumandangkan iqamat, dan Rasulullah saw shalat dengan cepat. Setelah salam beliau menyeru dengan suaranya. Beliau bersabda kepada kami: “Kalian tetap di shaf kalian.” Kemudian beliau menghadap kepada kami dan bersabda: “Sungguh aku akan memberitahukan kepada kalian apa yang menghalangiku dari kalian pagi ini. Aku semalam bangun, lalu berwudlu dan shalat semampuku, lalu aku mengantuk dalam shalatku dan sampai nyenyak. Tiba-tiba aku sudah berada di hadapan Rabbku tabaraka wa ta’ala dalam bentuk yang paling baik. Dia berfirman: “Hai Muhammad.” Aku menjawab: “Labbaik Rabb.” Dia bertanya: “Dalam hal apa para malaikat di langit berdebat?” Aku menjawab: “Aku tidak tahu Rabb.” Dia mengulanginya sampai tiga kali.”
قَالَ: “فَرَأَيْتُهُ وَضَعَ كَفَّهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ أَنَامِلِهِ بَيْنَ ثَدْيَيَّ، فَتَجَلَّى لِي كُلُّ شَيْءٍ وَعَرَفْتُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، قُلْتُ: لَبَّيْكَ رَبِّ، قَالَ: فِيمَ يَخْتَصِمُ المَلَأُ الأَعْلَى؟ قُلْتُ: فِي الكَفَّارَاتِ، قَالَ: مَا هُنَّ؟ قُلْتُ: مَشْيُ الأَقْدَامِ إِلَى الجَمَاعَاتِ، وَالجُلُوسُ فِي المَسَاجِدِ بَعْدَ الصَّلَوَاتِ، وَإِسْبَاغُ الوُضُوءِ فِي المَكْرُوهَاتِ
Beliau melanjutkan: “Aku melihatnya meletakkan tangannya di antara dua bahuku, hingga aku merasakan dingin jari jemarinya di antara dua dadaku. Maka tersingkaplah bagiku segala sesuatu dan aku menjadi tahu. Dia berfirman lagi: “Hai Muhammad.” Aku menjawab: “Labbaik Rabb.” Dia bertanya: “Dalam hal apa para malaikat di langit berdebat?” Aku menjawab: “Dalam hal kifarat dosa.” Dia bertanya: “Apa kifarat itu.” Aku menjawab: “Melangkahkan kaki menuju shalat berjama’ah (sengaja berjalan kaki), duduk di masjid sesudah shalat (menunggu shalat wajib sesudah shalat sunat), dan menyempurnakan wudlu ketika sulit (sulit air, sakit, safar, cuaca dingin).”
قَالَ: ثُمَّ فِيمَ؟ (قُلْتُ وَالدَّرَجَاتِ قَالَ: وَمَا الدَّرَجَاتُ؟) قُلْتُ: إِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَلِينُ الكَلَامِ، (وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ) وَالصَّلَاةُ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ. قَالَ: سَلْ. قُلْتُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ المَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ، وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: إِنَّهَا حَقٌّ فَادْرُسُوهَا ثُمَّ تَعَلَّمُوهَا
“Dia bertanya lagi: “Kemudian dalam hal apa?” (Aku menjawab: “Meningkatkan derajat.” Dia bertanya: “Apa yang meningkatkan derajat?”) Aku menjawab: “Memberi makanan, lembut perkataan (menyebarkan salam), dan shalat di waktu malam ketika orang-orang tidur.” Dia berfirman: “Silahkan minta.” Aku berdo’a: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu perbuatan baik, meninggalkan munkar, mencintai orang miskin, ampuni dan rahmatilah aku, jika Engkau hendak menurunkan siksa pada satu kaum wafatkanlah aku tanpa terkena siksa, dan aku mohon kepada-Mu agar bisa mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang akan mendekatkan pada cinta-Mu.” Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya ini haq, hafalkanlah dan pelajarilah.” (Sunan at-Tirmidzi bab wa min surah Shad no. 3235. Matan yang ditulis di dalam kurung dikutip dari riwayat semakna dari Ibn ‘Abbas ra dalam Musnad Ahmad bab musnad ‘Abdillah ibn ‘Abbas ra no. 3484 dan juga bab hadits Mu’adz ibn Jabal no. 22109).
Amal “menunggu di masjid sesudah shalat” dijelaskan dalam riwayat lain:
وَانْتِظَارِ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ
Menunggu shalat (wajib) sesudah shalat (sunat) (Sunan at-Tirmidzi bab wa min surah Shad no. 3234 dari hadits Ibn ‘Abbas).
Dalam hadits Abu Hurairah ra disebutkan bahwa amal-amal di atas termasuk ribath; kewaspadaan tinggi yang diperintahkan Allah swt dalam QS. Ali ‘Imran [3] : 200 (Shahih Muslim kitab at-thaharah bab fadlli isbaghil-wudlu ‘alal-makarih no. 610).
Ketiga amal tersebut diamalkan satu paket sebagaimana dijelaskan dalam hadits lain:
صَلاةُ الرَّجلِ في جمَاعَةٍ تَزيدُ عَلَى صَلاتهِ في سُوقِهِ وبيتهِ بضْعًا وعِشرِينَ دَرَجَةً، وَذَلِكَ أنَّ أَحدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الوُضوءَ، ثُمَّ أَتَى المَسْجِدَ لا يُرِيدُ إلاَّ الصَّلاةَ، لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَلاةُ: لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرجَةٌ، وَحُطَّ عَنْهُ بها خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ المَسْجِدَ، فإِذا دَخَلَ المَسْجِدَ كَانَ في الصَّلاةِ مَا كَانَتِ الصَّلاةُ هِي تَحْبِسُهُ، وَالمَلائِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ في مَجْلِسِهِ الَّذِي صَلَّى فِيهِ، يَقُولُونَ: اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيهِ، مَا لَم يُؤْذِ فيه، مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ
Shalat seseorang dengan berjama’ah (di masjid) lebih utama dibanding shalatnya di pasarnya dan di rumahnya senilai 20 derajat lebih. Karena sungguh seseorang di antaramu apabila berwudlu lalu ia bagus dalam wudlunya, kemudian datang ke masjid yang tiada lain tujuannya kecuali shalat, tidak ada yang menggerakkannya kecuali shalat, tidaklah ia melangkahkan kaki melainkan pasti terangkat dengan sebab langkah tersebut satu derajat dan dihapus dengan sebab langkah tersebut satu dosa, sampai ia masuk masjid. Apabila ia telah masuk masjid, maka ia berada dalam shalat (dihitung pahala shalat) selama shalat menahan dirinya. Para malaikat akan mendo’akannya selama ia berada di tempat duduk yang ia akan shalat padanya: “Ya Allah, berilah ia rahmat. Ya Allah ampunilah ia. Ya Allah terimalah taubatnya.” Selama ia tidak mengganggu siapa pun di sana dan selama ia tidak berhadats di tempat itu (Shahih Muslim bab fadlli shalatil-jama’ah wa-ntizharis-shalat no. 1538 dari hadits Abu Hurairah).
Mengenai perdebatan malaikat yang dimaksud dalam hadits di atas, Imam al-Mubarakfuri menjelaskan:
وَاخْتِصَامُهُمْ إِمَّا عِبَارَةٌ عَنْ تَبَادُرِهِمْ إِلَى إِثْبَاتِ تِلْكَ الْأَعْمَالِ وَالصُّعُودِ بِهَا إِلَى السَّمَاءِ وَإِمَّا عَنْ تَقَاوُلِهِمْ فِي فَضْلِهَا وَشَرَفِهَا وَإِمَّا عَنْ اِغْتِبَاطِهِمْ النَّاسَ بِتِلْكَ الْفَضَائِلِ لِاخْتِصَاصِهِمْ بِهَا وَتَفَضُّلِهِمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ بِسَبَبِهَا مَعَ تَهَافُتِهِمْ فِي الشَّهَوَاتِ، وَإِنَّمَا سَمَّاهُ مُخَاصَمَةً لِأَنَّهُ وَرَدَ مَوْرِدَ سُؤَالٍ وَجَوَابٍ وَذَلِكَ يُشْبِهُ الْمُخَاصَمَةَ وَالْمُنَاظَرَةَ فَلِهَذَا السَّبَبِ حَسُنَ إِطْلَاقُ لَفْظِ الْمُخَاصَمَةِ عَلَيْهِ
Perdebatan malaikat itu maknanya: (1) Ungkapan dari saling berlombanya malaikat untuk mencatatkan amal-amal tersebut dan menyetorkannya ke langit. (2) Obrolan di antara mereka tentang keutamaan dan kemuliaannya. (3) Malaikat iri kepada manusia dengan keutamaan tersebut karena khusus untuk manusia dan menjadikan mereka lebih utama dari malaikat padahal mereka disibukkan dengan syahwat. Nabi saw menamainya dengan perdebatan karena bentuknya soal jawab yang menyerupai perdebatan dan diskusi. Dengan sebab ini penggunaan kata perdebatan menjadi baik (Tuhfatul-Ahwadzi bab wa min surah Shad).