Akhlaq

Makanan Hati

Makanan Hati – Jika tubuh memerlukan asupan makanan, maka hati pun sama membutuhkan makanan agar tetap sehat. Jika tubuh yang sehat ditandakan dengan badan yang segar dan kuat, maka hati yang sehat ditandakan dengan tenteram dan jauh dari gelisah. Jika makanan untuk tubuh adalah makanan yang menunjang kekuatan untuk badan, maka makanan hati adalah amal-amal yang menunjang hati senantiasa tenteram.

Orang-orang yang hatinya kekurangan gizi sering disebut oleh Allah swt sebagai orang-orang yang “hatinya sakit”; alladzina fi qulubihim maradl. Sebagaimana dijelaskan oleh ‘Allamah ar-Raghib al-Ashfahani, yang dimaksud “hati sakit” itu memang bukan adanya penyakit fisik dalam hati seperti kanker atau tumor, tetapi adanya penyakit batin yang menyebabkan hati dan bahkan tubuh menjadi sakit juga. Sebab akan menjadikan seseorang terhalang dari kesempurnaan dan terdorong pada hal-hal yang jelek, sebagaimana juga menimpa pada orang-orang yang terhinggapi penyakit fisik (Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur`an).

Dalam al-Qur`an setidaknya ditemukan 12 ayat yang menjelaskan profil orang-orang yang hatinya kekurangan gizi ini. Penyakit-penyakit yang menimpa hati mereka itu di antaranya: senang berbohong atau nifaq (QS. al-Baqarah [2] : 8-10), bersifat kecut dan wala (memilih berlindung) kepada orang kafir (QS. al-Ma`idah [5] : 52), bersikap bodoh dan sombong karena menghina orang beriman tertipu (QS. al-Anfal [8] : 49), menuduh al-Qur`an bersumber dari setan (QS. al-Hajj [22] : 53), menganggap janji Allah dan Rasul sebagai tipuan (QS. al-Ahzab [33] : 10), meremehkan dan menista ayat-ayat Allah (QS. at-Taubah [9] : 125), enggan taat dan dihukumi dengan hukum Allah (QS. an-Nur [24] : 50), memiliki hasrat yang sesat kepada lawan jenis (QS. al-Ahzab [33] : 32), senang membuat onar dan menyakiti muslimah (QS. al-Ahzab [33] : 60), banyak omong tanpa ada praktik nyata dan kecut karena takut mati (QS. Muhammad [47] : 20), dengki (QS. Muhammad [47] : 29), dan ragu (QS. al-Muddatstsir [74] : 31).

Dalam kategorisasi yang lain, al-Qur`an menyebut orang-orang yang hatinya sakit ini sebagai orang-orang yang jiwanya masih mendorong-dorong (ammarah) kepada kejelekan. Itu disebabkan tidak adanya rahmat Allah swt yang masuk ke dalam jiwanya:

۞وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٥٣

(Yusuf as berkata) Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu (jiwa yang kotor) itu selalu menyuruh (ammarah) kepada kejahatan, kecuali nafsu (jiwa) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Yusuf [12] : 53).

Hati yang sakitnya tidak terlalu parah disebut oleh al-Qur`an sebagai nafsu lawwamah; jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh ulama tafsir generasi salaf, ‘Ikrimah, yakni jiwa yang selalu menyesali diri atas kebaikan yang luput dan kejelekan yang diamalkan; seandainya aku melakukan ini dan itu (Tafsir Ibn Katsir QS. al-Qiyamah [75] : 1-2). Artinya, hatinya masih dekat dengan kejelekan, meski ia sudah tahu bahwa itu jelek dan salah. Firman Allah swt yang menyinggung hati lawwamah adalah:

لَآ أُقۡسِمُ بِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ ١  وَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ ٢

Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (QS. al-Qiyamah [75] : 1-2).

Sementara hati yang sehat adalah hati yang tenteram sepenuhnya. Jauh dari kegelisahan yang diakibatkan oleh amal-amal jelek, apalagi hati yang membatu dalam keburukan dan rutin dengan kebiadaban sebagaimana disinggung dalam ayat-ayat fi qulubihim maradl di atas. Hati yang sehat ini disebut dengan nafsu muthma`innah, yang sudah dipastikan akan masuk ke surga-Nya.

يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٢٧  ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ ٢٨ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي ٢٩  وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي ٣٠

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku (QS. al-Fajr [79] : 27-30).
Makanan pokok agar hati muthma`innah adalah dzikrul-‘Llah:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨

(Orang-orang yang akan diberi hidayah adalah) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (QS. ar-Ra’d [13] : 28).

Dzikrul-‘Llah (mengingat Allah) mencakup semua amal yang didasari ingat kepada Allah swt. Secara khusus istilah dzikr ini ditujukan pada amal menyebut dan memuji Allah swt secara lisan, khususnya di waktu malam. Tasbih, tahmid, istighfar, sujud, berdo’a dan shalat (QS. at-Thur [52] : 49, al-Insan [76] : 26, Al-Muzzammil [73] : 1-7, adz-Dzariyat [51] : 15-18, Ali ‘Imran [3] : 15-17, dan as-Sajdah [32] : 16) adalah amal-amal yang pokoknya. Demikian juga melantunkan bacaan al-Qur`an lewat hafalan (Al-Muzzammil [73] : 4), mengkaji dan mengamalkan kandungannya (QS. az-Zukhruf [43] : 36). Inilah makanan-makanan yang akan menyuplai gizi pada hati. Memakan “makanan hati” ini akan menjadikan hati senantiasa sehat, jauh atau bahkan bebas dari penyakit apapun. Tidak memakannya atau jarang dan hanya sesekali, akan menyebabkan hati tidak sehat dan berpenyakit. Sementara penyakit hati itu tidak akan sembuh dengan sendirinya. Jika didiamkan akan semakin bertambah penyakitnya (QS. al-Baqarah [2] : 10) dan akhirnya mati. Orang-orang seperti ini pada hakikatnya adalah mayat-mayat hidup. Mereka terlihat hidup tetapi sebenarnya sudah menjadi mayat.

۞إِنَّمَا يَسۡتَجِيبُ ٱلَّذِينَ يَسۡمَعُونَۘ وَٱلۡمَوۡتَىٰ يَبۡعَثُهُمُ ٱللَّهُ ثُمَّ إِلَيۡهِ يُرۡجَعُونَ ٣٦

Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya), akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya-lah mereka dikembalikan (QS. al-An’am [6] : 36).

إِنَّكَ لَا تُسۡمِعُ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَلَا تُسۡمِعُ ٱلصُّمَّ ٱلدُّعَآءَ إِذَا وَلَّوۡاْ مُدۡبِرِينَ ٨٠

Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang (QS. an-Naml [27] : 80. Ayat semakna QS. ar-Rum [30] : 52).

Makanan untuk hati itu adalah semua yang akan menjadikan hati semakin tenteram. Dan itu bahan bakunya adalah al-haqq yang akan mendorong jiwa selalu dalam kebenaran. Bukan dengan hal-hal yang justru bohong, penuh kepalsuan, dan hanya sandiwara belaka. Memakan “makanan” yang terbuat dari kebohongan dan kepalsuan, hanya akan mengakibatkan hati penuh dengan kebohongan, kepalsuan, kegelisahan, dan kegalauan. Makanan yang bahan bakunya kebohongan dan kepalsuan itu adalah musik, lagu, film, sinetron, humor, infotainment, dan semacamnya. Jika makanan untuk hati selalu itu atau selalu lebih banyak yang bahan bakunya diambil dari hiburan di TV, radio, tape, android, dan internet, maka jangan heran jika hati selalu tidak pernah bisa tenteram dalam ibadah dan tidak pernah nikmat dalam ketaatan.

أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٖ مِّن رَّبِّهِۦ كَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ وَٱتَّبَعُوٓاْ أَهۡوَآءَهُم ١٤

Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya? (QS. Muhammad [47] : 14)

ۡۚ وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيۡرِ هُدٗى مِّنَ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٥٠

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun (QS. al-Qashash [28] : 50).

Wal-‘Llahul-Musta’an.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button