Akhlaq

Para Kekasih Nabi saw

Ada tiga orang shahabat yang memanggil Nabi saw dengan “kekasihku” dan Nabi saw pun mengiyakannya. Ketiga orang shahabat ini diberi tiga wasiat yang sama oleh Nabi saw untuk mengukuhkan kecintaannya kepada beliau. Bagi insan-insan yang mendambakan dirinya menjadi kekasih Nabi saw, ketiga wasiat Rasul saw kepada para kekasihnya tersebut pantang untuk dilewatkan.

Ketiga orang shahabat tersebut adalah Abu Hurairah, Abud-Darda` dan Abu Dzar. Ketiga-tiganya diberi wasiat yang sama oleh Nabi saw ketika beliau tahu bahwa mereka begitu mencintainya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي ﷺ بِثَلَاثٍ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

Abu Hurairah ra berkata: “Kekasihku mewasiatiku tiga hal: Shaum tiga hari setiap bulan, dua raka’at shalat Dluha, dan witir sebelum tidur.” (Shahih al-Bukhari kitab as-shaum bab shiyam ayyamil-bidl no. 1981).
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ أَوْصَانِى حَبِيبِى ﷺ بِثَلاَثٍ لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلاَةِ الضُّحَى وَبِأَنْ لاَ أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ
Abud-Darda` ra berkata: “Kekasihku mewasiatiku tiga hal yang tidak akan aku tinggalkan selama aku hidup: Shaum tiga hari setiap bulan, shalat Dluha, dan jangan tidur sehingga aku melaksanakan witir.” (Shahih Muslim kitab shalatil-musafirin bab istihbab shalatid-dluha no. 1708)
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَوْصَانِي حَبِيبِي ﷺ بِثَلَاثَةٍ لَا أَدَعُهُنَّ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى أَبَدًا: أَوْصَانِي بِصَلَاةِ الضُّحَى، وَبِالْوَتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ، وَبِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ
Abu Dzar ra berkata: “Kekasihku mewasiatiku tiga hal. Aku tidak akan meninggalkannya selama-lamanya, insya Allah. Beliau mewasiatiku shalat Dluha, witir sebelum tidur, dan shaum tiga hari setiap bulan.” (Sunan an-Nasa`i kitab as-shiyam bab shaum tsalatsah ayyam minas-syahr no. 2404)
Wasiat Nabi saw kepada ketiga shahabat di atas adalah wasiat untuk merutinkan ketiga amal di atas. Maka dari itu Abud-Darda` sampai berkata: “Tidak akan aku tinggalkan selama aku hidup.” Atau Abu Dzar sampai mengatakan: “Aku tidak akan meninggalkannya selama-lamanya, insya Allah.”
Pertama, shaum tiga hari setiap bulan.  Dalam hadits ‘Abdullah ibn ‘Umar yang berisi teguran Nabi saw kepadanya untuk tidak melakukan shaum sunat sampai setiap hari, dapat diketahui bahwa shaum tiga hari ini adalah shaum yang minimal di setiap bulannya. Maksimalnya sampai shaum Dawud. Bahkan bagi yang mampu boleh sampai setiap hari, asal berbuka di hari-hari yang diharamkan shaum (seperti izin Nabi saw kepada Hamzah ibn ‘Amr untuk shaum setiap hari sepanjang tahun dalam Shahih Muslim bab at-takhyir fis-shaum wal-fithr no. 2682. Nabi saw melarang ‘Abdullah ibn ‘Amr shaum setiap hari karena ia seorang pengantin baru yang menelantarkan istrinya siang dan malam).

عن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ لِى أَمَا يَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ خَمْسًا. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ سَبْعًا. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ تِسْعًا. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ أَحَدَ عَشَرَ. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ. فَقَالَ النَّبِىُّ ﷺ لاَ صَوْمَ فَوْقَ صَوْمِ دَاوُدَ شَطْرُ الدَّهْرِ صِيَامُ يَوْمٍ وَإِفْطَارُ يَوْمٍ

Dari ‘Abdullah ibn ‘Amr, bahwasanya Rasulullah saw berkata kepadaku: “Tidakkah cukup bagimu shaum tiga hari setiap bulan?” Aku jawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Sabda beliau: “Lima hari.” Aku jawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Sabda beliau: “Tujuh hari.” Aku jawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Sabda beliau: “Sembilan hari.” Aku jawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Sabda beliau: “Sebelas hari.” Aku jawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Sabda beliau: “Tidak ada shaum lebih dari shaum Dawud, setengah masa, shaum satu hari, buka satu hari.” (Shahih Muslim kitab as-shaum bab an-nahyi ‘an shaumid-dahr li man tadlarrara bihi no. 2798).
Mengenai waktunya, para ulama menganjurkan agar memprioritaskan ayyamul-bidl (hari-hari di mana siang dan malam terang karena bulan purnama) yakni tanggal 13, 14, 15 dari bulan kalender Hijriyyah. Ini berdasarkan hadits Abu Dzar sendiri:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنْ نَصُومَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الْبِيضَ: ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

Dari Abu Dzar, ia berkata: “Rasulullah saw memerintah kami shaum setiap bulan tiga hari pada al-bidl, yakni hari ke-13, 14, dan 15.” (Sunan an-Nasa`i bab kaifa kana yashumu tsalatsata ayyam min kulli syahr no. 2422. Dalam hadits Milhan al-Qaisi yang diriwayatkan Sunan Abi Dawud bab fi shaumits-tsalats min kulli syahr no. 2451 disebutkan bahwa shaum al-bidl tersebut sama dengan shaum sepanjang tahun, karena satu harinya dihitung 10 hari).
Meski demikian, shaum tiga hari setiap bulan tersebut boleh dilakukan pada hari-hari lainnya. Shahabat Ibn Mas’ud menyebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَصُومُ يَعْنِى مِنْ غُرَّةِ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ.

Dari ‘Abdullah (ibn Mas’ud): “Rasulullah saw shaum dari ghurrah setiap bulan tiga hari.” (Sunan Abi Dawud bab fi shaumits-tsalats min kulli syahr no. 2452).
Para ulama syarah hadits menjelaskan, maksud ghurrah itu bisa awal bulan atau tengah bulan (‘Aunul-Ma’bud bab fi shaumits-tsalats min kulli syahr). Artinya boleh diamalkan awal bulan atau tengah bulan.
Sementara Hafshah dan Ummu Salamah menjelaskan, shaum tiga hari setiap bulan itu bisa dilaksanakan satu paket dengan shaum Senin Kamis:

عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَصُومُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ وَالاِثْنَيْنِ مِنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى

Dari Hafshah, ia berkata: “Rasulullah saw shaum tiga hari setiap bulan pada hari Senin, Kamis, dan Senin pada jum’at (minggu) berikutnya.” (Sunan Abi Dawud bab fi shaumits-tsalats min kulli syahr no. 2453. Hadits Ummu Salamah diriwayatkan pada no. 2454).
Hadits-hadits di atas tidak bertentangan, sebab sebagaimana dijelaskan ‘Aisyah, Nabi saw sendiri tidak memberi batasan ketat harus pada hari apa saja shaum tiga hari tersebut diamalkan. Yang penting dalam satu bulan ada shaum tiga hari:

قَالَتْ مُعَاذَةُ الْعَدَوِيَّةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ ﷺ أَكَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَتْ نَعَمْ. فَقُلْتُ لَهَا مِنْ أَىِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ يُبَالِى مِنْ أَىِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُومُ

Mu’adzah al-‘Adawiyyah berkata, bahwasanya ia bertanya kepada ‘Aisyah, istri Nabi saw: “Apakah Rasulullah saw shaum tiga hari di setiap bulannya?” Ia menjawab: “Ya.” Aku bertanya: “Pada hari apa saja beliau shaum?” ‘Aisyah menjawab: “Beliau tidak pernah memilih khusus hari yang mana beliau shaum.” (Shahih Muslim bab istihbab shiyam tsalatsah ayyam no. 2801).
Al-Hafizh Ibn Hajar sendiri menginventarisir riwayat-riwayat yang menjelaskan shaum tiga hari ini dan ia menemukan 10 riwayat tentang hari pelaksanaannya, yaitu: Tiga hari pertama; tiga hari terakhir; mulai dari sabtu pertama, bulan berikutnya selasa pertama; kamis pertama, senin, lalu kamis; senin pertama, kamis, lalu senin; tanggal 12, 13, 14; tanggal 13, 14, 15; tanggal 1, 10, dan 20; tanggal 1, 11, 21; dan tidak boleh ditentukan. Kesimpulannya: Boleh hari dan tanggal berapa saja, tetapi yang diutamakan adalah 13, 14, 15 (Fathul-Bari bab shiyam ayyamil-bidl).
Jadi tidak harus berturut-turut tiga hari pada 13, 14, 15. Boleh pada hari apa saja. Bagi kaum perempuan yang kadang terkendala oleh datang bulan pada tanggal 13, 14, 15, atau siapa saja yang terkendala sakit atau kelelahan, bisa diganti pada hari-hari lainnya dari bulan yang sedang berjalan. Termasuk boleh melaksanakan sekaligus dengan shaum Senin Kamis bagi yang sudah rutin Senin Kamis, termasuk dengan shaum Dawud bagi yang sudah mampu shaum Dawud. Pokoknya setiap bulan ada shaum minimalnya tiga hari.
Bersambung…

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button