Two State Solution Bukan Solusi

Two State Solution Bukan Solusi
Meski rakyat Indonesia mengalami “genosida” sampai satusan tahun lamanya, tidak ada seorang pun tokohnya yang menyatakan rela berbagi negara antara Indonesia dan Belanda di tanah air Indonesia. Maka bisa dipastikan tawaran two state solution (solusi dua negara) antara Palestina dan Israel bukan solusi. Itu dipandang solusi hanya oleh penjajah itu sendiri atau simpatisan pendukung penjajah. Padahal jelas, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” (Pembukaan UUD 1945).
Tokoh-tokoh Indonesia hari ini sudah semestinya meneladani tokoh-tokoh pahlawan dan pendiri bangsa Indonesia dalam hal melawan penjajahan, bukan malah membebek pada tawaran para penjajah Amerika, Inggris, Prancis, dan simpatisan-simpatisannya. Pekikan “Merdeka atau Mati” harus diingat-ingat dan dikenang kembali agar tidak mudah manut begitu saja pada tawaran yang dipaksakan oleh Amerika sebagai solusi bagi Israel, tetapi bukan solusi bagi Palestina. Mati lebih terhormat daripada mendukung penjajah menikmati penjajahannya di tanah jajahannya. Jika bukan merdeka pilihannya, maka mati pilihan keduanya. Bukan “solusi dua negara” yang berarti melegalkan penjajah menikmati penjajahannya. Apalagi dalam konteks Israel yang hari ini sudah menguasai 85% tanah Palestina.
Dalih penghentian genosida bukan dengan mengakui penjajahan sang penjajah. Jika itu yang ditempuh maka sama dengan melegalkan penjajahan di muka bumi, dan itu yang sangat diharapkan oleh penjajah dengan genosidanya. Berharap rakyat yang dijajahnya takut dan menyerah lalu memberikan kewenangan pemerintahan kepada penjajah. Pilihannya hanya “Hidup Mulia atau Mati Syahid”. Jika tidak hidup mulia dengan kemenangan dari perjuangan maka mati sebagai syahid. Mati sebagai syahid lebih mulia daripada hidup dengan mengakui kesewenangan penjajah.
Sepanjang sejarahnya tidak ada perjuangan yang tidak mensyaratkan pengorbanan, kepedihan, kekalahan, dan keterkhianatan. Akan tetapi semuanya harus dijalani tanpa ada kata menyerah pada penjajahan. Perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan, perjuangan bangsa Afrika Selatan dalam melawan apharteid (pemerintahan yang menindas kulit hitam), perjuangan bangsa India yang memuncak dengan peran Mahatma Ghandi, perjuangan Thaliban dalam mengusir Rusia dan Amerika, serta perjuangan-perjuangan bangsa lainnya di dunia, tidak ada satu pun yang menyerah dengan berbagi pemerintahan bersama penjajah.
Islam memang menganjurkan perdamaian. Tetapi perdamaian yang dimaksud dengan posisi umat Islam berada di atas, bukan sebaliknya. Jika sebaliknya, maka pengkhianatan dari orang kafir akan selalu terjadi sebagaimana tampak nyata pada pembangkangan Israel berulang kali dalam setiap perjanjiannya. Karena faktanya selalu seperti itu maka solusinya hanya jihad sampai para penjajah hengkang dari bumi jajahannya, bukan berusaha melakukan kesepakatan dan kesepakatan lagi.
وَإِن جَنَحُواْ لِلسَّلۡمِ فَٱجۡنَحۡ لَهَا وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ٦١ وَإِن يُرِيدُوٓاْ أَن يَخۡدَعُوكَ فَإِنَّ حَسۡبَكَ ٱللَّهُۚ هُوَ ٱلَّذِيٓ أَيَّدَكَ بِنَصۡرِهِۦ وَبِٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٦٢ … يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ حَسۡبُكَ ٱللَّهُ وَمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٦٤ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ حَرِّضِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ عَلَى ٱلۡقِتَالِۚ … ٦٥
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin… Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang… (QS. Al-Anfal [8] : 61-62, 64-65).
كَيۡفَ يَكُونُ لِلۡمُشۡرِكِينَ عَهۡدٌ عِندَ ٱللَّهِ وَعِندَ رَسُولِهِۦٓ إِلَّا ٱلَّذِينَ عَٰهَدتُّمۡ عِندَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۖ فَمَا ٱسۡتَقَٰمُواْ لَكُمۡ فَٱسۡتَقِيمُواْ لَهُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَّقِينَ ٧ كَيۡفَ وَإِن يَظۡهَرُواْ عَلَيۡكُمۡ لَا يَرۡقُبُواْ فِيكُمۡ إِلّٗا وَلَا ذِمَّةٗۚ يُرۡضُونَكُم بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَتَأۡبَىٰ قُلُوبُهُمۡ وَأَكۡثَرُهُمۡ فَٰسِقُونَ ٨
Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian) (QS. At-Taubah [9] : 7-8).
Upaya mengusir penjajah akan selalu diliputi perasaan sangsi akan berhasil dan menang. Itu merupakan perasaan manusiawi sepanjang masih dikalahkan oleh perasaan keyakinan akan keberhasilan perjuangan meski tidak dalam waktu dekat. Jika perasaan sangsi itu mendominasi dan malah memengaruhi kebulatan tekad perjuangan, maka itu adalah satu sifat kemunafiqan yang tertanam dalam diri. Perjuangan di mana dan kapan pun selalu diwarnai oleh kemunafiqan seperti itu, dan sepanjang sejarahnya munafiq-munafiq itu akan berujung dengan kenistaan di dunia dan akhirat. Sementara mereka yang teguh di jalur perjuangan akan selalu dimuliakan di dunia dan akhirat, meski banyak dari mereka yang gugur di medan perjuangan.
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَخۡرَجَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ مِن دِيَٰرِهِمۡ لِأَوَّلِ ٱلۡحَشۡرِۚ مَا ظَنَنتُمۡ أَن يَخۡرُجُواْۖ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُم مَّانِعَتُهُمۡ حُصُونُهُم مِّنَ ٱللَّهِ فَأَتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِنۡ حَيۡثُ لَمۡ يَحۡتَسِبُواْۖ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلرُّعۡبَۚ يُخۡرِبُونَ بُيُوتَهُم بِأَيۡدِيهِمۡ وَأَيۡدِي ٱلۡمُؤۡمِنِينَ فَٱعۡتَبِرُواْ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَبۡصَٰرِ ٢
Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan (QS. al-Hasyr [59] : 2).
Jika perasaan sangsi itu selalu menghantui dengan dominan maka itu kebusukan hati yang akan berujung pada kebinasaan.
بَلۡ ظَنَنتُمۡ أَن لَّن يَنقَلِبَ ٱلرَّسُولُ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِلَىٰٓ أَهۡلِيهِمۡ أَبَدٗا وَزُيِّنَ ذَٰلِكَ فِي قُلُوبِكُمۡ وَظَنَنتُمۡ ظَنَّ ٱلسَّوۡءِ وَكُنتُمۡ قَوۡمَۢا بُورٗا ١٢
Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa (QS. al-Fath [48] : 12).
Maka al-Qur`an selalu tegas memberikan arahan agar umatnya tidak ragu dalam melawan para penjajah dan pengkhianat itu. Jangan banyak berkompromi yang justru akan semakin melanggengkan penjajahan para penjajah. Kalaupun kompromi akan ditempuh maka hanya untuk satu kesepakatan; penjajah hengkang dari daerah penjajahannya. Dalam konteks Palestina, kembalikan Palestina dalam kondisi semula yang rukun antara mayoritas penduduk Arab muslim dengan penduduk Nashrani dan Yahudi di bawah pemerintahan bangsa Palestina atas tanah air Palestina. Bukan pemerintahan para pendatang Yahudi dari berbagai belahan dunia khususnya Eropa. Berkompromi dengan para penjajah untuk melegalkan penjajahannya hukumnya terlarang alias haram.
لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٨ إِنَّمَا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ قَٰتَلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَأَخۡرَجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ وَظَٰهَرُواْ عَلَىٰٓ إِخۡرَاجِكُمۡ أَن تَوَلَّوۡهُمۡۚ وَمَن يَتَوَلَّهُمۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٩
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS. al-Mumtahanah [60] : 8-9).
Terhadap orang-orang kafir penjajah dan pengkhianat setiap perjanjian hanya ada satu sikap tegas; bara`ah (putus perjanjian dan perang selamanya).
بَرَآءَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦٓ إِلَى ٱلَّذِينَ عَٰهَدتُّم مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١ فَسِيحُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ أَرۡبَعَةَ أَشۡهُرٖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّكُمۡ غَيۡرُ مُعۡجِزِي ٱللَّهِ وَأَنَّ ٱللَّهَ مُخۡزِي ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢ وَأَذَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦٓ إِلَى ٱلنَّاسِ يَوۡمَ ٱلۡحَجِّ ٱلۡأَكۡبَرِ أَنَّ ٱللَّهَ بَرِيٓءٞ مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ وَرَسُولُهُۥۚ فَإِن تُبۡتُمۡ فَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَإِن تَوَلَّيۡتُمۡ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّكُمۡ غَيۡرُ مُعۡجِزِي ٱللَّهِۗ وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ٣
(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.
Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (QS. At-Taubah [9] : 1-3).
Wal-‘Llahul-Musta’an.



