Aqidah

Do’a Saat Menghadapi Kesulitan

Maaf mau bertanya, do’a apa yang harus dipanjatkan ketika menghadapi masalah yang sangat berat? 08967999xxxx
Do’a itu intinya permohonan. Redaksi permohonannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang kita hadapi. Meski demikian, berdo’a dengan redaksi do’a yang Nabi saw panjatkan (ma`tsur) memang lebih baik, sebab redaksi do’a yang Nabi saw panjatkan sifatnya menyeluruh, tidak spesifik kasus per kasus. Semua jenis kesulitan yang dihadapi sudah tercakup oleh do’a-do’a yang Nabi saw ajarkan.
Do’a-do’a yang dimaksud tentu tidak mungkin disajikan di sini mengingat keterbatasan ruang. Anda bisa merujuknya, misalkan, ke kitab Bulughul-Maram bab terakhir. Di sana disajikan do’a-do’a ma`tsur yang biasa Rasul saw panjatkan, dan sifatnya ‘sapu jagat’ mencakup semua jenis kesulitan yang dihadapi, juga semua keinginan yang diharapkan.
Salah satu do’a ‘sapu jagat’ yang Nabi saw ajarkan ketika menghadapi kesulitan adalah do’a yang pernah dipanjatkan oleh Nabi Yunus as ketika beliau ditelan oleh ikan paus.

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang zhalim.
Terkait do’a ini Nabi saw bersabda:

فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

Maka sungguh tidak ada seorang muslim pun yang berdo’a dengannya sekalipun kecuali Allah akan mengijabahnya (Sunan at-Tirmidzi bab ma ja`a fi ‘aqdit-tasbih no. 3505. Al-Albani: Shahih).
Dalam riwayat at-Thabari, sebagaimana dikutip Ibn Katsir dalam Tafsirnya, disebutkan bahwa ini berlaku bagi semua orang beriman yang sedang kesulitan, sebab di kelanjutan ayatnya disebutkan: Maka Kami memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kesulitan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman (QS. al-Anbiya` [21] : 88).
Rahasia dari do’a tersebut adalah: (1) Bergantung kepada Allah swt melalui kalimat tauhid. Ini membulatkan keyakinan setiap orang untuk hanya bergantung kepada Allah swt, tidak kepada selain-Nya. (2) Pengakuan tulus atas kezhaliman diri sendiri. Sebab tidak ada satu kesulitan pun melainkan di sana ada faktor kezhaliman diri sendiri, bukan hanya kesalahan orang lain. Pengakuan tulus ini akan menjadikan seseorang selalu mawas diri dengan kekurangan yang ada pada dirinya, lalu memperbaikinya. Dua hal inilah yang sebenarnya menjadi kunci untuk melepaskan diri dari setiap kesulitan yang dihadapi. Wal-‘Llahu a’lam.

Related Articles

Back to top button