Tauhid

Tauhid Pasti Menguasai Dunia

Nabi Muhammad ﷺ sudah menyampaikan kepada tokoh-tokoh kafir Quraisy sejak di Makkah bahwa ajaran tauhid akan menguasai dunia. Tauhid adalah satu-satunya ajaran yang benar (dinul-haqq). Kebenaran itu di mana pun dan kapan pun pasti akan selalu menang, meski seringkali ditutup-tutupi oleh para penjahat kebenaran dengan kekuasaan dan kekayaan mereka.

Imam Ibn Jarir at-Thabari meriwayatkan dari Ibn ‘Abbas ra ketika menafsirkan surat Shad [38] : 4-8, sebagaimana dikutip juga oleh al-Hafizh Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya dalam surat dan ayat yang sama sebagai berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ  قال: لما مَرِضَ أَبُو طَالِبٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَهْطٌ مِنْ قُرَيْشٍ فِيهِمْ أَبُو جَهْلٍ فَقَالُوا: إِنَّ ابْنَ أَخِيكَ يَشْتُمُ آلِهَتَنَا وَيَفْعَلُ وَيَفْعَلُ وَيَقُولُ وَيَقُولُ فَلَوْ بَعَثْتَ إِلَيْهِ فَنَهَيْتَهُ؟ فَبَعَثَ إِلَيْهِ فَجَاءَ النَّبِيُّ ﷺ فَدَخَلَ الْبَيْتَ وَبَيْنَهُمْ وَبَيْنَ أَبِي طَالِبٍ قَدْرُ مَجْلِسِ رَجُلٍ قَالَ: فَخَشِيَ أَبُو جَهْلٍ إِنْ جَلَسَ إِلَى جَنْبِ أَبِي طَالِبٍ أَنْ يَكُونَ أَرَقَّ لَهُ عَلَيْهِ. فَوَثَبَ فَجَلَسَ فِي ذَلِكَ الْمَجْلِسِ وَلَمْ يَجِدْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مَجْلِسًا قُرْبَ عَمِّهِ فَجَلَسَ عِنْدَ الْبَابِ.

Dari Ibn ‘Abbas ra ia berkata: Ketika Abu Thalib sakit, datang menjenguknya beberapa orang tokoh Quraisy di antaranya Abu Jahal. Mereka berkata: “Sesungguhnya anak saudaramu menghina tuhan-tuhan kita, ia berbuat ini dan itu, berkata ini dan itu. Seandainya saja anda mengutus seseorang kepadanya untuk melarangnya?” Maka Abu Thalib pun mengirim seseorang kepadanya dan Nabi saw pun datang. Beliau lalu masuk rumah Abu Thalib. Saat itu di antara tamu dan Abu Thalib ada celah tempat duduk untuk satu orang. Tetapi Abu Jahal takut kalau Nabi saw duduk di samping Abu Thalib maka Abu Thalib lebih condong kepada Nabi saw. Ia pun segera berpindah duduknya ke celah tersebut sehingga Rasulullah saw tidak menemukan tempat dekat pamannya dan terpaksa duduk di dekat pintu.

فَقَالَ لَهُ أَبُو طَالِبٍ: أَيِ ابْنَ أَخِي مَا بَالُ قَوْمِكَ يَشْكُونَكَ، يَزْعُمُونَ أَنَّكَ تَشْتُمُ آلِهَتَهُمْ وَتَقُولُ وَتَقُولُ؟ قَالَ: وَأَكْثَرُوا عَلَيْهِ مِنَ الْقَوْلِ وَتَكَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: يَا عَمِّ إِنِّي أُرِيدُهُمْ عَلَى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ! يَقُولُونَهَا تَدِينُ لَهُمْ بِهَا الْعَرَبُ وَتُؤَدِّي إِلَيْهِمْ بِهَا الْعَجَمُ الْجِزْيَةَ. فَفَزِعُوا لِكَلِمَتِهِ وَلِقَوْلِهِ وَقَالُوا كَلِمَةً وَاحِدَةً نَعَمْ وَأَبِيكَ عَشْرًا فَقَالُوا: وَمَا هِيَ؟ وَقَالَ أَبُو طَالِبٍ وَأَيُّ كَلِمَةٍ هِيَ يَا ابْنَ أَخِي؟ فَقَالَ: “لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ” فَقَامُوا فَزِعِينَ يَنْفُضُونَ ثِيَابَهُمْ وَهُمْ يَقُولُونَ: {أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ} قَالَ: وَنَزَلَتْ مِنْ هَذَا الْمَوْضِعِ إِلَى قَوْلِهِ: {لَمَّا يَذُوقُوا عَذَابِ}

Abu Thalib berkata kepada Nabi saw: “Wahai anak saudaraku. Apa sebabnya kaummu mengadukanmu? Mereka mengaku bahwa kamu menghina tuhan-tuhan mereka dan berkata ini dan itu? Mereka pun menambahkan lagi perkataan yang memojokkan Nabi saw. Rasulullah saw lalu berkata: “Wahai pamanku, sungguh aku hanya menginginkan satu kalimat dari mereka. Jika mereka mengatakannya maka bangsa Arab akan beragama mengikuti mereka dan bangsa non-Arab akan membayar jizyah/upeti kepada mereka.” Maka mereka kaget dengan pernyataan Nabi saw. Kata mereka: “Satu kalimat? Ya demi ayahmu, 10 kalimat pun (kami siap). Apa kalimat tersebut?” Abu Thalib juga berkata: “Apa kalimat tersebut wahai anak saudaraku?” Beliau menjawab: “La ilaha illal-‘Llah.” Mereka lalu berdiri keheranan sambil mengibaskan pakaian mereka berkata: “Apakah ia menjadikan tuhan yang banyak satu tuhan saja. Ini sesuatu yang sangat aneh.” Ibn ‘Abbas berkata: Dari ayat ini turunlah firman Allah sampai “mereka belum merasakan siksa”.

Al-Hafizh Ibn Katsir menulis:

وَهَكَذَا رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ وَرَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَسَنٌ

Demikianlah meriwayatkannya juga Imam Ahmad, an-Nasa`i, dan at-Tirmidzi. Imam at-Tirmidzi mengatakan: “Hadits hasan”. (Musnad Ahmad bab musnad ‘Abdillah ibn ‘Abbas no. 3419; as-Sunanul-Kubra lin-Nasa`i 5 : 235 no. 8769; Sunan at-Tirmidzi bab wa min surah Shad no. 3232. Dalam penela’ahan Syaikh al-Albani dan Syu’aib al-Arnauth, sanad-sanad di atas tidak ada yang luput dari kelemahan, tetapi karena kelemahannya tidak parah maka para imam hadits yang meriwayatkannya menilainya saling menguatkan sehingga menjadi hasan).

Ayat-ayat yang dimaksud oleh Ibn ‘Abbas ra dalam riwayat di atas adalah bagian awal surat Shad sebagai berikut:

وَعَجِبُوٓاْ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٞ مِّنۡهُمۡۖ وَقَالَ ٱلۡكَٰفِرُونَ هَٰذَا سَٰحِرٞ كَذَّابٌ  ٤ أَجَعَلَ ٱلۡأٓلِهَةَ إِلَٰهٗا وَٰحِدًاۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيۡءٌ عُجَابٞ  ٥ وَٱنطَلَقَ ٱلۡمَلَأُ مِنۡهُمۡ أَنِ ٱمۡشُواْ وَٱصۡبِرُواْ عَلَىٰٓ ءَالِهَتِكُمۡۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيۡءٞ يُرَادُ  ٦ مَا سَمِعۡنَا بِهَٰذَا فِي ٱلۡمِلَّةِ ٱلۡأٓخِرَةِ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا ٱخۡتِلَٰقٌ  ٧ أَءُنزِلَ عَلَيۡهِ ٱلذِّكۡرُ مِنۢ بَيۡنِنَاۚ بَلۡ هُمۡ فِي شَكّٖ مِّن ذِكۡرِيۚ بَل لَّمَّا يَذُوقُواْ عَذَابِ  ٨

Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan, mengapa Al Quran itu diturunkan kepadanya di antara kita?” Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al Quran-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku. (QS. Shad [38] : 4-8).

Ayat di atas menggambarkan pembangkangan orang-orang kafir Arab terhadap tauhid. Bagi mereka ajaran tauhid benar-benar di luar nalar. Dalam agama-agama yang ada sampai saat itu mustahil tuhan keberadaannya satu, tuhan itu harus banyak sebanyak urusan kehidupan manusia itu sendiri.

Apa yang diyakini oleh bangsa Arab musyrik tersebut memang tidak salah. Dari dulu sampai sekarang tidak ada satu agama pun yang mengajarkan tuhan hanya satu selain agama yang diajarkan para Nabi as. Saking anehnya ajaran tauhid ini bagi masyarakat umum, maka Yahudi dan Nashrani pun berkompromi dengan logika umum masyarakat mengubah aqidah tauhid menjadi syirik dengan meyakini ada tuhan selain Allah swt.

وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ عُزَيۡرٌ ٱبۡنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ ٱللَّهِۖ ذَٰلِكَ قَوۡلُهُم بِأَفۡوَٰهِهِمۡۖ يُضَٰهِئُونَ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُۖ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ  ٣٠

Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah“. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? (QS. at-Taubah [9] : 30).

Padahal yang haqq itu adalah tauhid. Inilah yang diajarkan para Nabi sejak awal sampai Nabi Muhammad saw:

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ  ٣٦

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu“. Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. an-Nahl [16] : 36).

فَذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمُ ٱلۡحَقُّۖ فَمَاذَا بَعۡدَ ٱلۡحَقِّ إِلَّا ٱلضَّلَٰلُۖ فَأَنَّىٰ تُصۡرَفُونَ  ٣٢

Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Yunus [10] : 32).

Apa yang dikatakan Nabi saw di atas tentang jaminan bangsa Arab dan non-Arab akan ikut tunduk pada agama tauhid merujuk pada janji Allah swt sendiri dalam al-Qur`an. Di samping pengakuan suku-suku Arab sendiri, yakni jika yang mengaku Nabi itu sudah menang atas kaumnya sendiri; Quraisy, sebagai kaum panutan di tanah Arab, maka suku-suku Arab pun akan mengikuti agama Nabi baru tersebut. Itu terbukti dengan surat an-Nashr, ketika Makkah ditaklukkan barulah semua suku dan kabilah di Arab datang berbondong-bondong masuk Islam. Janji Allah dalam al-Qur`an bahwa agama yang haqq (tauhid) akan menang di atas semua agama lainnya banyak difirmankan dalam al-Qur`an:

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ  ٣٣

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai (QS. at-Taubah [9] : 33, al-Fath [48] : 28, as-Shaff [61] : 9).

Ajaran bahwa tauhid akan menguasai dunia, diakui sendiri oleh Kaisar Romawi, Heraklius, sebagaimana disampaikan oleh Abu Sufyan ketika ia diinterogasi oleh Kaisar di Yerussalem:

فَإِنْ كَانَ مَا تَقُولُ حَقًّا فَسَيَمْلِكُ مَوْضِعَ قَدَمَيَّ هَاتَيْنِ وَقَدْ كُنْتُ أَعْلَمُ أَنَّهُ خَارِجٌ لَمْ أَكُنْ أَظُنُّ أَنَّهُ مِنْكُمْ فَلَوْ أَنِّي أَعْلَمُ أَنِّي أَخْلُصُ إِلَيْهِ لَتَجَشَّمْتُ لِقَاءَهُ وَلَوْ كُنْتُ عِنْدَهُ لَغَسَلْتُ عَنْ قَدَمِهِ

Jika yang kamu katakan benar, ia (Muhammad saw) akan menguasai tempat kedua kakiku ini. Aku sudah tahu Nabi terakhir itu akan datang tetapi aku tidak mengira ia dari kalian (bangsa Arab). Seandainya aku tahu bisa sampai kepadanya pasti aku akan memaksakan diri untuk menemuinya. Seandainya aku ada di sisinya pasti aku akan cuci kakinya.” (Shahih al-Bukhari bab kaifa kana bad`ul-wahyi ila Rasulillah saw no. 7).

Pada zaman Nabi saw kekuasaan terbesar dunia ada di Romawi dan Persia. Kedua-duanya berhasil ditundukkan oleh kaum muslimin. Kejayaan Islam dengan luasnya wilayah kekuasaan terus berlangsung sampai Kesultanan Turki kalah di Perang Dunia I pada 1924 M. Artinya bertahan sampai 1.300 tahun lamanya.

Meski saat ini kekuasaan Islam sudah terpecah belah, sebagaimana kekuasaan kaum kuffar, tetap saja secara ajaran, filsafat, worldview, paradigma, ideologi, Islam menjadi yang terunggul di atas agama mana pun di dunia. Ketika semua agama di dunia tunduk pada sekularisme, pluralisme, dan liberalisme, Islam menjadi satu-satunya agama yang paling kokoh bertahan dari serbuan ideologi-ideologi kafir tersebut karena pondasi ajarannya sangat kuat; dinul-haqq. Ini bukti bahwa tauhid akan selalu menang di atas ajaran agama lainnya. Kekuasaan politik dan ekonomi Islam yang lemah saat ini bagian dari sunnatullah saja yang kadang ada menurunnya, sebagaimana dialami juga pada zaman Nabi saw. Akan tetapi secara ajaran, meski bagaimanapun agama yang haqq ini akan selalu menang di atas agama dan ideologi apapun di dunia. Itu sekaligus bisa menjadi modal untuk memenangkan kembali kekuasaan politik dan ekonomi Islam di dunia.

Wal-‘Llahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button