al-Qur'an

Agar al-Qur`an Menjadi Obat

Agar al-Qur`an Menjadi Obat

Al-Qur`an menegaskan dirinya sebagai syifa (obat) untuk penyakit yang ada dalam hati. Penyakit hati itu sumbernya “kebimbangan”; kebimbangan akan kebenaran tauhid, keraguan akan kebenaran Islam, kegoyahan hati dari akhirat ketika berhadap-hadapan dengan dunia, kebingungan menentukan sikap dalam memilih jalan kehidupan, dan kegelisahan akan keberadaan Allah E di saat hidup penuh derita.

Ada tiga ayat al-Qur`an yang menegaskan status al-Qur`an sebagai obat bagi penyakit yang ada dalam dada:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ  ٥٧

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh (obat) bagi penyakit-penyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. QS. Yunus [10] : 57).

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا

Dan Kami turunkan dari al-Qur`an suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian (QS. al-Isra` [17] : 82).

وَلَوۡ جَعَلۡنَٰهُ قُرۡءَانًا أَعۡجَمِيّٗا لَّقَالُواْ لَوۡلَا فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥٓۖ ءَا۬عۡجَمِيّٞ وَعَرَبِيّٞۗ قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدٗى وَشِفَآءٞۚ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٞ وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًىۚ أُوْلَٰٓئِكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانِۢ بَعِيدٖ  ٤٤

Dan jikalau Kami jadikan al-Qur`an itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut al-Qur`an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “al-Qur`an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Qur`an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh” (QS. Fushshilat [41] : 44).

Al-Hafizh Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa penyakit-penyakit yang ada dalam dada itu adalah penyakit batin, bukan penyakit hati seperti tumor, kanker, dan semacamnya. Penyakit batin yang bermuara pada satu jenis yakni “kebimbangan”.

      أَ{وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ} أَيْ: مِنَ الشُبَه وَالشُّكُوكِ

{Penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada} yaitu dari segala syubhat dan keraguan.

أَ{شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ} أَيْ: يُذْهِبُ مَا فِي الْقُلُوبِ مِنْ أَمْرَاضٍ، مِنْ شَكٍّ وَنِفَاقٍ، وَشِرْكٍ وَزَيْغٍ وَمَيْلٍ، فَالْقُرْآنُ يَشْفِي مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ

{Menjadi penawar dan rahmat} yaitu menghilangkan penyakit yang ada dalam hati berupa ragu, nifaq, syirik, menyimpang, dan menyeleweng. Al-Qur`an mengobati semuanya itu.

أَ{قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدٗى وَشِفَآءٞۚ} أَيْ: قُلْ يَا مُحَمَّدُ: هَذَا الْقُرْآنُ لِمَنْ آمَنَ بِهِ هُدًى لِقَلْبِهِ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ مِنَ الشُّكُوكِ وَالرَّيْبِ

{Katakanlah: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin} yakni katakanlah hai Muhammad, al-Qur`an ini bagi orang yang beriman kepadanya jadi hidayah untuk hatinya dan obat penyakit hatinya berupa keraguan dan kebimbangan.

“Kebimbangan” yang dimaksud mencakup aspek aqidah dan akhlaq sekaligus. Kebimbangan akan kebenaran tauhid sehingga terjerumus dalam syirik, sinkretisme, spiritualisme, kebatinan, kejawen, sunda wiwitan, dan semacamnya. Keraguan akan kebenaran Islam dan kesesatan kufur sehingga terjebak dalam pluralisme, salam lintas agama, turut merayakan hari besar luar Islam, dan semacamnya. Kegoyahan hati dari akhirat ketika berhadap-hadapan dengan dunia antara menyuarakan kebenaran ataukah terdiam demi mendukung kekuasaan, membela yang benar atau membela yang bayar, menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan ataukah terjebak dalam lingkaran oligarki, konsisten dalam syari’at atau harus terjebak riba, mempertahankan hidup bersih atau boleh tergoda oleh suap. Kebingungan menentukan sikap dalam memilih jalan kehidupan apakah memegang teguh nilai-nilai Islam dalam semua aspek kehidupan ataukah boleh meminggirkannya dalam urusan Negara, politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Termasuk kegelisahan akan keberadaan Allah swt di saat hidup penuh derita; akankah pertolongan Allah swt tiba dan kapankah ia akan datang; mengapa musibah selalu datang bertubi-tubi dalam kehidupan sampai nyaris tidak ada waktu untuk menghela nafas. Semuanya ini hanya bisa disembuhkan oleh al-Qur`an. Tidak ada penyembuh lain selain wahyu yang diturunkan Allah swt yang tiada mengandung keraguan apalagi sampai membuat ragu-ragu.

الٓمٓ  ١ ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ  ٢

Alif laam miim. Kitab (al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. al-Baqarah [2] : 1-2).

ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ  ١٤٧

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu (QS. al-Baqarah [2] : 147).

Sebagaimana halnya obat penyakit fisik pada umumnya, tidak akan berdampak apa-apa pada tubuh jika didiamkan tanpa diminum atau disuntikkan ke dalam tubuh. Demikian halnya obat al-Qur`an, jika tidak dimasukkan ke dalam hati, selamanya tidak akan bisa menjadi obat. Atau kalaupun dimasukkan, tetapi hatinya menolak, maka obat itu akan muntah kembali dan tidak akan pernah bisa menyembuhkan. Maka dari itu dalam tiga ayat di awal Allah swt menegaskan ketidakmungkinan al-Qur`an menjadi obat bagi orang-orang kafir dan zhalim.

Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah membuka hati untuk menerima al-Qur`an. Dalam hal ini Allah swt mengingatkan:

فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهۡدِيَهُۥ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِۖ وَمَن يُرِدۡ أَن يُضِلَّهُۥ يَجۡعَلۡ صَدۡرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجٗا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِۚ كَذَٰلِكَ يَجۡعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ  ١٢٥

Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman (QS. al-An’am [6] : 125).

أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٖ مِّن رَّبِّهِۦۚ فَوَيۡلٞ لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ  ٢٢

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata (QS. az-Zumar [39] : 22).

Oleh karena itu dalam surat At-Taubah, Allah swt membedakan orang-orang beriman dengan yang berpenyakit hatinya dan susah sembuh dalam hal penyikapannya terhadap surat yang turun dan dibacakan kepada mereka; apakah merasa berbahagia ataukah semakin terasa berat di hati.

وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنٗاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَزَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَهُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ  ١٢٤ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ رِجۡسِهِمۡ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ  ١٢٥

Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafiq) ada yang berkata: “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir (QS. at-Taubah [9] : 124-15).

Orang beriman akan merasa berbahagia dengan pembacaan al-Qur`an karena hatinya bertambah imannya dan itu terwujud dalam ketenteraman (sakinah) yang terasakan dalam hati.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ  ٢

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (QS. al-Anfal [8] : 2).

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ …  ٤

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)… (QS. al-Fath [48] : 4)

Langkah konkrit dari hal pertama ini adalah membiasakan diri menikmati lantunan ayat-ayat al-Qur`an, terutama dalam shalat. Semakin lama melantunkannya dalam shalat munfarid atau dilantunkan oleh imam dalam shalat berjama’ah, semakin tenteram terasa dalam hati. Hati juga tidak pernah bisa jauh dari membaca al-Qur`an. Sebagaimana Nabi saw ajarkan dalam hadits, membaca al-Qur`an—lebih utamanya dalam shalat dan boleh di luar shalat—30 juz dalam satu bulan atau maksimalnya 40 hari sebagaimana dikemukakan dalam hadits ‘Abdullah ibn ‘Amr dan difatwakan oleh ulama Hanabilah (Fathul-Bari bab fi kam yaqra`ul-qur`an). Meski tentu tidak sampai haram bagi yang kurang dari itu mengingat statusnya yang sunat saja. Akan tetapi sebagai latihan disiplin hati agar ada ikatan khusus dengan al-Qur`an, fatwa dari para ulama Hanabilah itu layak dijadikan rujukan.

Bersambung…

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button