Ramadlan

Menyingkap Hakikat Tadarus Nabi ﷺ

Menyingkap Hakikat Tadarus Nabi ﷺ

Tadarus yang dilakukan Nabi ﷺ berdua dengan Jibril as adalah menyetorkan hafalan al-Qur`an yang sudah hafal dan dipahami. Mengapa kegiatan tadarus itu Nabi ﷺ pentingkan setiap malam sepanjang bulan Ramadlan dengan mengesampingkan kegiatan-kegiatan penting lainnya?

Kegiatan tadarus Nabi saw bersama Jibril as di bulan Ramadlan diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas, Abu Hurairah, dan Fathimah ‘alaihimus-salam. Ketiga hadits tersebut ditulis oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihnya dalam satu bab yang sama:

بَاب كَانَ جِبْرِيلُ يَعْرِضُ الْقُرْآنَ عَلَى النَّبِيِّ

Bab: Jibril menyetorkan al-Qur`an kepada Nabi saw

عَنْ فَاطِمَةَ  أَسَرَّ إِلَيَّ النَّبِيُّ ﷺ أَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ يُعَارِضُنِي بِالْقُرْآنِ كُلَّ سَنَةٍ وَإِنَّهُ عَارَضَنِي الْعَامَ مَرَّتَيْنِ وَلَا أُرَاهُ إِلَّا حَضَرَ أَجَلِي

Dari Fathimah as: “Nabi saw berbisik kepadaku bahwa Jibril saling setoran al-Qur`an denganku setiap tahun (satu kali), tetapi tahun ini ia saling setoran denganku dua kali. Aku tidak memandangnya melainkan sebagai isyarat bahwa ajalku segera datang.” (Shahih al-Bukhari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw secara mu’allaq [tanpa sanad]. Yang bersanad/maushul ditulis dalam bab ‘alamatin-nubuwwah no. 3624).

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ ﷺ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ لِأَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْقُرْآنَ

Dari Ibn ‘Abbas ra, ia berkata: “Nabi saw itu orang yang paling dermawan dalam kebaikan, dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadlan karena Jibril menemuinya pada setiap malam bulan Ramadlan hingga akhir bulan. Rasulullah saw menyetorkan al-Qur`an kepadanya (Shahih al-Bukhari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw no. 4997).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ يَعْرِضُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً فَعَرَضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِي الْعَامِ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ

Dari Abu Huriarah ra ia berkata: “(Jibril) menyetorkan al-Qur`an kepada Nabi saw setiap tahun satu kali dan ia menyetorkan al-Qur`an pada tahun kewafatan Nabi saw dua kali.”  (Shahih al-Bukhari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw no. 4998).

Tiga hadits di atas memang tidak ada satu pun yang menyebutkan tadarus/mudarasah. Akan tetapi jelas, khususnya hadits Ibn ‘Abbas ra, dalam riwayat lain disebutkan redaksi tadarus/mudarasah-nya.

وَكَانَ جِبْرِيْلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

Jibril menemuinya pada setiap malam bulan Ramadlan untuk memudarasah al-Qur`an kepadanya (Shahih al-Bukhari bab kaifa kana bad’u al-wahyi ila Rasulillah no. 6).

Baik Ibn Manzhur dalam Lisanul-‘Arab ataupun ar-Raghib al-Ashfahani dalam Mufradat al-Qur`an sama-sama menjelaskan bahwa makna asal tadarus/mudarasah itu adalah menghapus tulisan, maksudnya menghafal dan menjaganya dalam ingatan.

دَرَسْتُ الْكِتَابَ أَدْرُسُه دَرْساً أَي ذَلَلْتُهُ بِكَثْرَةِ الْقِرَاءَةِ حَتَّى خَفَّ حِفْظُهُ عَلَيَّ

Darastu al-kitab adrusuhu-darsan: Aku menundukkannya dengan banyak membaca sampai ia ringan untuk aku hapal (Lisanul-‘Arab 6 : 79).

وَكَذَا دَرَسَ الْكِتَابُ وَدَرَسْتُ الْعِلْمَ تَنَاوَلْتُ أَثَرَهُ بِالْحِفْظِ. وَلَمَّا كَانَ تَنَاوُلُ ذَلِكَ بِمُدَاوَمَةِ الْقِرَاءَةِ عُبِّرَ عَنْ إِدَامَةِ الْقِرَاءَةِ بِالدَّرْسِ

Demikian halnya dengan “darasal-kitabu” dan “darastul-ilma”: Aku mengambil atsar (sisa/tulisan)-nya dengan menghafal. Dan karena mengambil hal itu (atsar dari kitab/ilmu) dilakukan dengan cara merutinkan membaca, maka diungkapkanlah pengertian ‘sering membaca’ itu dengan dars (ar-Raghib al-Ashfahani dalam Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur`an, hlm. 169).

Maka dari itu al-Hafizh Ibn Hajar pun menjelaskan:

…وَاسْتِحْبَاب الْإِكْثَار مِنْ الْقِرَاءَة فِي رَمَضَان وَكَوْنهَا أَفْضَل مِنْ سَائِر الْأَذْكَار، إِذْ لَوْ كَانَ الذِّكْر أَفْضَل أَوْ مُسَاوِيًا لَفَعَلاَهُ. فَإِنْ قِيلَ: الْمَقْصُود تَجْوِيد الْحِفْظ، قُلْنَا الْحِفْظ كَانَ حَاصِلاً

(Pelajaran yang dikandung oleh hadits ini adalah)…dan dianjurkan memperbanyak membaca al-Qur`an pada bulan Ramadlan. Membaca al-Qur`an ini juga lebih utama dibandingkan semua dzikir yang ada. Sebab jika dzikir lebih utama atau sederajat dengan membaca al-Qur`an, pasti Nabi saw dan Jibril akan melakukannya. Jika ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud tadarus itu adalah memperbarui hafalan, menurut pendapat kami: Hafalan itu secara otomatis akan dihasilkan (dengan memperbanyak membaca). (Fathul-Bari bab kaifa kana bad’u al-wahyi ila Rasulillah).

Al-Hafizh dalam keterangannya di atas menggarisbawahi amal tadarus sebagai satu-satunya amal yang dicontohkan Nabi saw pada malam bulan Ramadlan tanpa ada kegiatan dzikir atau ta’lim lainnya. Tentu tidak jadi bid’ah kalaupun diadakan kegiatan positif lain di luar tadarus, sebab dalil yang sebatas perbuatan tidak berarti larangan untuk menambah amal lainnya. Hanya akan menjadi salah kaprah jika kemudian kegiatan tadarus yang lebih utama malah diabaikan. Kegiatan tadarus yang dimaksud juga menurut al-Hafizh adalah menyetorkan bacaan dan hafalan secara otomatis, tanpa perlu  ada dikotomi.

Dalam hadits-hadits di atas kegiatan tadarus Nabi saw dibahasakan oleh Fathimah dengan yu’aridluni dari kata mu’aradlah yang artinya “saling menyetorkan denganku”. Maka dari itu tidak bertentangan antara keterangan dalam hadits Fathimah dan Abu Hurairah ra bahwa Jibril as menyetorkan bacaan kepada Nabi saw dan keterangan dalam hadits Ibn ‘Abbas ra bahwa Nabi saw yang menyetorkan bacaan kepada Jibril as. Artinya masing-masingnya saling membacakan al-Qur`an secara bergantian. Al-Hafizh Ibn Hajar dalam hal ini menjelaskan:

وَالْمُرَاد يَسْتَعْرِضهُ مَا أَقْرَأَهُ إِيَّاهُ… وَالْمُعَارَضَة مُفَاعَلَة مِنْ الْجَانِبَيْنِ كَأَنَّ كُلًّا مِنْهُمَا كَانَ تَارَة يَقْرَأ وَالْآخَر يَسْتَمِع

Yang dimaksud adalah meminta pemeriksaan kepadanya apa yang sudah ia bacakan kepadanya… Istilah mu’aradlah itu adalah interaksi di antara dua pihak, jadi seakan-akan masing-masing dari mereka berdua bergantian membaca dan yang lainnya menyimak (Fathul-Bari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw).

Lebih jelasnya al-Hafizh Ibn Hajar menerangkan kegiatan tadarus Nabi saw sebagai berikut:

وَيَحْتَمِل أَنَّهُ ﷺ كَانَ يُقَسِّم مَا نَزَلَ مِنْ الْقُرْآن فِي كُلّ سَنَة عَلَى لَيَالِي رَمَضَان أَجْزَاء فَيَقْرَأ كُلّ لَيْلَة جُزْءًا فِي جُزْء مِنْ اللَّيْلَة، وَالسَّبَب فِي ذَلِكَ مَا كَانَ يَشْتَغِل بِهِ فِي كُلّ لَيْلَة مِنْ سِوَى ذَلِكَ مِنْ تَهَجُّد بِالصَّلَاةِ وَمِنْ رَاحَة بَدَن وَمِنْ تَعَاهُد أَهْل، وَلَعَلَّهُ كَانَ يُعِيد ذَلِكَ الْجُزْء مِرَارًا بِحَسَبِ تَعَدُّد الْحُرُوف الْمَأْذُون فِي قِرَاءَتهَا وَلِتَسْتَوْعِب بَرَكَة الْقُرْآن جَمِيع الشَّهْر، وَلَوْلَا التَّصْرِيح بِأَنَّهُ كَانَ يَعْرِضهُ مَرَّة وَاحِدَة وَفِي السَّنَة الْأَخِيرَة عَرَضَهُ مَرَّتَيْنِ لَجَازَ أَنَّهُ كَانَ يَعْرِض جَمِيع مَا نَزَلَ عَلَيْهِ كُلّ لَيْلَة ثُمَّ يُعِيدهُ فِي بَقِيَّة اللَّيَالِي

Kemungkinannya Nabi saw membagi-bagi juz al-Qur`an yang sudah turun di sepanjang tahunnya pada beberapa malam Ramadlan, beliau membaca setiap malam satu juz di satu waktu malam hari, karena pada malam-malam selain Ramadlan beliau selalu tersibukkan oleh tahajjud shalat, istirahat, dan urusan keluarga. Kemungkinannya beliau mengulang-ulang satu juz tersebut sesuai jumlah ‘huruf’ (qira`at) yang diizinkan untuk dibaca dan agar barakah al-Qur`an memenuhi seluruh bulan. Seandainya tidak ada penegasan bahwasanya beliau menyetorkan al-Qur`an satu kali dan pada tahun terakhir (10 H) beliau menyetorkannya dua kali maka bisa saja dipahami bahwa beliau menyetorkan semua juz al-Qur`an yang sudah turun dalam satu malam, kemudian mengulanginya lagi pada malam berikutnya (Fathul-Bari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw).

Jadi yang dimaksud tadarus Nabi saw di setiap tahunnya “satu kali” dan tahun terakhir “dua kali” makna yang lebih tepatnya adalah “satu kali setoran untuk setiap surat atau juznya”, sementara pada tahun terakhir “masing-masing surat atau juznya disetorkan dua kali” sepanjang bulan Ramadlan. Kegiatan setoran hafalan al-Qur`an tersebut juga mencakup semua ragam qira`at yang diizinkan oleh Allah swt, di mana yang sampai kepada umat Islam hari ini saja semuanya ada tujuh qira`at. Maka dari itu sangat bisa dimengerti jika Nabi saw mengkhususkan waktu malam dan di sepanjang bulan Ramadlan untuk kegiatan tadarus ini karena memang memerlukan konsentrasi tinggi dan waktu yang banyak.

فَيُدَارِسهُ الْقُرْآن فَإِنَّ ظَاهِره أَنَّ كُلًّا مِنْهُمَا كَانَ يَقْرَأ عَلَى الْآخَر، وَهِيَ مُوَافَقَة لِقَوْلِهِ “يُعَارِضهُ” فَيَسْتَدْعِي ذَلِكَ زَمَانًا زَائِدًا عَلَى مَا لَوْ قَرَأَ الْوَاحِد

“Mudarasah al-Qur`an dengannya” zhahirnya masing-masing dari mereka saling membacakan kepada pasangannya, dan itu sesuai dengan pernyataan “mu’aradlah al-Qur`an”, maka tentu hal itu memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan membaca sendiri (Fathul-Bari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw).

وَفِيهِ أَنَّ لَيْل رَمَضَان أَفْضَل مِنْ نَهَاره وَأَنَّ الْمَقْصُود مِنْ التِّلَاوَة الْحُضُور وَالْفَهْم لِأَنَّ اللَّيْل مَظِنَّة ذَلِكَ لِمَا فِي النَّهَار مِنْ الشَّوَاغِل وَالْعَوَارِض الدُّنْيَوِيَّة وَالدِّينِيَّة

Hadits ini menunjukkan bahwa malam Ramadlan lebih baik dari siangnya, karena yang dimaksud membaca adalah menghayati dan memahaminya, dan malam adalah waktu yang menunjang untuk hal itu, mengingat siang banyak kesibukan dan rintangan duniawi atau agama (Fathul-Bari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw).

Semua kegiatan setoran al-Qur`an tersebut ditujukan pada surat yang sudah diturunkan dan Nabi saw sendiri sudah bisa membacanya, menghafalnya, dan memahaminya. Kegiatan tadarus tersebut adalah kegiatan muraja’ah (mengevaluasi ulang) bacaan, hafalan, serta pemahaman al-Qur`an yang sudah dikuasai.

وَفِيهِ … مُذَاكَرَة الْفَاضِل بِالْخَيْرِ وَالْعِلْم وَإِنْ كَانَ هُوَ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ ذَلِكَ لِزِيَادَةِ التَّذْكِرَة وَالِاتِّعَاظ .

Hadits ini menunjukkan bahwa mudzakarah (kegiatan saling mengingatkan) orang istimewa dalam hal kebaikan dan ilmu meskipun itu bukan sesuatu yang tidak diketahui olehnya, hal itu untuk memperkuat ingatan dan penghayatan (Fathul-Bari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw).

وَلَا يُعَارِض ذَلِكَ قَوْله تَعَالَى (سَنُقْرِئُك فَلَا تَنْسَى) … لِأَنَّ الْمَعْنَى أَنَّهُ إِذَا أَقْرَأَهُ فَلَا يَنْسَى مَا أَقْرَأَهُ، وَمِنْ جُمْلَة الْإِقْرَاء مُدَارَسَة جِبْرِيل

Dan itu tidak bertentangan dengan firman Allah ta’ala: “Kami akan membacakan kepadamu sehingga kamu tidak akan lupa”… karena maknanya apabila Dia membacakannya maka Nabi saw tidak akan lupa apa yang sudah dibacakan kepadanya itu, dan kegiatan pembacaan untuk Nabi saw itu di antaranya adalah mudarasah/tadarus Jibril (Fathul-Bari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw).

Artinya kegiatan tadarus Nabi saw dan Jibril as itu adalah satu upaya sanuqri`uka dari Allah swt untuk memperkuat jaminan Nabi saw tidak akan lupa. Nabi saw yang sudah jelas dijamin tidak akan lupa saja diperkuat jaminannya dengan kegiatan tadarus al-Qur`an, maka mengapa umatnya yang tidak ada jaminan tidak akan lupa tidak mementingkan kegiatan tadarus untuk memperkuat ingatan dan hafalannya?

Kegiatan tadarus al-Qur`an yang dilaksanakan sangat serius oleh Nabi saw ini menunjukkan perhatian besar beliau pada Ramadlan sebagai bulan al-Qur`an. Dialog antara Dawud ibn Abi Hindin dan as-Sya’bi (ulama tabi’in w. 100 H) berikut ini menegaskan hal tersebut:

وَقَدْ أَخْرَجَ أَبُو عُبَيْد مِنْ طَرِيق دَاوُدَ بْن أَبِي هِنْد قَالَ: قُلْت لِلشَّعْبِيِّ: قَوْله تَعَالَى (شَهْر رَمَضَان الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآن) أَمَا كَانَ يَنْزِل عَلَيْهِ فِي سَائِر السَّنَة؟ قَالَ: بَلَى وَلَكِنْ جِبْرِيل كَانَ يُعَارِض مَعَ النَّبِيّ ﷺ فِي رَمَضَان مَا أَنْزَلَ اللَّه فَيُحْكِم اللَّه مَا يَشَاء وَيُثْبِت مَا يَشَاء

Abu ‘Ubaid meriwayatkan dari jalan Dawud ibn Abi Hindin, ia berkata: Aku bertanya kepada as-Sya’bi tentang firman Allah ta’ala: Bulan Ramadlan yang diturunkan padanya al-Qur`an: “Bukanlah al-Qur`an turun kepada beliau sepanjang tahun?” as-Sya’bi menjawab: “Benar demikian, tetapi Jibril saling setoran al-Qur`an bersama Nabi saw pada bulan Ramadlan apa yang telah Allah turunkan, maka Allah menjelaskan apa yang Dia kehendaki dan menguatkan apa yang Dia kehendaki.” (Fathul-Bari bab kana Jibril ya’ridlul-Qur`an ‘alan-Nabiy saw)

Jawaban yang paling tepat sebenarnya yang dari Ibn ‘Abbas ra bahwa maksud al-Qur`an turun pada bulan Ramadlan di momentum lailatul-qadar itu adalah yang turun sekaligus dari Allah swt ke langit paling bawah, sementara yang turun kepada Nabi saw itu yang turun secara bertahap dari langit terbawah di sepanjang tahunnya. As-Sya’bi tentunya juga tahu tentang hal ini, tetapi beliau hendak menegaskan bahwa pemaknaan ayat tersebut di antaranya diamalkan dengan tadarus yang Nabi saw lakukan dengan Jibril as.

Semua keterangan di atas meniscayakan keseriusan dari umat Islam untuk belajar membaca al-Qur`an dengan benar sesuai standar qira`at Nabi saw kemudian menghafalnya, lalu di setiap bulan Ramadlan bermajelis tadarus untuk memperkuat dan meluruskan kembali bacaan serta hafalan al-Qur`annya tersebut. Apa yang sudah dibaca dan dihafal itu pun tentunya harus yang sudah dipahami sebagaimana jelas teruraikan dari keterangan para ulama di atas. Wal-‘Llahu a’lam bis-shawab

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button