Malaikat Maut Tak Pernah Ingkar Janji
Jika ada banyak hal di dunia ini yang bisa dimajukan dan dimundurkan, atau mungkin dipercepat dan diperlambat karena terkendala tenaga-tenaga pelaksananya; maka untuk urusan kematian, sang malaikat maut tak pernah lengah dari tugasnya. Sehingga mustahil kematian dipercepat ataupun diperlambat. Hanya manusianya saja yang seringkali lengah dan merasa malaikat maut masih jauh dari dirinya.
Kesigapan malaikat maut dalam menjalankan tugasnya difirmankan oleh Allah swt sebagai berikut:
وَهُوَ ٱلۡقَاهِرُ فَوۡقَ عِبَادِهِۦۖ وَيُرۡسِلُ عَلَيۡكُمۡ حَفَظَةً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ تَوَفَّتۡهُ رُسُلُنَا وَهُمۡ لَا يُفَرِّطُونَ ٦١
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya (QS. Al-An’am [6] : 61).
۞قُلۡ يَتَوَفَّىٰكُم مَّلَكُ ٱلۡمَوۡتِ ٱلَّذِي وُكِّلَ بِكُمۡ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ تُرۡجَعُونَ ١١
Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan (QS. as-Sajdah [32] : 11).
Meski pada saat dicabut nyawa, banyak orang yang tidak siap dan hatinya menjerit agar bisa ditangguhkan, kematian itu akan tetap terjadi, sebab malaikat maut tak mungkin ingkar janji:
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ ٩٩ لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحٗا فِيمَا تَرَكۡتُۚ كَلَّآۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَاۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرۡزَخٌ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ ١٠٠
Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di belakang mereka ada “pemisah” (alam kubur) sampai hari mereka dibangkitkan (QS. Al-Mu`minun [23] : 99-100).
Sementara Nabi saw menjelaskan kesigapan malaikat maut dalam menjalankan tugasnya sebagai berikut:
إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ قَالَ فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ
Kemudian beliau bersabda: “Seorang hamba mukmin jika berpisah dari dunia dan menghadapi akhirat, malaikat dari langit turun menemuinya dengan wajah putih seolah-olah wajah mereka matahari. Mereka membawa kafan surga dan minyak wangi surga, hingga mereka duduk sejauh mata memandang. Kemudian datang malaikat maut as hingga duduk di sisi kepalanya dan berucap ‘Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan.” Kata Nabi: “Lantas ruh tersebut keluar mengalir sebagaimana tetesan air mengalir dari mulut kendi, lalu malaikat mengambilnya. Setelah malaikat mengambilnya, ia tidak membiarkannya di tangannya sekejap mata pun hingga ia masukkan dalam kafan dan minyak wangi tersebut. Maka si mayit itu meninggal dunia dalam keadaan wangi seperti aroma minyak wangi yang paling harum di muka bumi.”
قَالَ فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلَا يَمُرُّونَ يَعْنِي بِهَا عَلَى مَلَإٍ مِنْ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ فَيَقُولُونَ فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِي الدُّنْيَا حَتَّى يَنْتَهُوا بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَسْتَفْتِحُونَ لَهُ فَيُفْتَحُ لَهُمْ فَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرَّبُوهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي تَلِيهَا حَتَّى يُنْتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ اكْتُبُوا كِتَابَ عَبْدِي فِي عِلِّيِّينَ وَأَعِيدُوهُ إِلَى الْأَرْضِ فَإِنِّي مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ وَفِيهَا أُعِيدُهُمْ وَمِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى
Kata Nabi: “Malaikat tersebut lantas membawa naik jenazah itu, hingga tidaklah mereka melewati sekawanan malaikat selain mereka bertanya-tanya: ‘Ruh siapa sewangi ini?’ Para malaikat menjawab: ‘Ini ruh si “A” anak si “B”, dan mereka sebut dengan nama terbaiknya yang manusia pergunakan untuk menyebutnya ketika di dunia, hingga mereka sampai ke langit dunia. Mereka meminta dibukakan, lantas dibukakan. Para malaikat muqarrabin mengabarkan berita kematiannya kepada penghuni langit berikutnya hingga ke langit ke tujuh. Kemudian Alllah ‘azza wa jalla bertitah: ‘Tulislah kitab hamba-Ku di ‘iliyyin dan kembalikanlah ia ke bumi, sebab darinyalah Aku menciptakan mereka dan ke dalamnya Aku mengembalikan mereka, serta darinya Aku akan membangkitkan mereka sekali lagi.”
قَالَ فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَيَقُولَانِ لَهُ وَمَا عِلْمُكَ فَيَقُولُ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ أَنْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ
Kata Nabi: “Kemudian ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Lalu dua malaikat mendatanginya dan mendudukkannya dan bertanya: ‘Siapa Tuhanmu’. Ia menjawab: ‘Tuhanku Allah’. Tanya keduanya: ‘Apa agamamu?’ ‘Agamaku Islam,’ jawabnya. Keduanya bertanya: ‘Siapa lelaki yang diutus kepada kamu ini?’ Si mayit menjawab “Dia Rasulullah saw.’ Keduanya bertanya: ‘Darimana kamu tahu?’ Ia menjawab: ‘Aku membaca kitabullah sehingga aku mengimaninya dan membenarkannya.’ Lantas ada Penyeru di langit yang berseru: ‘Hamba-Ku benar, hamparkanlah untuknya hamparan dari surga dan pakaikanlah ia pakaian surga, dan bukakanlah untuknya pintu menuju surga.’ Maka hamba itu mencium harum dan wangi surga dan kuburannya diluaskan sejauh mata memandang.
قَالَ وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنْ السَّمَاءِ مَلَائِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمْ الْمُسُوحُ فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِي إِلَى سَخَطٍ مِنْ اللَّهِ وَغَضَبٍ
Kata Nabi: “Sebaliknya hamba kafir jika berpisah dari dunia dan menghadapi akhirat, turun kepadanya dari langit malaikat yang wajahnya hitam dan membawa kain kasar dari sulaman ijuk. Lalu mereka duduk di sejauh mata memandang. Lantas malaikat maut datang hingga duduk di sisi kepalanya seraya membentak, ‘Hai ruh yang busuk, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.”
قَالَ فَتُفَرَّقُ فِي جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنْ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِي تِلْكَ الْمُسُوحِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلَا يَمُرُّونَ بِهَا عَلَى مَلَإٍ مِنْ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الْخَبِيثُ فَيَقُولُونَ فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِي كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِي الدُّنْيَا حَتَّى يُنْتَهَى بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيُسْتَفْتَحُ لَهُ فَلَا يُفْتَحُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَا وَٱسۡتَكۡبَرُواْ عَنۡهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمۡ أَبۡوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلۡجَمَلُ فِي سَمِّ ٱلۡخِيَاطِۚ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُجۡرِمِينَ . فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ اكْتُبُوا كِتَابَهُ فِي سِجِّينٍ فِي الْأَرْضِ السُّفْلَى فَتُطْرَحُ رُوحُهُ طَرْحًا ثُمَّ قَرَأَ: وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَتَخۡطَفُهُ ٱلطَّيۡرُ أَوۡ تَهۡوِي بِهِ ٱلرِّيحُ فِي مَكَانٖ سَحِيقٖ
Kata Nabi: “Lalu jasadnya tercabik-cabik, dan malikat tersebut mencabut ruhnya bagaikan garu bermata banyak yang mencabik-cabik kain wol basah. Lalu malaikat mengambilnya. Setelah malaikat mengambilnya, ia tidak membiarkannya di tangannya sekejap mata pun hingga ia masukkan dalam kain kasar tersebut. Dan keluarlah ruhnya dengan bau busuk yang paling menyengat di muka bumi. Para malaikat kemudian menaikkannya, dan tidaklah mereka membawanya ke sekawanan malaikat di langit kecuali malaikat langit bertanya: ‘Siapa ruh busuk ini?’ Para malaikat yang membawanya menjawab: ‘Ini adalah si “C” anak si “D”, dan mereka sebut nama terburuknya yang sering manusia pergunakan untuk memanggil di dunia, hingga mayit tersebut sampai ke langit dunia. Kemudian minta dibukakan, tetapi tidak dibuka.” Rasulullah saw lalu membaca ayat: (Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan takabbbur tidak akan dibuka bagi mereka pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga hingga unta masuk lubang jarum—QS. Al-A’raf [7] : 40. Kemudian Allah ‘azza wa jalla berfirman: ‘Tuliskanlah kitabnya dalam sijjin di bumi paling rendah.’ Lalu ruhnya dibuang sejauh-jauhnya. Nabi saw pun membaca ayat: “Siapa yang menyekutukan Allah, maka seolah-olah dia tersungkur dari langit lantas burung menyambarnya atau sebagaimana diterbangkan angin ke tempat jauh—QS. Al-Hajj [22] : 31.
فَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنْ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنْ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ
Lalu ruhnya dikembalikan dalam jasadnya. Kedua malaikat lantas mendatanginya dan mendudukkannya lalu bertanya: ‘Siapa tuhanmu?’ Ia menjawab: ‘Hah, hah, saya tidak tahu.’ Kedua malaikat itu bertanya lagi: ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab: ‘Hah, hah, saya tidak tahu’. Kedua malaikat bertanya lagi: ‘Siapa lelaki yang diutus untuk kalian ini?’ Si mayit menjawab: ‘Hah, hah, saya tidak tahu.’ Lantas ada Penyeru dari langit yang menyeru: ‘Ia dusta. Hamparkan untuknya hamparan dari neraka dan bukakan untuknya pintu menuju neraka. Maka panas dan letupan neraka mendatanginya. Lalu kuburannya disempitkan hingga tulang-tulangnya bersilangan. (Musnad Ahmad bab hadits al-Barra ibn ‘Azib no. 18557. al-Albani dan Syu’aib al-Arnauth: Hadits shahih).
Wal-‘iyadzu bil-‘Llah.