Sejarah Dunia

Akhlaq Yahudi Sesudah Merdeka

Akhlaq Yahudi Sesudah Merdeka

Yahudi terjajah oleh kerajaan Mesir sekitar tiga abad lebih; setelah era Nabi Yusuf as (sekitar 1800 SM) menjabat di Mesir sampai era Nabi Musa S (sekitar 1450 SM) memerdekakan Bani Israil dari penjajahan Fir’aun. Akan tetapi setelah merdeka mereka malah menjadi kaum pembangkang; berani menyakiti Nabi Musa as dan membuat kerusakan di muka bumi. Kebejatan mereka itu diakibatkan hati yang keras karena mengabaikan kitab mereka; Taurah dan Injil.

Masa-masa Yahudi/Bani Isra`il terjajah oleh tirani Fir’aun sering diingatkan oleh al-Qur`an dalam berbagai surat di antaranya QS. al-Baqarah [2] : 49, al-A’raf [7] : 141, dan Ibrahim [14] : 6. Mereka disebut oleh Allah swt disiksa oleh pasukan Fir’aun, anak-anak laki-laki mereka dibunuh, dan hanya anak-anak perempuan yang dibiarkan hidup. Dalam surat al-Qashash [28] : 4, Allah swt menegaskan:

إِنَّ فِرۡعَوۡنَ عَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَجَعَلَ أَهۡلَهَا شِيَعٗا يَسۡتَضۡعِفُ طَآئِفَةٗ مِّنۡهُمۡ يُذَبِّحُ أَبۡنَآءَهُمۡ وَيَسۡتَحۡيِۦ نِسَآءَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ  ٤

Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. al-Qashash [28] : 4).

Kemudian dengan kepemimpinan Nabi Musa as, kaum Bani Isra`il mampu bersabar, menguatkannya dengan shalat, dan senantiasa tawakkal seraya memanjatkan do’a kepada Allah swt (QS. Yunus [10] : 84-88). Dengan itu semua, kaum Yahudi berhasil lepas dari penjajahan Fir’aun.

وَأَوۡرَثۡنَا ٱلۡقَوۡمَ ٱلَّذِينَ كَانُواْ يُسۡتَضۡعَفُونَ مَشَٰرِقَ ٱلۡأَرۡضِ وَمَغَٰرِبَهَا ٱلَّتِي بَٰرَكۡنَا فِيهَاۖ وَتَمَّتۡ كَلِمَتُ رَبِّكَ ٱلۡحُسۡنَىٰ عَلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ بِمَا صَبَرُواْۖ وَدَمَّرۡنَا مَا كَانَ يَصۡنَعُ فِرۡعَوۡنُ وَقَوۡمُهُۥ وَمَا كَانُواْ يَعۡرِشُونَ  ١٣٧

Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka (QS. al-A’raf [7] : 137).

Setelah itu Nabi Musa as memaklumatkan kepada kaum Yahudi:

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ  ٧

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim [14] : 6).

Tetapi nyatanya kaum Yahudi tidak bersyukur, malah senang berbuat kerusakan di muka bumi dan berani membangkang kepada Nabi Musa as. Allah swt mengingatkan bahwa dua kerusakan di muka bumi yang akan mereka lakukan pasti akan dibalas langsung dengan kebinasaan mereka serta tanah air mereka. Masjidil-Aqsha yang dibangun Nabi Sulaiman as pun akan rata dengan tanah (QS. al-Isra` [17] : 4-7). Sejarah Yahudi sendiri mencatat ada dua kali kehancuran Bait Suci Salomo (Haikal Sulaiman atau Masjidil-Aqsha) sesudah dibangun oleh Nabi Sulaiman as sekitar 960 SM. Pertama, pada tahun 586 SM oleh bangsa Babilonia sehingga Yahudi kemudian dijajah oleh bangsa tersebut, dan kedua, sesudah dibangun ulang pada 516 SM, kembali diratakan dengan tanah pada tahun 70 M oleh penguasa Romawi sehingga Yahudi kemudian dijajah oleh bangsa Romawi. Jadi ketika Nabi Muhammad saw menjalani isra mi’raj, bangunan Masjidil-Aqsha itu sedang rubuh dan hanya menyisakan satu tembok saja yang dikenal dengan tembok ratapan.

Allah swt menjanjikan bahwa siksa di dunia untuk Bani Israil itu tidak hanya dua kali itu saja, melainkan berlaku sampai hari kiamat ketika mereka berbuat kerusakan di muka bumi.

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبۡعَثَنَّ عَلَيۡهِمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ مَن يَسُومُهُمۡ سُوٓءَ ٱلۡعَذَابِۗ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ ٱلۡعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٞ رَّحِيمٞ  ١٦٧

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. al-A’raf [7] : 167)

Dari selepas menyeberangi laut merah dan selamat dari kejaran Fir’aun saja, Yahudi sudah silau dengan aqidah dan agama selain Islam sehingga menginginkan dibuatkan berhala simbol Tuhan (QS. al-A’raf [7] : 138). Puncaknya, dengan penyesatan dari Samiri, mereka pun menyembah patung anak sapi (QS. Thaha [20] : 85-98). Kaum Yahudi secara terang-terangan mengajarkan dan mempraktikkan sihir padahal itu jelas diharamkan (QS. an-Nisa` [4] : 51). Demikian halnya melegalkan riba dan transaksi bathil, termasuk suap/suht sehingga mereka mengikuti hawa nafsu saja dalam menetapkan hukum (QS. an-Nisa` [4] : 161 dan al-Ma`idah [5] : 62-63 dan 42-47). Celakanya kaum ulama (ahbar) dan ahli pengajian (rabbani)-nya diam membisu saja ikut melegalkan semua kemunkaran di atas. Mereka bersama-sama dengan para penguasa-pengusaha terobsesi menumpuk-numpuk harta sehingga abai dari amar ma’ruf nahyi munkar (QS. At-Taubah [9] : 34). Nasihat dan ajaran dari Nabi Musa as selalu dibantah dengan seribu alasan, sampai Nabi Musa as berterus terang mencurahkan rasa sakit hatinya kepada mereka (QS. as-Shaf [61] : 5. Ayat semakna terdapat dalam QS. al-Ahzab [33] : 69). Akibatnya sepanjang hidup mereka dilaknat dari sejak Nabi Dawud as hingga Nabi ‘Isa as (QS. al-Ma`idah [5] : 78).

Kebebalan mereka pun semakin menjadi-jadi. Para Nabi ‘alaihimus-salam yang banyak mengritik mereka dibunuh beserta aktivis-aktivis da’wah yang mengikuti jejak para Nabi as (QS. Ali ‘Imran [3] : 21). Malaikat Jibril as pun dimusuhi secara terang-terangan karena dinilai sebagai malaikat yang paling bertanggung jawab menyampaikan wahyu kepada para Nabi tersebut (QS. al-Baqarah [2] : 97-98).

Semua itu berawal dari keberanian Bani Israil mencampakkan perjanjian (wahyu) Allah swt sehingga hati mereka keras akibat laknat Allah swt yang datang kepada mereka.

فَبِمَا نَقۡضِهِم مِّيثَٰقَهُمۡ لَعَنَّٰهُمۡ وَجَعَلۡنَا قُلُوبَهُمۡ قَٰسِيَةٗۖ يُحَرِّفُونَ ٱلۡكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَنَسُواْ حَظّٗا مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِۦۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَآئِنَةٖ مِّنۡهُمۡ إِلَّا قَلِيلٗا مِّنۡهُمۡۖ …  ١٣

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat)… (QS. al-Ma`idah [5] : 13).

Keberanian Yahudi mengubah-ubah firman Allah swt dalam kitab-Nya tentunya dilakukan oleh kalangan ulamanya (QS. al-Baqarah [2] : 79), sebab kalangan masyarakat umumnya ummi; tidak memahami kandungan kitab mereka, melainkan hanya mengandalkan angan-angan bahwa dengan menjadi Yahudi dan Kristen saja itu sudah cukup untuk memasukkan mereka ke surga (QS. al-Baqarah [2] : 78). Mereka hanya mengandalkan tulisan-tulisan di lembaran-lembaran kertas semata seraya tidak memahami isinya, sehingga sebagiannya mudah terlupakan dan diubah-ubah sesuai kepentingan nafsunya (QS. al-An’am [6] : 91). Semua kebejatan itu terjadi karena mereka mengabaikan kitab suci mereka akibat mementingkan kekayaan dan kekuasaan dunia.

فَخَلَفَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ خَلۡفٞ وَرِثُواْ ٱلۡكِتَٰبَ يَأۡخُذُونَ عَرَضَ هَٰذَا ٱلۡأَدۡنَىٰ وَيَقُولُونَ سَيُغۡفَرُ لَنَا وَإِن يَأۡتِهِمۡ عَرَضٞ مِّثۡلُهُۥ يَأۡخُذُوهُۚ أَلَمۡ يُؤۡخَذۡ عَلَيۡهِم مِّيثَٰقُ ٱلۡكِتَٰبِ أَن لَّا يَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡحَقَّ وَدَرَسُواْ مَا فِيهِۗ وَٱلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ  ١٦٩

Maka datanglah sesudah mereka generasi yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: “Kami akan diberi ampun”. Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertaqwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti? (QS. al-A’raf [7] : 169).

Semua kebejatan Yahudi itu banyak diulas dalam al-Qur`an tujuan utamanya agar umat Islam tidak mengulangi kegagalan akhlaq Yahudi sesudah mereka merdeka dari penjajahan Fir’aun, yakni meninggalkan kitab suci mereka akibat kepentingan dunia sehingga hati mereka keras dan akhlaq mereka fasiq.

أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ  ١٦

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasiq (QS. al-Hadid [57] : 16).

Wal-‘Llahul-Musta’an

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button