I’tikaf Malam Saja

Ustadz maaf mau tanya, kalau untuk pekerja, jika mau i’tikaf apakah harus 10 hari di masjid terus, atau bisa malamnya saja? Dan apakah i’tikaf seperti itu masih berkesempatan mendapat lailatul qadar atau tidak?
I’tikaf memang sengaja Nabi saw amalkan untuk meraih keutamaan lailatul-qadar. I’tikaf yang beliau amalkan tersebut memang 10 hari 10 malam.
إِنِّى اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوْسَطَ ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِى إِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ. فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ
“Sungguh aku i’tikaf dari 10 hari pertama untuk mencari malam itu (lailatul-qadar), lalu aku beri’tikaf lagi di 10 hari pertengahan. Kemudian aku diberitahu bahwasanya lailatul-qadar ada di 10 hari terakhir. Maka siapa di antara kalian yang ingin (melanjutkan) i’tikaf (sampai 10 hari terakhir), maka i’tikaflah.” Orang-orang pun beri’tikaf bersama beliau (Shahih Muslim kitab as-shaum bab fadlli lailatil-qadri no. 2828).
Akan tetapi, Nabi saw sendiri menganjurkan bagi yang tidak mampu 10 hari 10 malam, untuk tetap berusaha meraih keutamaan lailatul-qadar di malam-malam tertentu. Perhatikan misalnya hadits-hadits berikut ini:
تَحَرُّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Carilah lailatul-qadar pada hitungan ganjil dari 10 hari terakhir bulan Ramadlan (Shahih al-Bukhari kitab fadlli lailatil-qadar bab taharri lailatil-qadri fil-witr minal-‘asyril-awakhir no. 2017; Musnad Ahmad bab hadits ‘Aisyah no. 24489).
فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
Maka carilah ia pada hari ke-9, ke-7, ke-5 [dari 10 hari terakhir Ramadlan] (Shahih al-Bukhari kitab al-‘ilm bab raf’i ma’rifah lailatil-qadr li talahin-nas no. 2023)
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى
Carilah lailatul-qadar pada 10 hari terakhir Ramadlan, pada sembilan hari, tujuh hari, atau lima hari yang tersisa (Shahih al-Bukhari kitab fadlli lailatil-qadar bab taharri lailatil-qadri fil-witr minal-‘asyril-awakhir no. 2021).
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
Carilah lailatul-qadar pada 10 hari terakhir. Jika salah seorang di antaramu lemah atau payah, maka jangan sampai terlewatkan yang tujuh hari tersisanya (Shahih Muslim bab fadlli lailatil-qadr wal-hats ‘ala thalabiha no. 2822).
Berdasarkan hadits-hadits di atas, jelas sekali bahwa jika tidak mampu i’tikaf 10 hari 10 malam, maka usahakan untuk i’tikaf di sembilan hari terakhir, tujuh hari terakhir, atau lima hari terakhir, di malam ke-25, 27, atau 29, atau di malam-malam ganjil dari 10 hari terakhir. Wal-‘Llahu a’lam.