Organisasi

Orang Taqwa Tidak Fanatik Golongan

Sudah menjadi bagian taqdir Allah swt manusia hidup dengan berkelompok dan beragam golongan. Masing-masingnya selalu berusaha mengikatkan diri dan menguatkan identitas kelompok dan golongannya. Meski demikian Allah swt tetap memberikan tuntunan agar ragam kelompok dan golongan itu tidak disikapi dengan fanatik. Orang yang paling bertaqwa adalah orang yang paling bisa melepaskan diri dari fanatisme golongannya. Ia akan fokus meningkatkan ketaqwaan dan khairat-nya, bukan kelebihan identik masing-masing golongannya.

Fanatik golongan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah orang-orang yang teramat kuat meyakini kelebihan golongannya dan menilai golongan lainnya tidak baik bahkan merendahkan mereka. Tentunya hal ini terlarang dan mustahil sebab masing-masing golongan ada kelebihan dan kekurangannya. Terlarang karena memang Allah swt sendiri sudah melarangnya dengan tegas dalam al-Qur`an:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ  ١١

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim (QS. Al-Hujurat [49] : 11).

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ  ١٢

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (QS. Al-Hujurat [49] : 12).

Ayat ini berlaku bagi semua orang dari berbagai golongan; apakah itu madzhab, manhaj, organisasi kemasyarakatan, organisasi da’wah, organisasi politik, atau yang mengklaim tidak berorganisasi itu sendiri dan menyatakannya sebagai bid’ah; faktanya mereka lebih sering merendahkan kelompok yang tidak sejalan dengan mereka, sehingga seakan-akan jalan kebenaran itu hanya yang mereka pijak, selain dari itu sesat dan menyesatkan. Berlaku bagi mereka yang mengklaim jalan kebenaran itu hanya manhaj salaf, bukan manhaj khalaf atau asy’ariyyah. Berlaku juga bagi mereka yang mengklaim bawah jalan kebenaran itu hanya ahlus-sunnah wal-jama’ah versi Nahdliyyin dan bukan wahabi.

Secara sunnatul-‘Llah setiap kelompok memang akan fokus mengunggulkan kelompoknya. Akan tetapi Allah swt tetap mengarahkan agar semua yang berkelompok itu fokus pada khairat dan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik mengejar khairat. Bukan menyibukkan diri menggunggulkan kelompoknya dan merendahkan kelompok lain.

وَلِكُلّٖ وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَاۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ …

Dan tiap-tiap kelompok memiliki arahnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan (QS. al-Baqarah [2] : 148).

… لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ …

Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan (QS. al-Ma`idah [5] : 48).

Ayat terakhir malah mengarahkan kaum muslimin untuk tidak terjebak konflik agama yang tidak ada positifnya. Jadi bukan sebatas fanatisme golongan, melainkan juga dilarang fanatisme agama yang menjebak pada konflik negatif. Seyogianya umat Islam berlomba dalam mewujudkan khairat, jangan sampai kalah oleh pemeluk agama lainnya.

Perlombaan mewujudkan khairat itu sendiri dijelaskan dalam surat al-Mu`minun sebagai berikut:

أَيَحۡسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُم بِهِۦ مِن مَّالٖ وَبَنِينَ  ٥٥ نُسَارِعُ لَهُمۡ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ بَل لَّا يَشۡعُرُونَ  ٥٦ إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ خَشۡيَةِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ  ٥٧ وَٱلَّذِينَ هُم بِ‍َٔايَٰتِ رَبِّهِمۡ يُؤۡمِنُونَ  ٥٨ وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمۡ لَا يُشۡرِكُونَ  ٥٩ وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ  ٦٠ أُوْلَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَهُمۡ لَهَا سَٰبِقُونَ  ٦١

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun). Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang terdepan memperolehnya (QS. al-Mu`minun [23] : 55-61).

Ayat-ayat di atas menggambarkan ada dua paradigma khairat. Pertama, yang menilai khairat pada tataran materi; banyak anak dan harta. Dalam konteks golongan dan kelompok berarti yang banyak pengikut dan asetnya. Kedua, yang menilai khairat pada tataran nilai kebaikan; tauhid paripurna, mengimani ayat-ayat Allah swt dengan kuat, bersih dari syirik, dan banyak berbagi kepada sesama. Allah swt menegaskan bahwa khairat yang sebenarnya dan harus dikejar sehingga menjadi yang terdepan adalah khairat paradigma kedua.

Meski semua kelompok ditaqdirkan selalu mengunggulkan kelompoknya, Allah swt mengarahkan agar semua kelompok fokus pada gerakan memurnikan tauhid dan menebar kebaikan kepada masyarakat. Bukan pada memperbanyak pengikut dan aset dengan cara menonjolkan identitas kelompok yang diklaimnya terbaik dengan merendahkan kelompok lain. Satu cara yang diharapkan oleh mereka akan menambah pengikut yang fanatik dan aset yang banyak. Yang seperti ini bukan khairat. Berlomba-lomba pada khairat itu adalah bagaimana menjadi kelompok yang paling murni tauhidnya; bersih dari syirik dan riya, termasuk dari syahwat dunia. Menjadi kelompok yang paling maksimal dalam menghayati dan mengamalkan ayat-ayat Allah swt. Demikian halnya berlomba-lomba menebar kebaikan dan berbagi harta kekayaan kepada mereka yang berhak mendapatkannya.

Adanya ragam kelompok dalam masyarakat tidak boleh disikapi dengan fanatisme kelompok, malah harus dijadikan sarana untuk saling mengenal dan memahami kelebihan masing-masing kelompok yang ada (ta’aruf). Dengan sendirinya seseorang akan fokus untuk menjadi yang terbaik (atqakum), bukan fokus pada membesarkan fanatisme golongannya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ  ١٣

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujurat [49] : 13).

Yang paling mulia di sisi Allah nyatanya bukan yang paling aswaja, paling salafi, paling mencintai keluarga Nabi saw, paling Persis, paling Muhammadiyah, dan paling-paling kelompok lainnya, melainkan justru yang paling taqwa saja, terlepas dari apakah mereka berasal dari kelompok aswaja, salafi, pencinta habaib, Persis, Muhammadiyah, ataupun yang tidak berkelompok sama sekali. Wal-‘Llahu a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button