Koreksi Konsep Kufur Akbar

Konsep ilmu tauhid yang harus dikoreksi berikutnya dari madzhab Salafi adalah konsep kufur akbar. Cakupannya yang terlalu luas jadi mengkafirkan orang-orang Islam yang tidak boleh dikafirkan. Meski dalihnya hanya menunjuk sifat, bukan orang, tetap saja sifat tersebut melekat di orang-orang tertentu yang notabene masih muslim. Model penggunaan ayat-ayat untuk orang kafir yang ditujukan kepada orang-orang Islam masih menjadi ciri khas yang luput dari perhatian madzhab ini.
Yang menjadi masalah, kufur akbar yang seharusnya ditujukan untuk orang yang non-muslim atau sudah keluar dari Islam, dalam klasifikasinya malah diperluas mencakup sifat-sifat turunan kufur yang kena kepada umat Islam. Klasifikasi yang dimaksud adalah:
Pertama, kufrut-takdzib yaitu mendustakan/tidak percaya kebenaran agama. Dalilnya:
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ كَذَّبَ بِٱلۡحَقِّ لَمَّا جَآءَهُۥٓۚ أَلَيۡسَ فِي جَهَنَّمَ مَثۡوٗى لِّلۡكَٰفِرِينَ ٦٨
Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir? (QS. al-‘Ankabut [29] : 68)
Vonis dari Allah swt neraka Jahannam tempat bagi orang kafir merujuk kepada mereka yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang haq. Mendustakan seperti ini adalah kufur.
Kedua, kufrul-iba wal-istikbar ma’at-tashdiq, yaitu membangkang dan sombong dari syari’at Allah meski meyakini kebenarannya. Dalilnya:
وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٤
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir (QS. al-Baqarah [2] : 34).
Iblis digolongkan kepada golongan kafir dalam di atas karena ia membangkang, meski ia yakin Allah swt sebagai Tuhan. Model pembangkangan seperti ini adalah kufur.
Ketiga, kufrus-syakk yaitu meragukan kebenaran agama.
وَدَخَلَ جَنَّتَهُۥ وَهُوَ ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ قَالَ مَآ أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَٰذِهِۦٓ أَبَدٗا ٣٥ وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةٗ وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهَا مُنقَلَبٗا ٣٦ قَالَ لَهُۥ صَاحِبُهُۥ وَهُوَ يُحَاوِرُهُۥٓ أَكَفَرۡتَ بِٱلَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٖ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٖ ثُمَّ سَوَّىٰكَ رَجُلٗا ٣٧ لَّٰكِنَّا۠ هُوَ ٱللَّهُ رَبِّي وَلَآ أُشۡرِكُ بِرَبِّيٓ أَحَدٗا ٣٨
Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zhalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya. Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu“. Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya sedang Dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.” (QS. al-Kahfi [18] : 35 – 38)
Pernyataan petani kebun: “Aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang,” menunjukkan keraguan yang divonis oleh temannya: “Apakah kamu kafir kepada (tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah?…”. Ini menjadi dalil bahwa keraguan dalam hal kiamat berarti kufur.
Keempat, kufrul-i’radl yaitu berpaling dari peringatan Allah. Dalilnya:
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ عَمَّآ أُنذِرُواْ مُعۡرِضُونَ ٣
Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka (QS. al-Ahqaf [46] : 3).
Kelima, kufrun-nifaq yaitu munafiq. Dalilnya:
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ ءَامَنُواْ ثُمَّ كَفَرُواْ فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ فَهُمۡ لَا يَفۡقَهُونَ ٣
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti (QS. al-Munafiqun [63] : 3).
Seyogianya ada penjelasan tambahan bahwa sifat-sifat yang dijelaskan di atas adalah sifat orang-orang kafir dan ditujukan untuk orang-orang kafir. Ayat-ayat yang dikutip di atas juga ayat-ayat tentang orang-orang kafir, dan tidak sedang berbicara tentang orang-orang Islam. Ketika ada orang Islam yang sama seperti sifat-sifat di atas tidak otomatis kafir jika faktanya ia masih yakin la ilaha illal-‘Llah; masih tidak menyembah kepada selain Allah; dan masih shalat, zakat, shaum, dan haji. Orang-orang Islam yang bersifat seperti di atas hanya sebatas “seperti orang kafir”. Yang seperti ini termasuk dosa besar, tetapi tidak sampai kafir selama orangnya tidak keluar dari Islam.
Perbandingan sederhananya: Meja kakinya empat atau tiga. Maka tidak otomatis yang berkaki empat atau tiga berarti meja. Kembali pada sifat dan karakter pokok meja itu sendiri apa. Jika sifat dan karakter pokok meja itu tidak ada pada benda lain yang sama berkaki empat, maka benda lain yang berkaki empat itu tidak otomatis bisa disimpulkan sebagai meja. Karena nantinya disimpulkan kursi adalah meja, bangku adalah meja, sapi adalah meja, kambing adalah meja, karena sama berkaki empat atau tiganya. Tentu kesimpulan ini rancu dan salah.
Hal ini penting untuk ditegaskan karena rumusan turunan dari syirik akbar dan kufur akbar ini adalah 10 pembatal Islam, yang meski tidak ditujukan ke orang tertentu, tetapi jelas ditujukan ke sifat-sifat orang tertentu yang konsekuensinya mengidentifikasi seorang muslim menjadi kafir.
Sekali lagi, seharusnya uraian jenis kufur akbar di atas didudukkan sebagai “sifat-sifat orang kafir”, bukan jenis-jenis kufur akbar. Jika ada orang muslim yang bersifat seperti yang diuraikan di atas berarti ia “seperti orang kafir”, dan tidak berarti “menjadi kafir”.
Wal-‘Llahu a’lam