Aqidah

Hukum Tirakat untuk Mencapai Tujuan

Hukum Tirakat untuk Mencapai Tujuan

Bismillah Ustadz, izin bertanya. Bagaimana hukum tirakat yang banyak dilakukan orang-orang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan? Terima kasih. 0896-1598-xxxx

Tirakat adalah tradisi Jawa yang sama sekali tidak diajarkan oleh Islam. Ritualnya umumnya bertapa, semedi, dan puasa, yang ditujukan untuk meraih sesuatu yang diinginkan. Ketika berbaur dengan Islam ritualnya ditambah dengan do’a, dzikir, berbagi makanan, dan ritual-ritual lain yang dipandang baik oleh hawa nafsu masing-masing. Sebagai sebuah tradisi keagamaan yang tidak diajarkan syari’at maka hukumnya bid’ah dan dlalalah (sesat).

Meski demikian setiap muslim wajib meraih yang terbaik dalam kehidupan dunia dan juga kehidupan akhirat. Sebagaimana tercermin dalam do’a memohon hasanah (kebaikan) di dunia dan akhirat: Rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil-akhirah hasanah wa qina adzaban-nar. Caranya adalah beramal dan berusaha sebaik mungkin yakni ihsan.

قُلۡ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ  ١٠

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (QS. Az-Zumar [39] : 10).

Ayat di atas menegaskan bahwa hasanah di dunia itu akan diberikan kepada orang yang berbuat ihsan. Sebagaimana dijelaskan oleh para ulama terkait ayat Allah swt yang memerintah adil dan ihsan (QS. An-Nahl [16] : 90), ihsan itu adalah yang lebih baik daripada adil (proporsional/cukup). Kalau dalam tataran amal, bukan hanya mengamalkan amal wajib dan meninggalkan haram saja, melainkan sampai mengamalkan amal-amal sunat dan meninggalkan yang makruh dan mubah. Dalam tataran usaha duniawi pun demikian. Bukan hanya memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan saja, melainkan harus melebihi dalam hal kebaikannya. Jika konteksnya bekerja, berarti tidak cukup dengan bekerja di jam kantor, harus ditambah dengan bekerja di luar jam kantor. Hanya dengan cara seperti itu hasanah di dunia akan diperoleh.

Seperti difirmankan juga dalam ayat lain: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk [67] : 15). Ayat ini jelas mempersyaratkan usaha maksimal sampai ke berbagai penjuru bumi untuk memperoleh rizki Allah swt. Ayat sebelumnya juga menyinggung bumi Allah swt luas. Jika tidak memperoleh di satu tempat, cari di tempat yang lain, karena bumi Allah swt itu luas dan rizki Allah swt pun luas. Semuanya harus dijalani dengan penuh kesabaran, karena dengan cara itulah balasan yang berlebih akan diperoleh. Secara khusus ayat di atas fokus pada hijrah. Meski berat, sulit, pedih, dan tidak sesuai dengan yang diinginkan, jalani saja dengan sabar, karena nanti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Sama dengan firman Allah swt dalam ayat lain:

وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ فِي ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا ظُلِمُواْ لَنُبَوِّئَنَّهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗۖ وَلَأَجۡرُ ٱلۡأٓخِرَةِ أَكۡبَرُۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ  ٤١ ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ  ٤٢

Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal (QS. An-Nahl [16] : 41-42).

Surat al-Insyirah menyebutkan kepastian melewati al-‘usr (kesulitan) sebelum menemukan dua yusran (kemudahan). Tidak mungkin seseorang meraih dua kemudahan tanpa melewati kesulitan. Artinya ketika yang diharapkan tidak kunjung diraih, padahal amal dan usaha yang dilakukan sudah ihsan maksimal, maka itu pertanda masih harus dijalani dengan sabar karena masih dalam fase al-‘usr. Jalani terus karena pasti akan bertemu dengan dua yusran. Maka dari itu Allah swt menitahkan: wa-sta’inu bis-shabri was-shalat. Wal-‘Llahu a’lam.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button