al-Qur'an

Agar al-Qur`an Menggetarkan Hati

Al-Qur`an adalah kitab suci yang pasti mampu menggetarkan hati orang-orang beriman. Jika al-Qur`an tidak pernah menggetarkan hati, tidak pernah bersemayam dalam hati, sehingga tidak bisa bersenyawa dalam amal keseharian, itu pertanda ada masalah besar dalam hatinya. Hatinya terlampau keras, sehingga tidak bisa merasakan getaran kekhusyuan dari al-Qur`an. Perlu diambil langkah-langkah serius untuk melembutkan hati agar al-Qur`an mampu menggetarkan hati.

Orang-orang beriman pasti akan bergetar hatinya ketika dibacakan al-Qur`an yang banyak disebut di dalamnya nama Allah swt. Getaran hati itu tidak membawa pada ketakutan, melainkan membawa pada ketenteraman dan kebahagiaan yang tak terhingga.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ  ٢

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (QS. Al-Anfal [8] : 2).

وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنٗاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَزَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَهُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ  ١٢٤

Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafiq) ada yang berkata: “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira (QS. At-Taubah [9] : 124).

Mereka berbahagia dan gembira karena bertambah iman itu artinya bertambah ketenteraman batin. Kebahagiaan itu sendiri pastinya bersumber dari ketenangan batin.

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا  ٤

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Fath [48] : 4).

Kalau al-Qur`an tidak dirasakan getarannya dalam hati sehingga tidak mampu menambah keimanan, itu disebabkan ada penyakit dalam hatinya atau karena hatinya sudah terkunci mati. Semua itu disebabkan niatan dan nafsu duniawi yang selalu dominan dalam hatinya. Masuk Islam karena mengincar keuntungan duniawi. Mau shalat dan shaum karena berharap kecipratan pembagian duniawi. Mau ikut pengajian karena ingin mendapatkan sumbangan minimalnya nasi kotak. Mau ikut jihad kalau memang pasti akan menang dan mendapat ghanimah yang banyak. Jika kemungkinan kalahnya lebih besar maka enggan ikut berjihad. Visi akhirat nyaris tidak ada dalam dirinya. Keyakinan bahwa apa yang akan diperoleh di akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada apa yang akan diraih di dunia dianggap kebodohan dan ketololan semata. Akibatnya hatinya tidak tersentuh sama sekali oleh al-Qur`an.

وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ رِجۡسِهِمۡ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ  ١٢٥

Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir (QS. At-Taubah [9] : 125).

Orang-orang seperti ini kalaupun hadir di majelis pengajian atau Jum’atan hatinya tetap saja tidak bisa terhubung dengan dzikir, malah berani mengolok-olok orang beriman.

وَمِنۡهُم مَّن يَسۡتَمِعُ إِلَيۡكَ حَتَّىٰٓ إِذَا خَرَجُواْ مِنۡ عِندِكَ قَالُواْ لِلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مَاذَا قَالَ ءَانِفًاۚ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ طَبَعَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَٱتَّبَعُوٓاْ أَهۡوَآءَهُمۡ  ١٦

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka (QS. Muhammad [47] : 16).

Padahal sejatinya al-Qur`an mampu menggetarkan gunung batu yang keras sekalipun. Kalaupun hati tidak bergetar sama sekali dengan al-Qur`an berarti hatinya lebih keras daripada bebatuan yang ada di gunung.

لَوۡ أَنزَلۡنَا هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلٖ لَّرَأَيۡتَهُۥ خَٰشِعٗا مُّتَصَدِّعٗا مِّنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ  ٢١

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir (QS. Al-Hasyr [59] : 21).

Maka agar al-Qur`an mampu menggetarkan hati, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menundukkan jarum hati pada akhirat. Yakini sepenuhnya bahwa apa yang disediakan Allah swt di akhirat itu lebih baik, lebih kekal, dan lebih bernilai daripada apa yang ada di dunia. Yakini bahwa dunia itu sudah ada taqdirnya dari Allah swt. Tidak perlu diraih dengan nafsu. Cukup dengan sabar, shalat, berusaha yang tidak lepas dari dzikrul-‘Llah; jangan dijadikan niatan utama dalam ibadah; dan tetap fokus bahwa akhirat tujuan utama, sehingga jika kemudian dunia itu datang disyukuri, kalaupun tidak datang tidak disesali, karena akhirat masih nyata di depan mata dan pasti bisa diraih, meski dunia tidak diperoleh.

Inilah yang Allah swt peringatkan kepada kaum muslimin ketika mereka berdebat dan sibuk perhatian mereka pada anfal (harta melimpah yang diperoleh dari musuh). Jangan salah fokus pada anfal, fokusnya tetap pada dzikir ayat-ayat Allah swt, shalat, dan infaq. Fokusnya harus tetap ke akhirat. Dapat bagian anfal al-hamdu lil-‘Llah, tidak dapat bagian anfal pun al-hamdu lil-‘Llah. Orang-orang yang fokusnya tidak gagal pasti akan mampu merasakan getaran dzikir ayat-ayat Allah swt (QS. Al-Anfal [8] : 1-4). Di bagian akhirnya Allah swt menegaskan:

أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ  ٤

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia (QS. Al-Anfal [8] : 4).

Kedua, al-Qur`an harus sampai dipahami kandungannya meski tidak harus mendalam semendalamnya pemahaman para ulama ahli tafsir. Al-Qur`an mengistilahkannya dengan tadabbur. Aktifitas tadabbur ini bermanfaat untuk membuka hati yang terkunci. Jika tidak ada tadabbur maka hatinya akan terkunci mati.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ 

Maka apakah mereka tidak merenungkan kandungan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad [47] : 24)

Al-Qur`an menuntut setiap orang untuk membuka hati dan pikirannya dalam berinteraksi dengan al-Qur`an. al-Qur`an menuntut hati dan pikiran terlibat dalam merenungkan dan memahami kandungannya.

كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ 

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran (QS. Shad [38] : 29).

Hati dan pikiran yang ikut merenungkan al-Qur`an akan mampu merasakan al-Qur`an yang mutasyabih dan matsani. Al-Qur`an kitab mutasyabih artinya ayat-ayatnya saling menguatkan dan menjelaskan. Al-Qur`an kitab matsani artinya ayat-ayatnya diulang-ulang untuk penguatan dan atau berpasang-pasangan sehingga terasa keindahannya.

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبٗا مُّتَشَٰبِهٗا مَّثَانِيَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ  ٢٣

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit (tubuh) orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya (QS. az-Zumar [39] : 23).

Ketiga, membaca al-Qur`an secara tartil dalam shalat malam, sebagaimana dituntunkan Allah swt dalam QS. Al-Muzzammil [73] : 1-7. Dalam kitab shahihnya Imam Muslim menyebutkan bahwa tartil itu ijtinabul-hadzdz; tidak membaca dengan cepat (Shahih Muslim bab tartilil-qira`ah wa-jtinabil-hadzdz). Tercakup di dalamnya membaca al-Qur`an secara sempurna tajwidnya, karena tidak termasuk tartil jika membaca al-Qur`an masih jauh dari tuntunan tajwidnya. Tuntunan tartil ini diamalkan dalam shalat malam karena amal ini yang mampu membekaskan bacaan al-Qur`an dalam hati.

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيۡلِ هِيَ أَشَدُّ وَطۡئًا وَأَقۡوَمُ قِيلًا  ٦

Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan (QS. al-Muzzammil [73] : 6).

Jadi mutlak harus diagendakan selalu shalat malam sekaligus dengan membaca al-Qur`an sebanyak 30 juz dalam shalat malam tersebut. Idealnya, kata Nabi saw, tuntas dalam waktu satu bulan. Jika belum mampu, Allah swt selalu memberikan keringanan sesuai kemampuan. Idealnya, bacaan dalam shalat malam itu dari hafalan. Jika belum mampu, semua ulama madzhab sepakat bahwa untuk shalat malam boleh membaca mushhaf.

Keempat, membiasakan diri menikmati menyimak lantunan bacaan al-Qur`an terutama dalam shalat. Tuntunan dalam ayat berikut konteksna dalam bacaan shalat.

وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ 

Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (QS. al-A’raf [7] : 204).

Di sinilah makanya Nabi saw mencontohkan dan mengajarkan praktik tadarus al-Qur`an. Dalam tadarus ini terkandung pelajaran untuk pembiasaan menyimak dan membaca al-Qur`an sampai tuntas. Semuanya itu penting agar hati mampu merasakan getaran al-Qur`an. Wal-‘Llahu a’lam.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button