Aqidah

Yesus Sudah Wafat?

Yesus (Yunani: Yesus, Inggris: Jesus, Ibrani: Joshua, Arab: ‘Isa)—‘alaihis-salam; semoga salam tercurah untuknya—diyakini oleh mayoritas penganut Kristen wafat pada hari good Friday; hari Jum’at yang baik. Untuk tahun ini kurang lebih bertepatan dengan tanggal 25 Maret 2016. Inilah hari yang paling menentukan keimanan Kristen. Sebab semua doktrin kepercayaan Kristen berdasar pada keyakinan bahwa Yesus wafat di tiang salib pada good Friday.

Semua doktrin kepercayaan Kristen bermuara pada “salib” atau penyaliban Yesus. Sebuah peristiwa yang diyakini sebagai pengorbanan Sang Anak Tuhan untuk menebus dosa semua manusia; meski sangat ironis karena “pengorbanan” tersebut menurut sejarah yang disepakati Kristen ternyata melalui fase “pengkhianatan, penangkapan, penyiksaan, penyaliban, dan baru pembunuhan” terhadap Yesus. Siapa yang mempercayai “salib” ini, maka ia akan selamat. Sebaliknya siapa yang tidak mempercayai “salib”, maka ia akan celaka dan masuk neraka.

Keempat Injil kanonik (yang diakui benar oleh Kristen) menginformasikan bahwa Yesus mati di tiang Salib pada hari “Jum’at yang baik”. Injil yang ditulis Lukas mengatakan: “Waktu itu hari Jum’at dan hari Sabat telah dekat” (Lukas 23 : 44-47). Markus menuliskan: “Hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat” (Markus 15 : 42). Matius menceritakan: “Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan…” (Matius 27 : 62). Dan terakhir, Injil yang dibuat oleh Yohanes menyatakan: “…karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat…” (Yohanes 19 : 31).

Selanjutnya Yesus diyakini bangkit kembali sebagai Tuhan pada hari Minggu pagi. Matius mengatakan: “Menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama Minggu itu” (Matius 28 : 2). Markus mencatat: “Dan pagi-pagi benar pada hari pertama Minggu itu, setelah matahari terbit” (Markus 16 : 2). Lukas menulis: “Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama Minggu itu” (Lukas 42 : 2). Yohanes menguatkan dengan menuliskan: “Pada hari pertama Minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap” (Yohanes 20 : 1).
Menghitung waktu dari Jum’at malam ketika Yesus dikubur sampai Minggu pagi, berarti Yesus berada di kuburan hanya selama satu hari dua malam (sekitar 36 jam). Ini membingungkan jika dikaitkan dengan ramalan yang diyakini Kristen disampaikan oleh Yesus sendiri sebelum penyalibannya. Menurut mereka, Yesus pernah berkata: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda.

Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di perut ikan tiga hari tiga malam, demikian pula anak manusia (Yesus—pen) akan tinggal di dalam perut bumi tiga hari tiga malam” (Matius 12 : 38-40).

Artinya ada pertentangan yang sulit dikompromikan oleh Kristen sendiri berdasar Injil-injil yang mereka akui sendiri sebagai Injil Kanonik. Jika hari Jum’at ketika Yesus wafat hendak dihitung, berarti paling lama Yesus ada di kuburan dua hari dua malam. Jika tidak dihitung, berarti satu hari dua malam. Sementara di ramalan sebelumnya disebutkan tiga hari tiga malam. Pertentangan ini jelas tidak bisa didamaikan kecuali jika Kristen berani mengubah kitab mereka sendiri. Atau bisa diselesaikan dengan cara semua pemuka Kristen sepakat bahwa 2 = 3, sebagaimana halnya mereka sepakat bahwa 1 + 1 + 1 = 1 (Tuhan Bapak + Yesus/Tuhan Anak + Roh Kudus = Tuhan Yang Esa alias trinitas/tritunggal).

Masih dari Injil Matius 27 : 11-26 disebutkan bahwa Pilatus, pelaksana eksekusi penyaliban Yesus, memberikan pada kerumunan itu sebuah pilihan antara melepaskan “Yesus yang disebut Mesiah” atau “Yesus Barabas”. Matius kemudian menyebutkan bahwa kerumunan tersebut memilih Yesus Barabas untuk dilepaskan.

Artinya, di Injil Matius ini disebutkan adanya kebingungan di pelaksana eksekusi penyaliban Yesus mana yang harus disalib sebagaimana permintaan masyarakat Yahudi saat itu. Ini juga menunjukkan setidaknya ada dua yang disebut Yesus, yang masyarakat sendiri tidak terlalu meyakini mana yang benarnya.

Terlebih jika ditelusuri makna “Yesus bar Abbas” dalam bahasa Aramaik, bahasa yang digunakan masyarakat sekitar Yesus saat itu. Maknanya adalah “Yesus putra sang bapa”. Jika demikian, Matius sebenarnya memberitahukan kepada penganut Kristen bahwa “Yesus putra sang bapa” dilepaskan dan tidak disalib, yang disalib itu Yesus yang mengkalim sebagai sang juru selamat (sang mesiah). Jadi siapa sebenarnya yang disalib menurut Matius?
Terlebih jika melihat fakta bahwa Kristen Koptik—berkembang di Yerussalem dan Timur Tengah—menjadikan Pilatus sebagai orang suci. Ini artinya Kristen bangsa Arab sudah dari sejak awal meyakini bahwa Yesus yang asli tidak disalib. Yesus yang sebenarnya telah dilepaskan oleh Pilatus.

Termasuk jika merujuk Injil Kanonik lain yang ditulis Yohanes. Jauh sebelum peristiwa penyaliban, disebutkan bahwa Yesus pernah berdo’a:

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku memuliakan-Mu di bumi dengan menyelesaikan tugas yang Engkau titahkan padaku untuk dilaksanakan (Yohanes 17 : 3-4)

Pernyataan “Aku memuliakan-Mu di bumi dengan menyelesaikan tugas yang Engkau titahkan padaku untuk dilaksanakan” menunjukkan bahwa tugas Yesus sudah selesai jauh sebelum peristiwa penyaliban. Jadi tidak ada keterkaitan antara tugas Yesus dengan salib. Maka keberadaan penyaliban pun pantas untuk diragukan.

Di luar Injil Kanonik, ada dua sejarawan dari abad pertama yang menuliskan kisah penyaliban Yesus; Yosefus bin Mathias, seorang ahli sejarah Yahudi abad pertama, dan Tacitus, ahli sejarah asal Romawi abad pertama dan kedua. Akan tetapi sebagaimana ditegaskan oleh Jerald F. Dirks, kristolog dari Harvard University, tidak ada satu pun dari kedua sejarawan tersebut yang menyaksikan langsung peristiwa penyaliban Yesus. Apalagi penulis-penulis Injil Kanonik mulai dari Lukas, Matius, Markus sampai Yohanes yang menulis kitab-kitab Injil tersebut satu abad sesudah Yesus diyakini mati di salib.

Kitab-kitab tersebut sendiri mulai dikenal di masyarakat Kristen sekitar tahun 130-150 M. Kalau kemudian ada kontradiksi, itu merupakan sebuah bukti bahwa mereka tidak benar-benar tahu tentang peristiwa penyaliban di hari “Jum’at yang baik” tersebut.

Apalagi jika kemudian hendak dikonfrontasikan dengan tulisan Apostolic Fathers masyarakat Kristen. Apostolic Fathers artinya Bapa-bapa Rasul, maksudnya tokoh-tokoh gereja-gereja Kristen awal sebelum Injil Kanonik ditulis dan sebelum Kristen menjadi agama masyarakat Eropa (pada abad ke-4 M setelah Kaisar Romawi, Konstantin, menjadi penganut Kristen pada tahun 318 M dan mewajibkan seluruh penduduk di wilayah jajahan Romawi menganut Kristen). Pada tulisan-tulisan Apostolic Fathers ini diketahui banyak masyarakat Kristen awal yang menolak proposisi bahwa Yesus telah disalib. Tulisan-tulisan tersebut di antaranya adalah tulisan Ignatius, Polikarpus, Yustin, Irenaus, Tertullian, dan Hipolitus (Jerald F. Dirks, The Abrahamic Faiths: Judaism, Christianity, and Islam, Similarities and Contrasts).

Termasuk jika dikonfrontasikan juga dengan Injil-injil yang dinilai tidak kanonik oleh Kristen. Meski dinilai sebagai Injil Apokrif (tidak resmi/tidak boleh dibaca), tetapi faktanya Injil-injil tersebut ditulis oleh tokoh Kristen awal setelah era Apostolic Fathers dan bersamaan dengan ditulisnya Injil-injil yang dinilai kanonik. Salah satunya Injil yang ditulis Barnabas (The Gospel of Barnabas) yang menyatakan bahwa Yudas Iskariot yang disalib oleh tentara Romawi. Barnabas menyatakan:

Sungguh aku berkata bahwa suara, wajah dan postur Yudas seperti Yesus, sehingga murid-muridnya dan pengikutnya percaya bahwa dia adalah Yesus. Oleh karena itu sebagian dari mereka membuang ajaran Yesus, menganggap Yesus adalah nabi palsu yang dengan kekuatan sihirnya melakukan mukjizat. Sebab Yesus pernah mengatakan bahwa ia tidak akan mati sampai dekat akhir zaman. Karena itu pada waktu itu ia akan pergi dari dunia (hlm. 227, editing oleh Lansdale dan Laura Regg).

Selain itu Apokalips Petrus (the Apocalypse of Peter) 81: 4, 82 : 33 menetapkan bahwa penyaliban Yesus hanyalah suatu penampakan saja, bukan kenyataan. Sosok yang disalib merupakan suatu pengganti atau simulakrum Yesus.

Demikian pula The Second Treatise of the Great Seth 55 : 10, 56 : 25 menyatakan bahwa bukanlah Yesus yang disalib, namun Simon yang tampak menyerupai Yesus (Simon dari Cyrene disebutkan kisahnya dalam Matius 27 : 32, Markus 15 : 21, dan Lukas 23 : 26 sebagai orang yang membawa salib). Keyakinan bahwa yang disalib adalah Simon merupakan dasar fundamental bagi Kristen Basilidean yang berkembang di Mesir sepanjang abad kedua. Kelompok Basilidean ini melandaskan prinsipnya tersebut secara langsung pada ajaran-ajaran Glaucias yang dinyatakan sebagai penafsir Petrus, murid Yesus Kristus.

Ditambah kisah-kisah Yohanes 97-101 melaporkan bahwa penyaliban Yesus adalah sebuah ilusi.

Semua fakta sejarah penyaliban yang ada di Injil Kanonik, Injil Apokrif, dan tulisan-tulisan Apostolic Fathers sebelum Injil ini membuktikan bahwa penyaliban Yesus benar-benar meragukan. Peristiwa penyaliban itu memang benar adanya, tetapi tentang apakah yang disalib itu benar-benar Yesus/Nabi ‘Isa as, ini yang sangat meragukan. Keraguan mereka ini disebutkan dengan gamblang oleh al-Qur`an:

وَقَوۡلِهِمۡ إِنَّا قَتَلۡنَا ٱلۡمَسِيحَ عِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ رَسُولَ ٱللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمۡۚ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكّٖ مِّنۡهُۚ مَا لَهُم بِهِۦ مِنۡ عِلۡمٍ إِلَّا ٱتِّبَاعَ ٱلظَّنِّۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينَۢا ١٥٧ بَل رَّفَعَهُ ٱللَّهُ إِلَيۡهِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمٗا ١٥٨ وَإِن مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ إِلَّا لَيُؤۡمِنَنَّ بِهِۦ قَبۡلَ مَوۡتِهِۦۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يَكُونُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدٗا ١٥٩

Dan (Kami melaknat Yahudi) karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan/disamarkan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya (kematian Nabi ‘Isa). Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka (QS. an-Nisa` [4] : 157-159).

Dari ayat di atas, diketahui tiga hal:
Pertama, Nabi ‘Isa tidak mati disalib atau dibunuh. Yang mati disalib itu adalah orang lain. Orang-orang yang mengaku sudah mengeksekusi Nabi ‘Isa as sendiri samar/tidak jelas yang mana sebenarnya Nabi ‘Isa itu sendiri. Mereka benar-benar ragu apakah yang disalib itu adalah ‘Isa. Dan faktanya mereka memang hanya mengeksekusi orang yang mirip dengan Nabi ‘Isa as.

Kedua, Nabi ‘Isa diangkat oleh Allah swt sebelum ada peristiwa penyaliban terhadap orang yang disangka dirinya, dan itu juga berarti sebelum kematiannya.
Ketiga, Nabi ‘Isa akan meninggal dunia/mati setelah semua ahli kitab (Yahudi dan Kristen) beriman kepada Nabi ‘Isa sebagaimana mestinya. Dan itu terjadi di akhir zaman setelah Nabi ‘Isa turun kembali ke bumi dan menghancurkan semua simbol Kristen. Setelah semua ahli kitab beriman, baru Nabi ‘Isa meninggal dunia/mati. Itu artinya sekarang Nabi ‘Isa sedang diangkat oleh Allah swt ke hadirat-Nya dalam keadaan belum meninggal dunia/mati, hanya sebatas tidur/istirahat saja (QS. az-Zumar [39] : 42).

Related Articles

Back to top button