al-Qur'an

Agar al-Qur`an Menjadi Obat (Bagian Kedua)

Agar al-Qur`an Menjadi Obat

(Bagian Kedua)

Semua kegalauan yang ada dalam hati hanya bisa disembuhkan dengan al-Qur`an. Kegalauan hati akan siapa dan yang manakah Tuhan; mengapa hati tidak kunjung merasakan sakinah dengan ibadah; adakah Tuhan ketika hidup bertubi-tubi didera derita yang tiada jeda; haruskah diri tercebur dalam gemerlap dan remang-remang dunia dengan menanggalkan agama dan meninggalkan Tuhan. Petuah-petuah orang bijak tidak akan bisa menghilangkan semua kegalauan ini. Hanya al-Qur`an, firman Allah Elangsung, yang bisa mengobatinya.

Hal pertama yang harus dilakukan agar al-Qur`an menjadi obat adalah membuka hati dan menikmatinya dengan membacanya, mendengarnya, dan menyimak kajiannya. Hal itu dikarenakan setiap huruf yang dibaca dan didengar akan dilipatgandakan pahala yang besar. Al-Qur`an juga akan menjadi pemberi syafa’at bagi siapa yang rajin membacanya. Jika harta dan dunia pasti habis tidak akan tersisa, maka al-Qur`an akan selalu menambah pundi-pundi kekayaan yang tidak akan pernah ada habisnya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ  ٥٧ قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ  ٥٨

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh (obat) bagi penyakit-penyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. QS. Yunus [10] : 57-58).

Nabi saw menjelaskan dalam hadits-haditsnya:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ, وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُوْلُ: الم حَرْفٌ وَلكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ.

Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Qur’an) maka akan memeroleh satu kebaikan. Setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan: ALIF LAAM MIM itu satu huruf, tetapi ‘ALIF’ satu huruf. ‘LAM’ satu huruf dan ‘MIM’ satu huruf. (Sunan at-Tirmidzi kitab fadla`il al-Qur`an bab ma ja`a fiman qara`a harfan minal-qur`an no. 3158).

اِقْرَءُوا الْقُرْآنَ، فَاِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِاَصْحَابِهِ

Bacalah al-Qur`an, karena sesungguhnya al-Qur`an itu akan datang pada hari qiyamat sebagai pemberi syafa’at bagi pembacanya (Shahih Muslim kitab shalat al-musafirin bab fadlli qiraatil-qur`an wa surat al-baqarah no. 1910).

إِنَّ الْقُرْآنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرُهُ كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ فَيَقُولُ لَهُ هَلْ تَعْرِفُنِى فَيَقُولُ مَا أَعْرِفُكَ. فَيَقُولُ لَهُ هَلْ تَعْرِفُنِى فَيَقُولُ مَا أَعْرِفُكَ. فَيَقُولُ أَنَا صَاحِبُكَ الْقُرْآنُ الَّذِى أَظْمَأْتُكَ فِى الْهَوَاجِرِ وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ وَإِنَّكَ الْيَوْمَ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تِجَارَةٍ فَيُعْطَى الْمُلْكَ بِيَمِينِهِ وَالْخُلْدَ بِشِمَالِهِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَيْنِ لاَ يُقَوَّمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا فَيَقُولاَنِ بِمَ كُسِينَا هَذِهِ فَيُقَالُ بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا الْقُرْآنَ.

Sesungguhnya al-Qur`an akan menemui ahlinya pada hari kiamat ketika kubur telah terbelah seperti seseorang yang berwajah pucat pasi. Ia berkata kepada laki-laki itu: “Apakah kamu mengenaliku?” Ia menjawab: “Aku tidak mengenalmu.” Al-Qur`an berkata: “Aku adalah temanmu, al-Qur`an, yang dahulu selalu membuat kering tenggorokanmu di siang hari dan terjaga (begadang) di malam hari. Setiap pedagang tentulah mengharapkan keuntungan dari barang dagangannya, dan kamu pada hari ini mendapatkan keuntungan dari usahamu.” Kemudian diberikan untuknya kerajaan di tangan kanannya dan keabadian (surga) di tangan kirinya. Lalu diletakkan bagi kedua orang tuanya dua pakaian teramat indah yang belum pernah dikenakan penduduk bumi. Keduanya akan bertanya: “Dengan amalan apa kami bisa memeroleh pakaian seperti ini?” Dijawab: “Dengan usahamu mengajarkan al-Qur`an kepada anakmu.” (Musnad Ahmad no. 23652. Silsilah al-Ahadits as-Shahihah, al-Albani, 6 : 792 no. 2829).

Hadits yang terakhir ini meniscayakan kekayaan yang tidak akan pernah ada habisnya. Sementara harta duniawi pasti habis dan tidak akan tersisa di kehidupan yang sebenarnya. Itulah yang sudah ditegaskan Allah swt dalam firman-Nya di atas: “Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

Hadits terakhir juga meniscayakan amal yang kedua agar al-Qur`an menjadi obat hati, yakni selalu melantunkannya dalam shalat malam. Ketika seseorang gelisah dan butuh pertolongan maka jalannya adalah dengan sabar dan shalat. Shalat yang dimaksud adalah shalat malam dengan lantunan al-Qur`annya yang tartil:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُزَّمِّلُ  ١ قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلٗا  ٢ نِّصۡفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلًا  ٣ أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلًا  ٤

Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat tahajjud) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran itu dengan tartil. (QS. Al-Muzzammil [73] : 1-7).

Maka dari itu penegasan al-Qur`an sebagai syifa` dalam surat al-Isra` diletakkan sesudah perintah shalat tahajjud dalam ayat 79. Ayat semakna tertuang juga dalam QS. al-Insan [76] : 23-26. Tuntunan sunnahnya setiap malam dibaca satu juz atau ¾ juz al-Qur`an berdasarkan hadits ‘Abdullah ibn ‘Amr ra. Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihnya menulis satu bab khusus: fi kam yuqra`ul-qur`an (berapa banyak dibaca al-Qur`an). Ini didasarkan pertanyaan Nabi saw kepada ‘Abdullah ibn ‘Amr ra:

فِي كَمْ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ

Berapa banyak/lama kamu membaca al-Qur`an? (Shahih al-Bukhari bab fi kam yuqra`ul-qur`an no. 5053)

Ibn ‘Amr menjawab: “Dalam satu malam”. Nabi saw kemudian bersabda:

اقْرَإِ الْقُرْآنَ فِي شَهْرٍ

Bacalah al-Qur`an dalam satu bulan (Shahih al-Bukhari bab fi kam yuqra`ul-qur`an no. 5054).

Dalam riwayat Abu Dawud sebagaimana dikutip al-Hafizh dalam Fathul-Bari, anjuran pertama Nabi saw itu membaca al-Qur`an dalam 40 hari, dan itu batasan paling lamanya. Artinya satu hari/malamnya ¾ juz.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّهُ سَأَلَ النَّبِىَّ ﷺ فِى كَمْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَالَ فِى أَرْبَعِينَ يَوْمًا. ثُمَّ قَالَ فِى شَهْرٍ. ثُمَّ قَالَ فِى عِشْرِينَ. ثُمَّ قَالَ فِى خَمْسَ عَشْرَةَ. ثُمَّ قَالَ فِى عَشْرٍ. ثُمَّ قَالَ فِى سَبْعٍ. لَمْ يَنْزِلْ مِنْ سَبْعٍ

Dari ‘Abdullah ibn ‘Amr ra, ia bertanya kepada Nabi saw: “Berapa lama/banyak ia membaca al-Qur`an?” Beliau menjawab: “40 hari”. Kemudian: “Satu bulan.” Kemudian: “20 hari.” Kemudian: “15 hari.” Kemudian: “10 hari”. Kemudian: “Tujuh hari.” Beliau tidak mengurangi lagi dari tujuh hari (Sunan Abi Dawud bab tahzibil-Qur`an no. 1397).

Tentunya tuntunan di atas ini tidak sampai wajib. Maka dari itu Imam al-Bukhari dalam bab fi kam yuqra`ul-qur`an berdalil dengan firman Allah swt: “Bacalah yang dijadikan mudah dari al-Qur`an.” (QS. al-Muzzammil [73] : 20). Kemudian dengan atsar Ibn Syubrumah yang menyatakan minimal tiga ayat setiap malam mengingat surat terpendek dalam al-Qur`an berjumlah tiga ayat. Ditambah atsar dari Abu Mas’ud ra yang menyatakan minimal dua ayat berdasarkan sabda Nabi saw: “Siapa yang membaca dua ayat terakhir surat al-Baqarah pada satu malam, maka keduanya itu cukup baginya.” (Shahih al-Bukhari bab fadlli suratil-baqarah no. 5009). Meski demikian, tuntunan Nabi saw di atas tetap berlaku sebagai anjuran sunnah yang layak dipentingkan oleh siapapun yang ingin merasakan kehadiran al-Qur`an dalam hatinya sehingga selalu menjadi penyembuh jiwanya. Allah swt sendiri menyatakan:

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيۡلِ هِيَ أَشَدُّ وَطۡئًا وَأَقۡوَمُ قِيلًا  ٦ إِنَّ لَكَ فِي ٱلنَّهَارِ سَبۡحٗا طَوِيلٗا  ٧

Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak) (QS. Al-Muzzammil [73] : 6-7).

Hal ketiga yang bisa menjadikan al-Qur`an sebagai obat adalah dengan memahami secara detail setiap ayatnya. Ini sebagaimana diisyaratkan dalam surat Fushshilat ketika Allah swt menegaskan al-Qur`an sebagai obat. Saat itu orang-orang kafir menginginkan agar bahasa al-Qur`an itu bukan Arab, tetapi kemudian mereka sendiri yang protes: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”. Bagi orang-orang beriman al-Qur`an berbahasa Arab itu cukup menjadi ilmu dan bisa dimengerti akal sehingga menjadi obat dan petunjuk. Dari sejak awal surat Fushshilat Allah swt menegaskan:

كِتَٰبٞ فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥ قُرۡءَانًا عَرَبِيّٗا لِّقَوۡمٖ يَعۡلَمُونَ  ٣

Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui (QS. Fushshilat [41] : 3. Ayat semakna ada dalam QS. Yusuf [12] : 2 dan az-Zukhruf [43] : 3).

Dalam hal ini sunnah para shahabat berikut ini harus dijadikan tuntunan:

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قال: كَانَ الرَّجُلُ مِنَّا إِذَا تَعَلَّمَ عَشْرَ آيَاتٍ لَمْ يُجَاوِزْهُنَّ حَتَّى يَعْرِفَ مَعَانِيَهُنَّ وَالْعَمَلَ بِهِنَّ

Dari Ibn Mas’ud ra ia berkata: ”Seseorang dari kami (shahabat) apabila belajar 10 ayat, tidak akan beranjak darinya hingga mengetahui maknanya dan mampu mengamalkannya.” (riwayat at-Thabari dikutip dari muqaddimah Tafsir Ibn Katsir).

Dengan tiga langkah inilah al-Qur`an akan selalu hadir dalam hati menjadi obat bagi setiap penyakit hati yang jika dibiarkan akan terus bertambah sakit sampai membunuh jiwa. Na’udzu bil-‘Llah min dzalik…

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button