Ibadah

Hadits Dla’if Shaum Ramadlan

Bismillah, ustadz maaf, apakah benar hadits Salman tentang khutbah Rasul saw di akhir Sya’ban dla’if? Termasuk tentang bulan Ramadlan dibagi tiga fase?
Hadits yang ditanyakan, matannya sebagai berikut:

عَنْ سَلْمَانَ قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَعْبَانَ، فَقَالَ: “أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللَّهُ صِيَامَهُ فَرِيضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، مَنْ تَقَرَّبَ فِيهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ، كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً، كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِينَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ، وَشَهْرٌ يَزْدَادُ فِيهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنْ فَطَّرَ فِيهِ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ”. قَالُوا: لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ. فَقَالَ: “يُعْطِي اللَّهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى تَمْرَةٍ، أَوْ شَرْبَةِ مَاءٍ، أَوْ مَذْقَةِ لَبَنٍ، وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

Hadits ini diriwayatkan dalam Shahih Ibn Khuzaimah bab fadla`il syahr Ramadlan in shahhal-khabar no. 1887. Redaksi/matan hadits ini masih ada kelanjutannya yang dipotong karena keterbatasan ruang. Meski ada dalam Shahih Ibn Khuzaimah, bukan berarti Ibn Khuzaimah menshahihkannya, sebab beliau menyatakan: in shahhal-khabar; jika khabar ini shahih. Artinya beliau tidak menshahihkannya, hanya menunjukkan hadits ini diragukan keshahihannya. Sebabnya ada rawi ‘Ali ibn Zaid ibn Jad’an. Ibn Hajar menyebutnya: dla’if (karena tidak ada seorang ulama mu’tabar pun yang menilai tsiqah/terpercaya akhlaq dan kecerdasannya). Ditambah rawi lain, Yusuf ibn Ziyad yang disebut oleh al-Bukhari: munkarul-hadits (haditsnya munkar, tidak halal meriwayatkan darinya). Menurut Ibn Hajar, terdapat sanad lain tetapi tetap bermuara pada ‘Ali ibn Zaid ibn Jad’an (Kanzul-‘Ummal ta’liq Bakri Hayani no. 23714).
Bagian akhir potongan hadits di atas—yang bergaris bawah—ada juga diriwayatkan terpisah dari Abu Hurairah, tetapi juga dla’if, karena rawi Salam ibn Siwar yang munkarul-hadits dan Maslamah ibn as-Shalt yang pendusta (as-Silsilah ad-Dla’ifah al-Albani no. 1569).
Yang shahih dari hadits di atas karena dikuatkan dalil lain adalah keterangan bahwa dalam bulan Ramadlan ada satu malam yang lebih baik daripada 1.000 bulan; shaumnya wajib shalat malamnya sunat; dan yang memberi makanan/minuman untuk berbuka akan mendapatkan pahala sebesar orang yang shaumnya. Tentang “bulan sabar”, shaum memang mengajarkan sabar. Demikian halnya “bulan muwasah/saling menolong”. Tentang pahala, kembali pada dalil umum; dilipatgandakan antara 10 s.d 700 kali lipat atau beberapa kali lipat lagi tergantung kualitas. Tentang tiga fase Ramadlan, menurut hadits-hadits shahih, shaum Ramadlan selama satu bulan akan menghapuskan dosa. Artinya mendatangkan pahala/rahmat dan otomatis bebas dari siksa neraka, tanpa ada fase-fase per 10 malam. Wal-‘Llahu a’lam

Related Articles

Back to top button