Akhlaq

Soulmate Setan 2

Soulmate (belahan jiwa) setan adalah orang yang setan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Setan seakan-akan telah menyatu dengan dirinya dan tidak akan pernah terpisahkan. Mereka adalah orang yang malas dari dzikir; membaca dan mengkaji al-Qur`an, memperdalam ilmu agama, dan selalu tertidur ketika khatib berceramah. Mereka juga adalah orang-orang yang sombong; enggan zakat dan malas shadaqah.

Kriteria kedua dari soulmate setan dijelaskan Allah swt dalam firman-Nya berikut ini:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا  ٣٦ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ وَيَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبُخۡلِ وَيَكۡتُمُونَ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦۗ وَأَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ عَذَابٗا مُّهِينٗا  ٣٧ وَٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَلَا بِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۗ وَمَن يَكُنِ ٱلشَّيۡطَٰنُ لَهُۥ قَرِينٗا فَسَآءَ قَرِينٗا  ٣٨

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barang siapa yang mengambil setan itu menjadi qarin (teman setia)-nya, maka setan itu adalah qarin (teman setia) yang seburuk-buruknya. (QS. an-Nisa` [4] : 36-38)

Dari sejak akhir ayat 36 sampai bagian awal ayat 38 di atas, Allah swt menjelaskan sifat-sifat jelek dari orang yang sombong. Lalu di bagian akhir ayat 38 Allah swt menyimpulkannya dengan menyebut orang tersebut sebagai qarin (soulmate) setan. Artinya, orang-orang yang sombong sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat di atas itu adalah qarin (soulmate) setan. Lebih jelasnya, sifat qarin (soulmate) setan yang disebutkan ayat-ayat di atas adalah:

Pertama, orang-orang yang kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Padahal karunia Allah swt yang diberikan kepada mereka itu seharusnya diinfaqkan. Dalam al-Qur`an sendiri Allah swt selalu menyebutkan amal yang ini bersanding dengan shalat. Sebuah isyarat bahwa sifat bakhil dan menyembunyikan karunia Allah merupakan pertanda shalatnya juga tidak benar.

ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ  ٣

(Orang bertaqwa itu adalah) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka (QS. al-Baqarah [2] : 3. Rujuk juga QS. Luqman [31] : 3-4; adz-Dzariyat [51] : 15-19; al-Ma’arij [70] : 19-25. Demikian juga banyak sekali perintah “mendirikan shalat” yang disandingkan dengan “menunaikan zakat”).

Terhadap mereka yang lebih senang menumpuk harta tanpa mau menginfaqkannya atau minimalnya mengeluarkan zakatnya, Allah swt memberikan ancaman yang keras:

وَٱلَّذِينَ يَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٖ  ٣٤ يَوۡمَ يُحۡمَىٰ عَلَيۡهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكۡوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمۡ وَجُنُوبُهُمۡ وَظُهُورُهُمۡۖ هَٰذَا مَا كَنَزۡتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡ فَذُوقُواْ مَا كُنتُمۡ تَكۡنِزُونَ  ٣٥

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu” (QS. At-Taubah [9] : 34-35).

Ayat di atas tidak berarti bahwa seorang muslim haram menabung untuk masa depannya. Yang dimaksud ayat di atas dijelaskan oleh para shahabat—tentunya berasal dari penjelasan Nabi saw—ditujukan kepada orang yang berpenghasilan cukup tapi tidak rutin mengeluarkan zakat dan infaqnya.

أَيُّمَا مَالٍ أُدِّيَتْ زَكَاتُهُ فَلَيْسَ بِكَنْزٍ وَإِنْ كَانَ مَدْفُوْنًا فِي الْأَرْضِ، وَأَيُّمَا مَالٍ لَمْ تُؤَدَّ زَكَاتُهُ فَهَوُ كَنْزٌ يُكْوَى بِهِ صَاحِبُهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ

Harta apa saja yang ditunaikan zakatnya, maka tidak termasuk kanzun (harta yang disembunyikan), meskipun disimpan di bawah tanah. Dan harta apa saja yang tidak ditunaikan zakatnya, maka itu kanzun, yang pemiliknya akan disetrika dengannya, meskipun ada di atas tanah (Pernyataan ‘Umar ibn al-Khaththab, Ibn ‘Abbas, Jabir, Abu Hurairah, dan Ibn ‘Umar. Dikutip dari Tafsir Ibn Katsir QS. At-Taubah [9] : 34-35. Al-Hafizh al-‘Iraqi menilai sanad riwayat ini jayyid).

Sebutan bagi orang-orang bakhil ini sebagai soulmate setan sangat sesuai dengan program utama setan itu sendiri, sebagaimana difirmankan Allah swt:

وَٱسۡتَفۡزِزۡ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُم بِصَوۡتِكَ وَأَجۡلِبۡ عَلَيۡهِم بِخَيۡلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِ وَعِدۡهُمۡۚ وَمَا يَعِدُهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ إِلَّا غُرُورًا  ٦

Dan hasunglah siapa yang kamu (setan) sanggupi di antara mereka (manusia) dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka (QS. al-Isra` [17] : 64).

Ayat di atas jelas menyebut bahwa program utama setan menyesatkan manusia adalah “berserikat” dalam hal harta dan keluarga. Akibatnya setan selamanya menjadi pendamping mereka dalam mengurus harta dan keluarga. Sehingga tidak heran kalau zakat dan infaq tidak dikeluarkan karena setan selalu menakut-nakuti dengan harta dan keluarga yang akan sengsara jika zakat-infaq dikeluarkan.

ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) (QS. al-Baqarah [2] : 268).

Kriteria kedua dari soulmate setan sebagaimana disebutkan ayat di muka adalah “menafkahkan harta karena riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari akhir”. Artinya, kalau sekiranya tidak akan menjadi dikenal oleh masyarakat bahwa ia seorang dermawan, maka ia enggan zakat dan infaq. Akan tetapi jika akan membuatnya dikenal masyarakat sebagai orang dermawan, maka ia membayar zakat dan infaq. Dasarnya sudah bukan lagi iman kepada Allah dan hari akhir, melainkan penilaian manusia. Orang seperti ini adalah orang-orang sombong, yang tidak tahu diri dari siapa harta itu berasal. Ia merasa bahwa ia sendiri yang membuat semua hartanya itu jadi dimiliki. Tidak ada peran Allah swt sama sekali, sehingga ia tidak merasa tertuntut untuk menunaikan perintah zakat dan infaqnya.

Semua itu disebabkan orang-orang seperti ini telah menjadikan setan sebagai belahan jiwa (soulmate)-nya. Akibatnya ia tidak ingat sama sekali dengan perintah Allah swt atas dirinya. Itu bermula juga dari keengganannnya berdzikir membuka hati, membaca al-Qur`an dengan sepenuh hati, dan menyimak ceramah muballigh dengan hati. Hatinya terkunci mati karena penuh dengan bisikan-bisikan setan. Sehingga hatinya sama sekali tidak pernah merasa bahwa ia ada dalam kesesatan.

Mereka adalah orang-orang yang berpenghasilan cukup tetapi tidak pernah merutinkan infaq di setiap bulannya. Mereka juga adalah pedagang yang zakatnya paling hanya seikhlasnya pas mau lebaran Idul Fithri. Atau mereka yang hanya bangga ketika mendapatkan rezeki banyak dengan mempertontonkan barang-barang baru kepada tetangganya, sementara zakat, infaq dan shadaqahnya tidak pernah ada yang baru, atau tidak ada sama sekali. Na’udzu bil-‘Llah min dzalik.

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button