Julid Fi Sabilillah
Dunia tagar media sosial hari ini diramaikan dengan #JulidFiSabilillah. Sebuah gerakan perang dunia maya yang ditujukan secara khusus kepada tentara dan warga Israel, dan secara umumnya kepada warga dunia agar mereka melek dengan penjajahan Israel terhadap warga Palestina. Pasukan utamanya adalah netizen Indonesia dan Malaysia. Dampak dari pekerjaan julid mereka sungguh luar biasa. Banyak warga di negara-negara Barat yang selama ini menjadi penyokong Israel malah meneriakkan penolakan atas penjajahan Israel.
Julid maknanya melakukan perbuatan jelek. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskannya: “iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain, biasanya dilakukan dengan menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang menyudutkan orang tertentu.” Yang menarik, kata yang berkonotasi buruk ini disandingkan dengan frasa mulia “fi sabilillah” sehingga menjadi “julid fi sabilillah”. Jadinya julid yang hukum asalnya haram menjadi halal bahkan wajib karena konteksnya fi sabilillah. Sama halnya dengan membunuh dan menyerang dengan senjata yang hukum asalnya haram, tetapi karena fi sabilillah hukumnya menjadi halal dan bahkan wajib.
Tidak bisa dinafikan bahwa selama 75 tahun ini Israel selalu menang dalam pencitraan sebagai “korban yang harus melawan kepada Palestina” di dunia internasional karena mereka menguasai media-media massa. Namun seiring perkembangan massif media sosial yang mereka ciptakan sendiri, perlahan namun pasti pencitraan itu mulai kabur dan in sya`al-‘Llah akan segera hancur seiring dengan kerja keras para warganet/netizen dalam melakukan pencitraan sebaliknya. Baru di tahun ini warga negara dari negara-negara Barat yang Pemerintahnya mendukung Israel berani turun ke jalan berdemonstrasi mendukung Palestina. Diduga kuat hal tersebut sebagai dampak dari pencitraan Israel sebagai penjajah Palestina di media sosial yang cukup gencar.
Para pejuang julid fi sabilillah itu menamakan diri mereka South East Asia Netizens (SEANTO). Terdiri dari Tentera Bawang Malaysia (Malaysian Netizen Force) dan Indonesian Netizen Force. Istilah “bawang” itu sendiri dalam bahasa Melayu merupakan kiasan dari julid. Ibu-ibu yang menggunjing dibahasakan dalam bahasa Melayu dengan “membawang”, merujuk pada kebiasaan ibu-ibu yang mengupas kulit bawang sambil menggunjing orang lain. Sebagaimana diposting oleh akun @Marchfoward dalam X-twitter:
Kami sudah menerima Surat Rasmi yang dihantar Tentera Netizen Indonesia untuk bergabung dengan Tentera Bawang Malaysia dalam menentang naratif Israel di sosial media
Berdasarkan mesyuarat Jawatankuasa Tertinggi 14 Divisyen Tentera Bawang Malaysia malam tadi. Kami memutuskan untuk menerima kerjasama ini
Semoga kemenangan berada di pihak kita dan diberkati Allah SWT
YANG TULUS IKHLAS
IRFAN_NEWBOYS
BAHAGIAN KOMUNIKASI STRATEGIK
TENTERA BAWANG MALAYSIA
23 NOVEMBER 2023
Surat yang dimaksud diposting oleh akun @AzzamIzzulhaq sebagai berikut:
Para pimpinan dari tentara netizen kedua negara tersebut adalah @AzzamIzzulhaq @Greschinov @KING_VADUKA (Indonesia) dan @Marchfoward @seketulawan. Melalui kerja sama kedua tentara netizen tersebut terkumpullah akun-akun medsos sampai whatsapp tentara Israel beserta keluarganya, selanjutnya mereka gencar menyerang akun-akun tersebut. Di antara publik figur yang turut serta dan mengajak netizen untuk menyerang Israel lewat medsos adalah Arie Untung @ArieKuntung.
Serangan dari tentara netizen ini cukup manjur sehingga banyak di antara tentara Israel yang umumnya kalangan millennial merasakan stress. Salah satunya sebagaimana diposting oleh akun @doublekila:
To all citizens of Indonesia and other countries, I aks to stop all your actions to terrorize my children and my entire family, I promise to provide justice for all Palestinian citizens, I have also received more than 7.000 telephone calls, 15.000 pages from all my social media, and 200.000 hot comments 95% from Indonesian citizens, so I please stop terrorroring my family. If it is still done, I will not hesitate to report it to the Israel Ministry of Defense and all Israel superiors!!!
Apa yang dilakukan tentara netizen tersebut tentu benar fi sabilillah karena yang disasar adalah orang-orang kafir Israel penjajah bangsa Palestina yang notabene kaum muslimin. Sebagaimana halnya Nabi saw di zaman beliau berperang dengan para penjajah kaum musyrikin yang sering mengandalkan keahlian Hassan ibn Tsabit untuk menyerang mental para penjajah lewat sya’ir-sya’ir gubahannya. ‘Aisyah ra meriwayatkan sabda Nabi saw:
اهْجُوا قُرَيْشًا فَإِنَّهُ أَشَدُّ عَلَيْهَا مِنْ رَشْقٍ بِالنَّبْلِ
Kirimkan hija` (sastra yang menjatuhkan, mengejek, merendahkan atau satire) kepada Quraisy, karena sungguh itu lebih menyakitkan mereka daripada tembakan anak panah (Shahih Muslim bab min fadla`il Hassan ibn Tsabit no. 6550).
Lalu tampillah ‘Abdullah ibn Rawahah dan Ka’ab ibn Malik, tetapi rupanya Nabi saw tidak puas dengan satire yang mereka buat. Sehingga Nabi saw meminta khusus kepada Hassan ibn Tsabit ra untuk membuat satire:
إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ لاَ يَزَالُ يُؤَيِّدُكَ مَا نَافَحْتَ عَنِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ. وَقَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: هَجَاهُمْ حَسَّانُ فَشَفَى وَاشْتَفَى
“Sungguh Ruhul-Qudus (Jibril) akan senantiasa membantumu selama kamu membela Allah dan Rasul-Nya.” Kata ‘Aisyah ra: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Hassan sudah mengirim satire kepada mereka. Ia telah memuaskan dan menang.” (Shahih Muslim bab min fadla`il Hassan ibn Tsabit no. 6550).
Hukum asal membuat hija` (satire; sastra yang menyindir dan menghina, bisa berupa sya’ir puisi atau prosa, dan umumnya dinyanyikan) adalah haram. Tetapi jika ditujukan untuk melemahkan musuh, maka hukumnya menjadi wajib, karena Nabi saw memerintahkannya dan membutuhkannya untuk menyerang musuh. Bahkan sebagaimana Nabi saw sabdakan, serangan hija` itu lebih ampuh dibanding tembakan senjata. Terkait Hassan ibn Tsabit ini firman Allah swt berikut, sebagaimana Nabi saw sabdakan, di antaranya ditujukan kepadanya:
وَٱلشُّعَرَآءُ يَتَّبِعُهُمُ ٱلۡغَاوُۥنَ ٢٢٤ أَلَمۡ تَرَ أَنَّهُمۡ فِي كُلِّ وَادٖ يَهِيمُونَ ٢٢٥ وَأَنَّهُمۡ يَقُولُونَ مَا لَا يَفۡعَلُونَ ٢٢٦ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَذَكَرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا وَٱنتَصَرُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا ظُلِمُواْۗ وَسَيَعۡلَمُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ أَيَّ مُنقَلَبٖ يَنقَلِبُونَ ٢٢٧
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezhaliman (karena menjawab puisi orang-orang kafir). Dan orang-orang yang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali (QS. as-Syu’ara [26] : 224-227).
Kepada netizen di mana pun berada, yang selalu memiliki waktu lebih untuk terjun di dunia internet, peluang jihad fi sabilillah melalui julid fi sabilillah ini pantang untuk dilewatkan. Jika julid dalam konteks Pilpres statusnya masih syubhat karena menyerang sesama muslim, maka julid kepada Israel ini lebih nyata fi sabilillahnya, karena jelas ditujukan kepada penjajah kafir yang sudah seharusnya angkat kaki dari bumi Palestina. From the river to the sea Palestina will be free. Wal-‘Llahul-Musta’an.