Kedudukan Shaum Nishfu Sya’ban
Kedudukan Shaum Nishfu Sya’ban
Ustadz maaf mau bertanya, bagaimana kedudukan shaum nishfu Sya’ban? 0813–8665-xxx
Secara panjang lebar kami sudah membahasnya pada edisi 26 Maret 2021 dan bisa dirujuk pada https://attaubah-institute.com/sunnah-bidah-nishfu-syaban/. Intinya harus dibedakan antara hadits-hadits dla’if yang membahas keutamaannya secara detail dan hadits-hadits shahih yang menjelaskan satu aspek keutamaan malam nishfu Sya’ban (tanggal 15), yakni Allah akan mengampuni dosa orang-orang yang beribadah pada malam tersebut selain orang yang sedang bermusuhan atau orang kafir. Di antara hadits shahih yang menjelaskan keutamaan nishfu Sya’ban adalah:
يَطْلُعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Allah turun kepada makhluqnya pada malam pertengahan Sya’ban, lalu Dia mengampuni semua makhluqnya kecuali orang musyrik atau yang memusuhi (saudaranya) (Shahih Ibn Hibban kitab al-hazhr wal-ibahah dzikr maghfiratil-‘Llah fi lailatin-nishf min Sya’ban no. 5665).
Syu’aib al-Arnauth dalam ta’liq Shahih Ibn Hibban menjelaskan bahwa hadits fadlilah nishfu Sya’ban tersebut diriwayatkan dari delapan shahabat; Mu’adz ibn Jabal, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Tsa’labah, Abu Bakar ash-Shiddiq, ‘Auf ibn Malik, ‘Abdullah ibn ‘Amr, dan ‘Aisyah. Kedelapan sanad tersebut tidak ada satu pun yang luput dari cacat. Tetapi cacat tersebut bukan cacat yang parah, sehingga bisa saling menguatkan dan menjadi shahih. Beliau menyatakan:
وَهَذِهِ الشَّوَاهِدُ وَإِنْ كَانَ فِي كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مَقَالٌ تُقَوِّي حَدِيْثَ الْبَابِ
Hadits-hadits penguat (syawahid) ini meskipun masing-masingnya ada masalah tetapi menguatkan hadits (Mu’adz) bab ini.
Kesimpulan yang sama dikemukakan juga oleh Syaikh al-Albani dalam kitab as-Silsilah as-Shahihah no. 1144.
Cara meraih keutamaan nishfu Sya’ban adalah dengan menghidupkan malam melalui shalat malam lengkap dengan dzikir, do’a, dan istighfarnya. Bukan shalat-shalat sunat tertentu yang dilaksanakan berjama’ah dengan aturan-aturan tertentu. Kalaupun hendak dilaksanakan berjama’ah, itu kembali pada hukum shalat malam/tahajjud secara umum, yakni tidak dianjurkan dilaksanakan secara massal di masjid-masjid, melainkan berjama’ah kecil pada jama’ah-jama’ah tertentu, seperti difatwakan Ibn Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa 23 : 131.
Keutamaan nishfu Sya’ban ini hanya terkait malamnya saja. Adapun ibadah siangnya, kembali pada dalil umum seputar shaum Sya’ban atau shaum tengah bulan. Tidak ada keterangan khusus tentang keutamaan siang nishfu Sya’ban. Meski demikian mengamalkan shaum pada tanggal 15 Sya’ban dianjurkan karena bagian dari shaum Sya’ban atau shaum tengah bulan yang juga berlaku pada bulan-bulan selain Sya’ban.
قَالَتْ عَائِشَةُ : وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
‘Aisyah ra berkata: “Aku tidak pernah melihat beliau shaum satu bulan pun yang lebih banyak daripada Sya’ban. Beliau shaum Sya’ban hampir keseluruhannya, hanya sedikit hari saja beliau tidak shaum.” (Shahih Muslim kitab as-shiyam bab shiyamin-Nabiy fi ghairi Ramadlan no. 2778).
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنْ نَصُومَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الْبِيضَ: ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Dari Abu Dzar, ia berkata: “Rasulullah saw memerintah kami shaum setiap bulan tiga hari pada al-bidl, yakni hari ke-13, 14, dan 15.” (Sunan an-Nasa`i bab kaifa kana yashumu tsalatsata ayyam min kulli syahr no. 2422).