Hukum Khatib Jum’at Live TikTok

Hukum Khatib Jum’at Live TikTok
Bismillah, ustadz bagaimana hukum live ketika sedang berlangsung khutbah Jum’at? Khatibnya yang live, seperti live di akun tiktok gitu? 0877-4420-xxxx
Pada prinsipnya sepanjang tidak ada rukun dan syarat shalat Jum’at yang dilanggar maka hukum menyiarkan langsung khutbah Jum’at mubah, shalat Jum’atnya tetap sah dan tidak bathal. Tentunya dengan tetap diperhatikan agar tidak ada kegiatan yang mengganggu menyimak khutbah sehingga menjadi lagha (perbuatan sia-sia yang memalingkan dari khutbah) seperti berbincang-bincang, tersibukkan mengurus peralatan media, dan semacamnya.
لَا يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الْإِمَامُ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى
Tidaklah mandi seseorang pada hari Jum’at, bersuci semaksimal mungkin, berdandan rapi, memakai minyak wangi, lalu keluar menuju masjid dan tidak memisahkan di antara dua orang (menyela atau menggeser posisi duduk orang lain), lalu shalat semaksimal mungkin (intizhar), kemudian ia diam menyimak khutbah imam, kecuali akan diampuni dosanya di antara Jum’at itu dan Jum’at sebelumnya (Shahih al-Bukhari kitab al-jumu’ah bab ad-duhni lil-Jumu’ah no. 883).
Catatan: Hadits ini secara khusus menekankan larangan memisahkan di antara dua orang (menyela atau menggeser posisi duduk orang lain). Jangan sampai aktivitas siaran langsung melanggar larangan ini.
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
Apabila kamu berkata kepada temanmu pada hari Jum’at di saat imam berkhutbah “diamlah”, maka sungguh kamu telah menggugurkan pahala Jum’atan (Shahih al-Bukhari bab al-inshat yaumal-Jumu’ah no. 934).
Catatan: Termasuk dalam maksud hadits ini semua sikap yang tidak memperhatikan khutbah Jum’at, sebab khutbah Jum’at sama dengan shalat, tidak boleh berpaling meski hanya berbicara untuk menegur orang lain.
Satu-satunya hal yang akan merusak nilai shalat Jum’atnya hanya faktor niatnya, yakni jika niatnya melakukan siaran langsung itu hanya sebatas riya; ingin terkenal, menampilkan konten yang lain daripada yang lain sehingga banyak yang memberi tanggapan suka, dan mendapatkan penghasilan yang besar dari siaran langsungnya tersebut, maka ini akan menggugurkan pahala bahkan mendatangkan dosa, meski shalat dan khutbah Jum’atnya tetap sah.
Akan tetapi jika niatnya sebatas memperluas cakupan khutbah Jum’at agar bisa disimak juga oleh kaum ibu-ibu dan orang-orang yang sedang sakit yang tidak hadir shalat Jum’at, maka niat tersebut tidak akan merusak nilai shalat Jum’at. Kaum ibu-ibu pada zaman Nabi saw juga sering menyimak khutbah Jum’at Nabi saw dari rumah mereka masing-masing yang berdekatan dengan masjid.
عَنْ أُمِّ هِشَامٍ بِنْتِ حَارِثَةَ بْنِ النُّعْمَانِ قَالَتْ لَقَدْ كَانَ تَنُّورُنَا وَتَنُّورُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَاحِدًا سَنَتَيْنِ أَوْ سَنَةً وَبَعْضَ سَنَةٍ وَمَا أَخَذْتُ (ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ) إِلاَّ عَنْ لِسَانِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ يَقْرَؤُهَا كُلَّ يَوْمِ جُمُعَةٍ عَلَى الْمِنْبَرِ إِذَا خَطَبَ النَّاسَ
Dari Ummu Hisyam binti Haritsah ibn an-Nu’man, ia berkata: “Dapur kami dan dapur Rasulullah saw menyatu selama dua tahun atau satu tahun setengah. Aku tidak hafal surat Qaf wal-qur`anil-majid kecuali dari lisan Rasulullah saw yang membacanya setiap hari Jum’at di atas mimbar ketika berkhutbah kepada jama’ah.” (Shahih Muslim bab takhfifis-shalat wal-khutbah no. 2052).
Wal-‘Llahu a’lam.



