Keluarga

Dzikir Smartphone Sebelum Tidur

Banyak penelitian menjelaskan bahwa smartphone terbukti meningkatkan stres penggunanya karena mengurangi jam tidur. Waktu malam yang seyogianya digunakan untuk istirahat dan ibadah menenangkan hati, malah diisi dengan kesibukan duniawi berselancar di dunia maya dan media sosial. Akibatnya hati lelah dengan urusan duniawi. Tidak ada lagi kesempatan barang sesaat untuk merehatkan diri bangun malam shalat tahajjud, dzikir, dan istighfar. Bahkan untuk sekedar shalat shubuh di awal waktunya pun menjadi selalu tidak sempat.  

Padahal resep yang diberikan Allah swt agar di setiap kesulitan selalu ada kemudahan adalah sempatkan waktu untuk merehatkan hati guna mencurahkan segala pengharapan kepada-Nya di waktu malam:

فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا ٥ إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا ٦  فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ ٧  وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب ٨

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari urusan dunia), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (ibadah), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (QS. al-Insyirah [94] : 5-8).
Al-Hafizh Ibn Katsir menjelaskan maksud ayat-ayat di atas sebagai berikut: “Firman Allah: {Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (ibadah), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap} maksudnya: Apabila kamu telah selesai dari kesibukan dunia, maka bersungguh-sungguhlah dalam ibadah, kerjakanlah dengan bersemangat, ikhlashkanlah niat dan pengharapan kepada Rabbmu.” Al-Hafizh kemudian mengutip atsar dari Ibn Mas’ud terkait ayat di atas: “Apabila kamu selesai melaksanakan yang wajib, maka bersemangatlah dalam shalat malam.” (Tafsir Ibn Katsir).
Maka dari itu Nabi saw banyak memberikan tuntunan dzikir dari sejak sebelum tidur. Agar badan istirahat sekaligus dengan hatinya, dan agar hati tidak abai dari dzikrullah selepas tidur di waktu malamnya. Sebab pada waktu malam itulah saat-saat yang paling tepat untuk mencurahkan dzikrullah. Allah swt dalam hal ini mengingatkan:

 إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيۡلِ هِيَ أَشَدُّ وَطۡ‍ٔٗا وَأَقۡوَمُ قِيلًا ٦ إِنَّ لَكَ فِي ٱلنَّهَارِ سَبۡحٗا طَوِيلٗا ٧  وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَيۡهِ تَبۡتِيلٗا ٨

Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan (QS. al-Muzzammil [73] : 6-8).
Dzikir-dzikir sebelum tidur yang diajarkan Rasul saw cukup banyak, di antaranya:

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Dari Hudzaifah, ia berkata: Nabi saw apabila hendak tidur mengucapkan: Dengan nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup. Dan apabila bangun tidur beliau mengucapkan: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah mematikan kami, dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan (Shahih al-Bukhari kitab ad-da’awat bab ma yaqulu idza ashbaha no. 6324).
Catatan: Terdapat variasi lafazh dzikir yang seperti di atas: بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا (al-Bukhari 6312), اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا (al-Bukhari 6314, 6325), اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَحْيَا وَأَمُوتُ (al-Bukhari 7394), بِاسْمِكَ نَمُوتُ وَنَحْيَا (al-Bukhari 7395), اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَحْيَا وَبِاسْمِكَ أَمُوتُ (Muslim 7062).

بِاسْمِكَ رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ

Dengan nama-Mu Wahai Rabbku aku baringkan punggungku, dan dengan nama-Mu pula aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan diriku (mewafatkan), maka rahmatilah aku, dan jika Engkau melepaskannya (membangunkan kembali), maka jagalah sebagaimana Engkau menjaga hamba-Mu yang shalih (Shahih al-Bukhari kitab ad-da’awat bab at-ta’awwudz wal-qira`ah ‘indal-manam no. 6320).

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

Dari ‘Aisyah: “Sungguh Nabi saw apabila hendak tidur di setiap malam, menyandingkan kedua telapak tangannya lalu meniupnya, kemudian membaca pada kedua telapak tangannya itu (surat) Qul huwal-‘Llahu ahad, Qul a’udzu bi Rabbil-falaq dan Qul a’udzu bi Rabbin-nas. Lantas mengusapkan kedua telapak tangannya itu pada badan yang terjangkau oleh tangannya, mulai dari kepala, wajah, lalu badan. Beliau melakukan seperti itu tiga kali.” (Shahih al-Bukhari bab fadllil-mu’awwidzat no. 5017).

عَنْ عَلِيٍّ أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهِمَا السَّلَام شَكَتْ مَا تَلْقَى فِي يَدِهَا مِنْ الرَّحَى فَأَتَتْ النَّبِيَّ ﷺ تَسْأَلُهُ خَادِمًا فَلَمْ تَجِدْهُ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لِعَائِشَةَ فَلَمَّا جَاءَ أَخْبَرَتْهُ قَالَ فَجَاءَنَا وَقَدْ أَخَذْنَا مَضَاجِعَنَا فَذَهَبْتُ أَقُومُ فَقَالَ مَكَانَكِ فَجَلَسَ بَيْنَنَا حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ قَدَمَيْهِ عَلَى صَدْرِي فَقَالَ أَلَا أَدُلُّكُمَا عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ إِذَا أَوَيْتُمَا إِلَى فِرَاشِكُمَا أَوْ أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا فَكَبِّرَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَاحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَهَذَا خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

Dari ‘Ali, bahwasanya Fathimah mengeluh tentang tangannya yang kasar/melepuh. Ia datang kepada Nabi saw hendak meminta pembantu. Tapi Nabi saw sedang tidak ada. Ia pun memberitahukannya kepada ‘Aisyah. Setelah beliau pulang, ‘Aisyah memberitahukan pesan Fathimah. Beliau lalu datang ke rumah kami ketika kami sudah naik tempat tidur. Aku pun lalu bangun. Sabda Nabi saw: Tetap di tempatmu (Fathimah). Beliau lalu duduk di antara kami sampai aku merasakan dinginnya telapak tangan beliau di dadaku. “Maukah aku tunjukkan kepada kalian berdua yang lebih baik dari pembantu? Apabila kalian hendak tidur bertakbirlah 33 kali, bertasbihlah 33 kali, dan bertahmidlah 33 kali. Ini lebih baik bagi kalian berdua daripada pembantu.” (Shahih al-Bukhari kitab ad-da’awat bab at-takbir wat-tasbih ‘indal-manam no. 6318)
Al-Bara` ibn ‘Azib meriwayatkan sabda Nabi saw berikut:

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ثُمَّ قُلْ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ فَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَتَكَلَّمُ بِهِ

Apabila kamu hendak tidur, wudlulah seperti wudlu hendak shalat, kemudian berbaringlah ke sebelah kanan, kemudian bacalah: Ya Allah sungguh aku serahkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, penuh harap dan cemas kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan selamat dari-Mu kecuali kembali kepada-Mu. Ya Allah aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus. Jika kamu meninggal malam itu, maka kamu meninggal dalam keadaan fithrah. Jadikanlah do’a ini bacaan/ucapanmu yang terakhir (Shahih al-Bukhari kitab al-wudlu bab fadlil man bata ‘alal-wudlu no. 247).
Inilah di antara dzikir-dzikir yang disunnahkan Nabi saw untuk dipanjatkan sebelum tidur. Cukup banyak karena memang letihnya badan dan hati harus cukup ekstra diistirahatkannya. Jika sebelum tidur malah masih saja disibukkan dengan smartphone maka tidak akan ada lagi waktu yang cukup untuk mengistirahatkan badan dan hati. Akibatnya hati yang sibuk pun terbawa mimpi dan melelahkan. Hati-hati yang seperti ini tidak mungkin sempat untuk bangun malam dan menyapa-Nya di keheningan malam. Pantas saja jika semakin bertambah hari hidupnya semakin sibuk dan sibuk dengan stress yang tinggi, meski seringkali tidak dirasakannya karena hati yang kadung telah membatu. Na’udzu bil-‘Llah min dzalik.

Related Articles

Back to top button