Membaca Ayat Kursi sebelum Tidur Ajaran Setan?
Bismillah, dalam pembahasan sebelumnya tentang dzikir-dzikir sebelum tidur, mengapa tidak ada dzikir ayat kursi? Apakah benar karena disebabkan itu ajaran setan?
Tidak dituliskannya dzikir ayat kursi sebelum tidur dalam edisi 23/9 Maret 2018 murni karena kealpaan. Yang benar dzikir ayat kursi itu termasuk sunnah, bahkan para ulama sangat menganjurkannya. Termasuk juga dzikir ayat-ayat terakhir surat al-Baqarah. Imam an-Nawawi dalam kitabnya, at-Tibyan fi Adab Hamalatil-Qur`an, mengutip riwayat dari Ibn Abi Dawud bahwasanya ‘Ali berkata: “Aku tidak memandang orang yang berakal, seorang muslim yang sebelum tidurnya tidak membaca ayat kursi dan tiga ayat terakhir surat al-Baqarah”. Menurut Imam an-Nawawi sanad riwayat ini shahih sesuai syarat al-Bukhari Muslim.
Untuk yang tiga ayat terakhir surat al-Baqarah, kami belum menemukan dalil yang marfu’-nya dari Nabi saw. Yang baru kami temukan dua ayat terakhir al-Baqarah, itupun sebetulnya berlaku umum dibaca pada malam hari, baik dalam shalat wajib atau sunat, di luar shalat, atau maksimalnya sebelum tidur. Nabi saw bersabda:
مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
Siapa yang membaca dua ayat terakhir surat al-Baqarah pada satu malam, maka keduanya itu cukup baginya (Shahih al-Bukhari bab fadlli suratil-baqarah no. 5009).
Imam an-Nawawi menjelaskan maksud “cukup” dalam sabda Nabi saw di atas sebagai cukup mewakili dari qiyamul-lail, cukup menjaga diri dari gangguan setan dan dari semua bahaya (Syarah an-Nawawi Shahih Muslim no. 1340). Tentunya bukan berarti dengan membaca dua ayat tersebut, seseorang sudah bebas dari tuntutan shalat malam. Kedudukan shalat malam sebagai sunnah mu`akkadah tetap saja berlaku. Hanya bagi yang berhalangan syar’i, sudah terwakili dengan dua ayat tersebut. Atau pahala membaca dua ayat tersebut itu senilai dengan pahala shalat malam. Wal-‘Llahu a’lam.
Sedangkan dalil ayat kursi sebagai ajaran setan, tentu tidak benar. Itu adalah ajaran sunnah. Hanya kebetulan Abu Hurairah lebih tahu dahulu dari setan yang menyerupai manusia ketika mendatanginya memaksa meminta shadaqah padahal belum ada izin dari Nabi saw. Setan tersebut mengiming-imingi Abu Hurairah yang notabene haus ilmu dengan ilmu yang akan diajarkan kepadanya. Abu Hurairah pun luluh hatinya dan memberinya shadaqah. Setan memberi tahu Abu Hurairah bahwa jika ia sebelum tidur membaca ayat kursi maka tidak akan didekati oleh setan. Abu Hurairah sendiri tahu itu setan dari sabda Nabi saw. Dan ajaran dari setan itu adalah ajaran Nabi saw, karena Nabi saw nyatakan demikian. Jadi sebenarnya itu ajaran Nabi saw, hanya kebetulan setan lebih dahulu tahu daripada Abu Hurairah. Berhubung haditsnya panjang, kami kutip di sini yang pokoknya saja:
إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ
Apabila kamu naik tempat tidurmu, bacalah ayat kursi. Selamanya kamu akan disertai penjaga dari Allah dan setan tidak akan mendekat kepadamu (Shahih al-Bukhari kitab fadla`ilil-qur`an bab fadlli surah al-Baqarah no. 5010).
وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ
Nabi saw bersabda: “Dia (setan) benar. Tetapi dia tetap pendusta. Dia setan.” (Shahih al-Bukhari kitab fadla`ilil-qur`an bab fadlli surah al-Baqarah no. 5010)