Jangan Gagal Paham Hadits
‘Umar ibnul-Khaththab ra sampai mendorong Abu Hurairah ra hingga jatuh tersungkur pantatnya hanya karena memperingatkannya untuk tidak sembarangan menyampaikan hadits kepada masyarakat umum. Menurutnya hadits-hadits tertentu bisa jadi masyarakat gagal paham jika belum cukup dasar ilmunya sehingga menyebabkan mereka keliru dalam beramal. Nabi ﷺ dalam hadits lain memang selalu mengingatkan untuk tidak sembarangan menyampaikan hadits kepada masyarakat umum karena khawatir dipahami salah.
Berawal dari sebuah majelis yang dihadiri oleh para shahabat, termasuk Abu Bakar dan ‘Umar ra, Nabi saw tiba-tiba keluar dan tidak kunjung kembali ke majelis, padahal kegiatan bermajelis saat itu belum selesai. Para shahabat yang gelisah pun mulai mencari Nabi saw dan Abu Hurairah ra menjadi shahabat yang paling pertama keluar mencari Nabi saw.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كُنَّا قُعُودًا حَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ مَعَنَا أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ فِى نَفَرٍ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مِنْ بَيْنِ أَظْهُرِنَا فَأَبْطَأَ عَلَيْنَا وَخَشِينَا أَنْ يُقْتَطَعَ دُونَنَا وَفَزِعْنَا فَقُمْنَا فَكُنْتُ أَوَّلَ مَنْ فَزِعَ فَخَرَجْتُ أَبْتَغِى رَسُولَ اللَّهِ ﷺ حَتَّى أَتَيْتُ حَائِطًا لِلأَنْصَارِ لِبَنِى النَّجَّارِ فَدُرْتُ بِهِ هَلْ أَجِدُ لَهُ بَابًا فَلَمْ أَجِدْ فَإِذَا رَبِيعٌ يَدْخُلُ فِى جَوْفِ حَائِطٍ مِنْ بِئْرٍ خَارِجَةٍ – وَالرَّبِيعُ الْجَدْوَلُ – فَاحْتَفَزْتُ كَمَا يَحْتَفِزُ الثَّعْلَبُ
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Ketika kami duduk di sekitar Nabi saw, bersama kami ada Abu Bakar dan ‘Umar dalam satu kumpulan, tiba-tiba Rasulullah saw beranjak dari tengah-tengah kami. Beliau tidak kunjung kembali sehingga kami merasa takut beliau dicelakai di belakang kami. Kami terkejut dan segera beranjak. Saya adalah orang yang paling pertama terkejut. Aku keluar mencari Rasulullah saw hingga datang ke sebuah kebun yang dipagari milik kaum Anshar Bani Najjar. Aku berkeliling untuk mencari pintu tapi tidak aku temukan. Aku melihat ada satu aliran parit masuk ke tengah-tengah kebun itu dari sumur di luar. Aku pun merangkak sebagaimana halnya serigala.
فَدَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ؟ فَقُلْتُ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ مَا شَأْنُكَ؟ قُلْتُ كُنْتَ بَيْنَ أَظْهُرِنَا فَقُمْتَ فَأَبْطَأْتَ عَلَيْنَا فَخَشِينَا أَنْ تُقْتَطَعَ دُونَنَا فَفَزِعْنَا فَكُنْتُ أَوَّلَ مَنْ فَزِعَ فَأَتَيْتُ هَذَا الْحَائِطَ فَاحْتَفَزْتُ كَمَا يَحْتَفِزُ الثَّعْلَبُ وَهَؤُلاَءِ النَّاسُ وَرَائِى فَقَالَ: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ. وَأَعْطَانِى نَعْلَيْهِ قَالَ: اذْهَبْ بِنَعْلَىَّ هَاتَيْنِ فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ.
Aku berhasil masuk menemui Rasulullah saw. Beliau bertanya: “Abu Hurairah?” Aku menjawab: “Ya wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: “Apa urusanmu?” Aku menjawab: “Anda tadi ada bersama kami, lalu beranjak dan tidak kunjung kembali. Kami takut anda dicelakai di belakang kami sehingga kami terkejut dan saya yang pertama kali terkejut. Lalu aku datangi kebun ini dan merangkak sebagaimana halnya serigala. Orang-orang di belakangku juga sama sedang mencari anda.” Beliau bersabda: “Wahai Abu Hurairah,” sambil memberikan sandalnya, “pergilah dengan kedua sandalku ini. Siapa saja yang kamu temui di luar kebun ini yang bersyahadat la ilaha illal-‘Llah dengan hati yang yakin maka berilah kabar gembira kepadanya dengan surga.”
فَكَانَ أَوَّلَ مَنْ لَقِيتُ عُمَرُ فَقَالَ مَا هَاتَانِ النَّعْلاَنِ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ. فَقُلْتُ هَاتَانِ نَعْلاَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ بَعَثَنِى بِهِمَا مَنْ لَقِيتُ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ بَشَّرْتُهُ بِالْجَنَّةِ. فَضَرَبَ عُمَرُ بِيَدِهِ بَيْنَ ثَدْيَىَّ فَخَرَرْتُ لاِسْتِى فَقَالَ ارْجِعْ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَأَجْهَشْتُ بُكَاءً وَرَكِبَنِى عُمَرُ فَإِذَا هُوَ عَلَى أَثَرِى فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مَا لَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ قُلْتُ لَقِيتُ عُمَرَ فَأَخْبَرْتُهُ بِالَّذِى بَعَثْتَنِى بِهِ فَضَرَبَ بَيْنَ ثَدْيَىَّ ضَرْبَةً خَرَرْتُ لاِسْتِى قَالَ ارْجِعْ.
Orang yang pertama aku temui adalah ‘Umar. Ia bertanya: “Dua sandal siapa ini Abu Hurairah?” Aku menjawab: “Dua sandal Rasulullah saw. Beliau menyuruhku membawanya untuk menyampaikan kepada orang yang aku temui dan ia bersyahadat la ilaha illal-‘Llah dengan hati yang yakin maka aku memberi kabar gembira kepadanya dengan surga.” ‘Umar lalu memukul dengan tangannya ke dadaku hingga aku tersungkur dengan pantatku lalu berkata: “Kembali lagi Abu Hurairah.” Aku pun kembali kepada Rasulullah saw sambil menahan tangisan. ‘Umar mengikutiku dan ternyata ia persis ada di belakangku. Rasulullah saw bertanya kepadaku: “Ada apa denganmu wahai Abu Hurairah?” Aku menjawab: “Aku bertemu ‘Umar dan aku pun beritahukan kepadanya pesan yang anda titipkan kepadaku, tapi ia memukul dadaku hingga aku tersungkur dengan pantatku dan ia berkata kembalilah.”
فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَا عُمَرُ مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا فَعَلْتَ؟ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِى أَنْتَ وَأُمِّى أَبَعَثْتَ أَبَا هُرَيْرَةَ بِنَعْلَيْكَ مَنْ لَقِىَ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ بَشَّرَهُ بِالْجَنَّةِ. قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَلاَ تَفْعَلْ فَإِنِّى أَخْشَى أَنْ يَتَّكِلَ النَّاسُ عَلَيْهَا فَخَلِّهِمْ يَعْمَلُونَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَخَلِّهِمْ
Rasulullah saw bertanya kepadanya: “Wahai ‘Umar, apa yang mendorongmu berbuat demikian?” Ia menjawab: “Wahai Rasulullah, dengan ayah dan ibuku untuk menebusmu, apakah anda benar meminta Abu Hurairah dengan membawa dua sandal anda untuk menyampaikan kepada orang yang ia temui dan ia bersyahadat la ilaha illal-‘Llah dengan hati yang yakin maka ia memberi kabar gembira kepadanya dengan surga?” Beliau menjawab: “Ya.” ‘Umar berkata: “Sebaiknya jangan, sungguh aku takut orang-orang jadi bergantung kepadanya. Biarkan saja mereka beramal.” Rasulullah saw bersabda: “Kalau begitu biarkan mereka beramal.” (Shahih Muslim bab man laqiyal-‘Llah bil-iman wa huwa ghairu syakk dakhalal-jannah no. 156).
Apa yang diusulkan ‘Umar ra di atas pada hakikatnya sama dengan arahan Nabi saw sendiri kepada Mu’adz ra agar jangan dulu menyampaikan hadits yang rentan disalahpahami oleh masyarakat sehingga mereka bergantung hanya kepada hadits tersebut dengan meninggalkan amal shalih. Hadits yang dimaksud adalah:
عَنْ مُعَاذٍ قال: قال رسول الله ﷺ : مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُخْبِرُ بِهِ النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوا قَالَ إِذًا يَتَّكِلُوا وَأَخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا
Dari Mu’adz ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada seorang pun yang syahadat la ilaha illal-‘Llah wa anna Muhammad Rasulullah dengan benar dari hatinya melainkan Allah akan mengharamkannya masuk neraka.” Mu’adz bertanya: “Wahai Rasulullah, bolehkah aku beritahukan kepada orang lain agar mereka berbahagia?” Beliau menjawab: “Jika demikian nanti mereka bergantung (tanpa beramal).” (Kata Anas ra) Mu’adz kemudian menyampaikannya menjelang matinya karena takut berdosa (menyembunyikan ilmu). (Shahih al-Bukhari bab man khashsha bil-‘ilm qauman duna qaum no. 128).
Apa yang Nabi saw sampaikan kepada Abu Hurairah dan Mu’adz di atas tentunya hadits dan ajaran yang shahih, tetapi hanya baru layak disampaikan kepada orang-orang yang kualitas ilmunya seperti Abu Hurairah dan Mu’adz, tidak untuk disampaikan kepada masyarakat umum. Maka dari itu, Imam al-Bukhari menuliskan tarjamah untuk hadits di atas:
بَاب مَنْ خَصَّ بِالْعِلْمِ قَوْمًا دُونَ قَوْمٍ كَرَاهِيَةَ أَنْ لَا يَفْهَمُوا
Bab: Mengkhususkan ilmu kepada satu kaum dan tidak kepada kaum lainnya karena takut mereka gagal paham.
Syahadat akan menghalangi setiap orang yang meyakininya dari neraka dan memastikan ke surga adalah benar. Akan tetapi maksudnya “haram ke neraka selama-lamanya” atau “haram ke neraka sebentar sekalipun”. Jika ia penuh dengan amal dosa pastinya masuk kategori yang “haram ke neraka selama-lamanya”. Artinya akan “masuk neraka dahulu tetapi tidak selama-lamanya” karena syahadat yang diyakininya akan mendatangkan syafa’at Nabi saw dan menyelamatkan dari kekekalan siksa di neraka. Terkecuali kalau seseorang bebas sama sekali dari dosa-dosa besar, maka ia akan masuk surga langsung tanpa disiksa dahulu di neraka.
Demikian halnya janji akan “masuk surga” bagi yang meyakini syahadat maksudnya “masuk surga langsung” atau “masuk surga pada tahap berikutnya”. Jika seseorang pelaku dosa besar maka masuk kategori “masuk surga pada tahap berikutnya” karena di tahap pertama ia akan disiksa di neraka terlebih dahulu. Dikecualikan orang yang sudah bebas dari dosa besar, maka ia akan “masuk surga langsung” tanpa harus ke neraka dahulu.
Jadi memang pasti, siapapun yang meyakini syahadat, ia akan masuk surga dan terbebas dari neraka. Hanya persoalan waktunya dari sejak awal atau pada tahap berikutnya, sangat tergantung dari amal-amalnya.
Hadits Abu Hurairah ra di atas merupakan peringatan keras bagi kaum muslimin yang masih bersikap ittikal (bergantung) pada syahadat dengan mengabaikan ilmu dan amal shalih. Umumnya mereka adalah yang mementingkan amal-amal shalawatan, yasinan, istighatsahan, manaqiban, muludan, tahlilan, dan rajaban, tetapi tidak berminat untuk menambah ilmu dan amal karena merasa yakin amal-amal tersebut dan syahadat yang diyakininya sudah cukup mengantarkan ke surga dan menjauhkan dari neraka. Kepada merekalah hadits-hadits semacam di atas harus dijelaskan secara detail, jangan disampaikan apa adanya secara ringkas, sebab nyatanya jadi gagal paham hadits. Kaum muslimin seperti inilah yang harus digiatkan terus mencari ilmu dan meningkatkan amal, jangan dibuai dengan hadits-hadits yang menggembirakan dan gagal dipahami dengan baik. Wal-‘Llahu a’lam