Bershadaqah dengan Shalat Dluha

Meski keharusan shadaqah tidak sampai wajib seperti zakat, bukan berarti kedudukannya boleh diabaikan di belakang zakat. Sebab Nabi saw menganjurkan shadaqah sebagai bentuk syukur atas semua rizki yang telah didapat. Rizki yang paling utama adalah hidup itu sendiri. Karena Allah swt sudah memberikan kita kehidupan, maka shadaqah pun harus diamalkan sebagai bentuk syukur atas anugerah kehidupan tersebut.
Terkait syukur itu sendiri, Allah swt sudah mengingatkan lewat ajaran Nabi Musa as kepada umatnya:
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14] : 7)
Maka dari itu pertimbangannya bukan lagi: “Shadaqah sunat, ditinggalkan tidak apa-apa. Hanya zakat yang wajib dan tidak boleh ditinggalkan.” Pertimbangannya seharusnya: “Shadaqah itu bentuk syukur. Diamalkan akan menambah rizki dan kenikmatan. Jika ditinggalkan, tidak akan menambah rizki dan kenikmatan.” Sehingga tidak heran, sebagaimana sudah dibahas sebelumnya, beberapa orang shahabat yang miskin sampai rela menjadi buruh panggul terlebih dahulu hanya demi mendapatkan satu atau dua keping dirham untuk kemudian mereka shadaqahkan. Itu disebabkan pertimbangan bahwa shadaqah adalah sebuah bentuk syukur atas anugerah kehidupan, terlepas dari apakah hidup yang dijalani itu kaya atas miskin. Yang jelas setiap orang sudah Allah swt berikan kehidupan. Jika disyukuri maka akan selalu bertambah nikmat. Jika tidak disyukuri maka akan selalu tidak bertambah nikmat.
Keterkaitan shadaqah dengan anugerah kehidupan, ditegaskan Nabi saw dalam beberapa sabdanya:
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ. قَالَ تَعْدِلُ بَيْنَ الْإِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتَِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ. قَالَ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيْطُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ
“Setiap tulang/persendian dari tubuh manusia terkena keharusan shadaqah pada setiap hari yang terbit padanya matahari.” Beliau bersabda lagi: “Mendamaikan di antara dua orang yang bersengketa dengan adil adalah shadaqah, menolong seseorang dengan mengangkatnya ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya juga shadaqah.” Beliau bersabda lagi: “Kalimah thayyibah juga shadaqah, setiap langkah yang digerakkan menuju shalat juga shadaqah, dan menyingkirkan kotoran dari jalanan juga shadaqah.” (Shahih Muslim kitab az-zakat bab bayan anna isma as-shadaqah yaqa’u ‘ala kulli nau’in minal-ma’ruf no. 2382).
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ فَمَنْ كَبَّرَ اللَّهَ وَحَمِدَ اللَّهَ وَهَلَّلَ اللَّهَ وَسَبَّحَ اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ اللَّهَ وَعَزَلَ حَجَرًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ أَوْ شَوْكَةً أَوْ عَظْمًا عَنْ طَرِيقِ النَّاسِ وَأَمَرَ بِمَعْرُوفٍ أَوْ نَهَى عَنْ مُنْكَرٍ عَدَدَ تِلْكَ السِّتِّينَ وَالثَّلاَثِمِائَةِ السُّلاَمَى فَإِنَّهُ يَمْشِى يَوْمَئِذٍ وَقَدْ زَحْزَحَ نَفْسَهُ عَنِ النَّارِ
Sesungguhnya setiap manusia dari keturunan Adam diciptakan atas 360 tulang/persendian. Maka siapa yang bertakbir, tahmid, tahlil, tasbih, istighfar, menyingkirkan batu, duri atau tulang dari jalan umum, beramar ma’ruf atau nahyi munkar sebanyak tulang/persendian yang 360 tersebut, maka sungguh ia telah berjalan pada hari itu dengan memastikan dirinya selamat dari neraka (Shahih Muslim kitab az-zakat bab bayan anna ismas-shadaqah yaqa’u ‘ala kulli nau’ minal-ma’ruf no. 2377).
Dua hadits di atas mengajarkan beberapa hal: Pertama, shadaqah harus diamalkan sebanyak tulang/persendian yang ada dalam tubuh manusia, yakni 360 kali shadaqah.
Kedua, shadaqah ini harus diamalkan setiap hari, khususnya di pagi hari setelah matahari terbit.
Ketiga, saking harusnya (baca: sunat) shadaqah, Nabi saw sendiri memberikan jalan yang lebar dan luas untuk shadaqah tersebut. Tidak sebatas dengan mengeluarkan harta semata, melainkan dengan semua jenis amal kebaikan. Dalam sabdanya yang lain Nabi saw menegaskan:
كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ وَإِنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ وَأَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ أَخِيْكَ
Setiap kebaikan itu adalah shadaqah, dan sesungguhnya termasuk shadaqah kamu bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri, juga kamu menuangkan air dari embermu pada wadah saudaramu (Sunan at-Tirmidzi kitab al-birr was-shilah bab thalaqatil-wajhi wa husnil-basyar no. 1970).
Dengan jalan yang luas ini, maka tidak ada alasan lagi bagi orang yang tidak memiliki harta untuk tidak bershadaqah. Sebab baik orang kaya atau orang miskin, sama-sama dianugerahkan oleh tulang/persendian sebanyak 360 buah. Sejumlah tulang/persendian ini harus disyukuri dengan shadaqah. Shadaqah yang dimaksud bukan hanya dengan mengeluarkan harta, tetapi dengan menebar amal-amal kebaikan sebanyak 360 amal. Sangat dimungkinkan berkurangnya nikmat dalam tulang/persendian disebabkan kurangnya syukur lewat 360 shadaqah.
Jika merasa berat dengan keharusan mengamalkan 360 shadaqah atau amal kebaikan, Nabi saw memberikan satu tips yang bisa mempermudahnya, yakni dua raka’at shalat Dluha.
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
Setiap pagi, semua tulang/persendian kalian harus bershadaqah. Dan setiap tasbih itu adalah shadaqah. Setiap tahmid, tahlil, dan takbir juga shadaqah. Amar ma’ruf nahyi munkar juga shadaqah. Dan cukup untuk mewakili semua amal itu dua raka’at yang dikerjakan pada waktu dluha (Shahih Muslim kitab shalat al-musafirin bab istihbab shalatid-dluha no. 1704).
Terkait hadits di atas, Imam an-Nawawi memberikan syarh sebagai berikut:
وَفِيهِ دَلِيل عَلَى عِظَم فَضْل الضُّحَى وَكَبِير مَوْقِعهَا، وَأَنَّهَا تَصِحُّ رَكْعَتَيْنِ
Hadits ini jadi dalil agungnya keutamaan shalat Dluha dan besarnya kedudukannya. Dan bahwasanya shalat dluha itu sah dengan dua raka’at (Syarah an-Nawawi ‘ala Shahih Muslim).
Jika dikaitkan dengan hadits-hadits di atas, pahala shalat Dluha itu berarti senilai dengan 360 amal kebaikan. Bagi yang merasa berat mengamalkan 360 shadaqah, maka dengan dua raka’at shalat Dluha sudah cukup. Jika shalat Dluhanya terlewat, silahkan ganti dengan 360 amal kebaikan. Silahkan dipilih mana saja yang lebih mudah untuk diamalkan.
Wal-‘Llahu a’lam.