Internasional

Iran Yes, Syi’ah No

Iran Yes, Syi’ah No

Iran-Israel terlibat perang terkait Palestina. Umat Islam para pendukung Palestina sudah pasti akan mendukung Iran. Sikap Iran dan juga Yaman yang berani melakukan perlawanan terhadap Israel ibarat oase di tengah padang pasir ketika negara-negara Timur Tengah sengaja membiarkan bahkan turut menutup jalur bantuan ke Gaza seperti Mesir. Akan tetapi dukungan mereka tentunya tidak bias aqidah. Mendukung Iran bukan berarti mendukung atau membenarkan Syi’ahnya, tetapi murni mendukung Palestina agar bersih dari penjajah Israel.

Umat Islam sudah diajari oleh kitab sucinya untuk bisa ber-ta’awun (tolong menolong) dalam kebaikan dan taqwa meski dengan orang-orang kafir sekalipun. Kebencian kepada orang kafir tidak boleh menjadi penghalang untuk ta’awun dalam hal menolong kaum muslimin yang dijajah oleh Israel. Seandainya seperti hari ini yang bersemangat dan beraksi nyata membantu perjuangan rakyat Palestina adalah Iran dan Yaman yang notabene Syi’ah maka uluran tangan mereka tidak boleh ditolak hanya karena kebencian aqidah. Konsep ajaran ta’awun ini sudah tertuang jelas dalam ayat kedua surat al-Ma`’idah.

…وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَئَانُ قَوۡمٍ أَن صَدُّوكُمۡ عَنِ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ أَن تَعۡتَدُواْۘ وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ  ٢

“…Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Ma’idah [5] : 2).

Beberapa pihak yang malah nyinyir kepada Hamas dan pejuang Palestina lainnya hanya karena bekerja sama dengan Iran dan Yaman bisa dipastikan belum tercerahkan oleh firman Allah swt di atas. Padahal jelas ayat di atas ditujukan kepada para shahabat yang pastinya masih memendam rasa dendam kepada orang-orang kafir Quraisy yang sudah mengusir mereka dan menghalangi mereka masuk Masjidil-Haram. Allah swt menitahkan kepada para shahabat dan kaum muslimin umumnya agar kebencian itu dipinggirkan dahulu untuk mewujudkan ta’awun dalam kebaikan dan taqwa. Dalam konteks hari ini termasuk di dalamnya perjuangan membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan Israel. Ini jelas termasuk kebaikan dan taqwa yang kaum muslimin harus mampu ta’awun meski dengan orang-orang kafir sekalipun, termasuk orang-orang Syi’ah.

Al-Qur`an mengingatkan umatnya bahwa umat manusia itu memang ditaqdirkan berbeda-beda agama. Tiap-tiap agama itu memiliki wijhah (arah dan tujuan)-nya masing-masing yang tidak mungkin dipertemukan. Maka Islam tetaplah dalam wijhah-nya, jangan mau membebek pada wijhah selain Islam. Akan tetapi Allah swt mengingatkan bahwa setiap agama di luar Islam, meski wijhah mereka jelas bertentangan dengan Islam, tetapi mereka memiliki visi al-khairat; nilai-nilai kebaikan yang mereka perjuangankan. Sebagai satu-satunya agama yang benar dan harus unggul di atas agama-agama lainnya (li yuzhhirahu ‘alad-dini kullihi) maka jangan sampai umat Islam kalah dalam memperjuangkan nilai-nilai al-khairat itu dari pemeluk-pemeluk agama yang sesat, karena hal ini akan menimbulkan bias mana sebenarnya agama yang benar itu. Islam sangat mungkin dipersepsikan sebagai agama sampah jika faktanya selalu terlambat bahkan tidak sama sekali terlibat dalam memperjuangkan nilai-nilai al-khairat, dan sebaliknya agama-agama bathil bisa jadi dipersepsikan sebagai agama yang benar ketika mereka lebih maju dalam memperjuangan al-khairat dibandingkan umat Islam. Maka dari itu umat Islam harus senantiasa terdepan dalam menghadirkan nilai-nilai al-khairat, jangan sampai kalah oleh orang-orang kafir.

          … وَلِكُلّٖ وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَاۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ 

Dan tiap-tiap kelompok memiliki arahnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan (QS. al-Baqarah [2] : 148).

 لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ

Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan (QS. al-Ma`idah [5] : 48).

Jangan salahkan Iran kalau kemudian anak-anak muda dan masyarakat awam hari ini malah simpati kepada Syi’ah karena dalam hal konfrontasi dengan Israel negara Iran terdepan dibanding negara-negara Sunni di Timur Tengah. Jangan salahkan anak-anak muda dan masyarakat awam kalau kemudian mereka berasumsi Ahlus-Sunnah bukan kelompok muslim pilihan karena nyatanya negara-negara yang berideologi Ahlus-Sunnah hanya bisa diam. Yang paling parahnya seperti Mesir, malah menjadi seperti Haman dan Qarun yang menyokong kepongahan Fir’aun yang hari ini berwujud Israel.

Akan tetapi tentunya tidak berarti bahwa fakta ini bisa dijadikan pembenaran bahwa Syi’ah harus dikagumi. Al-Qur`an berulang-ulang menyatakan bahwa setiap agama dan ideologi itu ada wijihah-nya; orang-orang kafir tetaplah kafir; bahwa Syi’ah tetaplah Syi’ah yang tidak akan beranjak dari kesesatannya kecuali mereka menjadi Ahlus-Sunnah dan melepaskan semua kriteria Ahlul-Bid’ahnya. Bahwa ta’awun harus dijalankan meski dengan orang-orang kafir atau Syi’ah, tidak serta merta mengurangi keyakinan bahwa wa li kullin wijhatun huwa muwalliha. Sebagaimana ditegaskan Allah swt dalam firman lainnya:

وَلَئِنۡ أَتَيۡتَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ بِكُلِّ ءَايَةٖ مَّا تَبِعُواْ قِبۡلَتَكَۚ وَمَآ أَنتَ بِتَابِعٖ قِبۡلَتَهُمۡۚ وَمَا بَعۡضُهُم بِتَابِعٖ قِبۡلَةَ بَعۡضٖۚ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم مِّنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ إِنَّكَ إِذٗا لَّمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ  ١٤٥

Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu — kalau begitu — termasuk golongan orang-orang yang zalim (QS. al-Baqarah [2] : 145).

Letak kesamaan Syi’ah dengan ayat di atas sebagai kelompok yang menyimpang dari al-Qur`an dan Sunnah. Mayoritas Syi’ah dikategorikan kafir sebagaimana Ahli Kitab dan hanya sebagian kecil saja yang tidak kafir karena masih meyakini aqidah yang sama dengan Ahlus-Sunnah.

Simpati kepada Iran yang berani menyerang Israel hari ini tidak jauh beda dengan simpati umat Islam pada zaman Nabi saw kepada Romawi yang ketika Nabi saw masih di Makkah dikalahkan oleh Persia. Lalu Allah swt menjanjikan bahwa setelah kalah itu Romawi akan kembali mengalahkan Persia dalam beberapa tahun saja. Allah swt menyebutkan bahwa kaum mukminin pasti akan turut berbahagia ketika Romawi kembali merebut kemenangan atas kekalahan sebelumnya itu. Kebahagiaan kaum mukminin tersebut yang notabene dibenarkan al-Qur`an tentunya bukan berarti karena simpati pada kekafiran bangsa Romawi. Juga jangan dinyinyiri bahwa kebahagiaan kaum mukminin itu membuktikan bahwa aqidah para shahabat diragukan keshahihannya. Ini adalah ajaran dari Islam akan kelonggaran bersimpati kepada orang kafir jika orang-orang kafir itu ada di pihak yang siap ber-ta’awun dengan orang-orang Islam. Dalam konteks Iran hari ini yang notabene Syi’ah sama juga demikian karena mereka ada di pihak yang ber-ta’awun dalam perjuangan membela rakyat Palestina. Allah swt sampai mengabadikan satu nama surat untuk hal semisal ini yakni surat ar-Rum; Romawi.

الٓمٓ  ١ غُلِبَتِ ٱلرُّومُ  ٢ فِيٓ أَدۡنَى ٱلۡأَرۡضِ وَهُم مِّنۢ بَعۡدِ غَلَبِهِمۡ سَيَغۡلِبُونَ  ٣ فِي بِضۡعِ سِنِينَۗ لِلَّهِ ٱلۡأَمۡرُ مِن قَبۡلُ وَمِنۢ بَعۡدُۚ وَيَوۡمَئِذٖ يَفۡرَحُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ  ٤ بِنَصۡرِ ٱللَّهِۚ يَنصُرُ مَن يَشَآءُۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ  ٥ وَعۡدَ ٱللَّهِۖ لَا يُخۡلِفُ ٱللَّهُ وَعۡدَهُۥ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ  ٦

Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi,  di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang. (Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. ar-Rum [30] : 1-6).

Dari berbagai riwayat yang ada dijelaskan oleh al-Hafizh Ibn Katsir dalam kitab Tafsirnya bahwa ketika Persia mengalahkan Romawi kaum kafir Quraisy berbahagia karena mereka memiliki kesamaan sebagai penyembah berhala. Akan tetapi kaum muslimin bersedih hati karena meski bagaimanapun Romawi termasuk Ahli Kitab dan kaum Ahli Kitab adalah kaum yang paling toleran kepada kaum muslimin saat itu. Kemudian turunlah firman Allah swt bagian awal surat ar-Rum di atas. Kaum musyrikin kemudian mengolok-olok kaum muslimin khususnya Abu Bakar bahwa hal itu sangat mustahil. Bahkan saat itu Abu Bakar dipaksa oleh kaum kafir untuk bertaruh dalam waktu tujuh tahun jika benar ayat al-Qur`an itu sebagai firman kebenaran—tentunya sebelum diturunkan ayat haramnya bertaruh yang termasuk perjudian tersebut. Setelah berlalu tujuh tahun dan Romawi tidak kunjung menang, kaum kafir semakin menjadi-jadi mengolok-olok kepalsuan ayat-ayat al-Qur`an. Baru setelah berlalu dua tahun berikutnya dan ternyata Romawi bisa menang melawan Persia, kaum muslimin pun spontan berbahagia karena hubungan simpati yang sudah terbangun lama dan terbuktinya kebenaran firman Allah swt.

Hanya karena ada kesamaan meski dalam hal yang minimal dan hubungan saling hormat yang sudah terbangun lama meski tentu tidak berlaku secara umum, kaum muslimin dinilai sah-sah saja berbahagia atas kemenangan Romawi terhadap Persia. Hal tersebut tidak mencederai aqidah para shahabat karena mereka tetap kuat dengan keyakinan kebenaran Islam dan kebathilan Ahli Kitab. Maka kalau kemudian umat Islam hari ini berharap besar dan berbahagia jika Iran menang atas Israel, hal itu tidak akan mencederai aqidah sedikit pun selama tetap diyakini bahwa Syi’ah selamanya tetap Syi’ah yang tidak akan pernah beranjak dari status sesat. Wal-‘Llahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button