Nabi

Bukti Kenabian Muhammad ﷺ

Nabi Muhammad ﷺ adalah al-bayyinah; seseorang yang jelas, nyata, terang benderang, diketahui, dan dikenali oleh semua penganut agama Yahudi, Kristen, dan Musyrik Arab sejak sebelum diutusnya. Mereka semua sama-sama mengetahui akan kedatangannya lengkap dengan segenap tanda-tandanya. Al-Qur`an dan hadits banyak menginformasikan fakta yang kemudian sering diingkari oleh orang-orang kafir ini.

Satu surat diabadikan namanya al-bayyinah untuk menegaskan fakta kenabian Muhammad saw yang sudah sama-sama diketahui akan datangnya oleh orang-orang kafir Ahli Kitab dan Musyrikin Arab. Bagian awal surat tersebut menyatakan dengan jelas: “Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata; (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al-Qur`an); di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus.” Artinya baik Yahudi, Kristen, atau Musyrikin Arab sama-sama sudah tahu bahwa sebelum ada Nabi terakhir mereka akan tetap dalam agama mereka, tetapi jika sudah datang mereka akan sama-sama menjadi pengikutnya. Namun faktanya: “Dan tidaklah berpecah belah orang-orang Ahli Kitab melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.” (QS. al-Bayyinah [98] : 1-4). Maksudnya ada yang beriman, ada yang kafir.

Surat al-Baqarah dan al-An’am menggambarkan bahwa orang-orang Ahli Kitab secara khusus mengenal Nabi Muhammad saw seperti mengenal anak mereka sendiri. Tidak mungkin salah atau tertukar. Hanya mereka sengaja saja menyembunyikan fakta kebenaran ini meskipun mereka tahu bahwa itu adalah benar.

ٱلَّذِينَ ءَاتَيۡنَٰهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ يَعۡرِفُونَهُۥ كَمَا يَعۡرِفُونَ أَبۡنَآءَهُمۡۖ وَإِنَّ فَرِيقٗا مِّنۡهُمۡ لَيَكۡتُمُونَ ٱلۡحَقَّ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ  ١٤٦

Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil yakni Yahudi dan Nasrani) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui (QS. al-Baqarah [2] : 146. Ayat serupa ada dalam QS. al-An’am [6] : 20 tetapi dengan menyatakan bahwa mereka merugikan diri sendiri).

Imam al-Qurthubi meriwayatkan:

وَيُرْوَى أَنَّ عُمَرَ قَالَ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ: أَتَعْرِفُ مُحَمَّدًا ﷺ كَمَا تَعْرِفُ وَلَدَكَ ابْنَكَ، قَالَ: نَعَمْ وَأَكْثَرَ، نَزَلَ الْأَمِينُ مِنَ السَّمَاءِ عَلَى الْأَمِينِ، فِي الْأَرْضِ بِنَعْتِهِ فَعَرَفْتُهُ، وَإِنِّي لَا أَدْرِي مَا كَانَ مِنْ أَمْرِهِ.

Diriwayatkan bahwa ‘Umar pernah bertanya kepada ‘Abdullah ibn Salam (ulama Yahudi yang masuk Islam): “Apakah kamu mengenali Muhammad saw sebagaimana mengenali anakmu sendiri?” Ia menjawab: “Ya, bahkan lebih. Yang amanah di langit turun kepada yang amanah di bumi dengan sifatnya sehingga aku mengenalinya. Padahal sungguh semula aku tidak mengenali perihalnya.” (Tafsir Ibn Katsir).

Jauh sebelum ‘Abdullah ibn Salam masuk Islam di Madinah, sejak di Makkah juga sudah banyak penganut Yahudi dan Kristen yang menjelaskan kebenaran Nabi Muhammad saw sebelum dan sesudah diutusnya beliau oleh Allah swt. Seperti tampak dalam penuturan Waraqah ibn Naufal, Umayyah ibn Abis-Shalt, Zaid ibn ‘Amr ibn Nufail, dan bahkan Kaisar Heraklius dari Romawi. Mereka meyakini kebenaran Nabi Muhammad saw setelah banyak berdiskusi dengan tokoh agama dari Bani Israil yang menegaskan kebenaran kenabian Muhammad saw, meski sebagian dari mereka kemudian tetap memilih kafir seperti Umayyah ibn Abis-Shalt dan Kaisar Heraklius. Mengenai hal ini ayat-ayat al-Qur`an banyak menyinggungnya:

وَإِنَّهُۥ لَفِي زُبُرِ ٱلۡأَوَّلِينَ  ١٩٦ أَوَ لَمۡ يَكُن لَّهُمۡ ءَايَةً أَن أَن يَعۡلَمَهُۥ عُلَمَٰٓؤُاْ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ  ١٩٧

Dan sesungguhnya al-Qur`an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (QS. as-Syu’ara [26] : 196-197)

Catatan: Penyebutan al-Qur`an dalam kitab-kitab sebelumnya tentunya satu paket dengan Nabi Muhammad saw, karena al-Qur`an diturunkan hanya kepada Nabi terakhir; Muhammad saw.

قُلۡ أَرَءَيۡتُمۡ إِن كَانَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ وَكَفَرۡتُم بِهِۦ وَشَهِدَ شَاهِدٞ مِّنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ مِثۡلِهِۦ فَآمَنَ وَٱسۡتَكۡبَرۡتُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ  ١٠

Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al-Qur`an itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al-Qur`an lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim“. (QS. al-Ahqaf [46] : 10).

Catatan: al-Hafizh Ibn Katsir tidak bisa memastikan siapa persisnya saksi dari Bani Isra`il yang dimaksud dalam ayat di atas, berhubung tidak ada riwayat yang menjelaskannya. Meski ada banyak mufassir salaf yang menjelaskan bahwa orang yang dimaksud ‘Abdullah ibn Salam, al-Hafizh Ibn Katsir kurang sependapat, sebab ayat ini turun di Makkah jauh sebelum ‘Abdullah ibn Salam masuk Islam. Yang jelas menurut beliau ada orang dari Bani Isra`il yang menjadi saksi kebenarannya. Dengan merujuk data yang penulis sebutkan di atas, pastinya salah satu dari Bani Isra`il ada yang beriman sebagaimana disebutkan ayat tersebut. Bahkan ada banyak sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat berikutnya:

ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِيَّ ٱلۡأُمِّيَّ ٱلَّذِي يَجِدُونَهُۥ مَكۡتُوبًا عِندَهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَىٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنۡهُمۡ إِصۡرَهُمۡ وَٱلۡأَغۡلَٰلَ ٱلَّتِي كَانَتۡ عَلَيۡهِمۡۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ  ١٥٧

(Bani Isra`il yang akan mendapatkan rahmat yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar; menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk; dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur`an), mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS. al-A’raf [7] : 157).

وَإِذَا سَمِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَى ٱلرَّسُولِ تَرَىٰٓ أَعۡيُنَهُمۡ تَفِيضُ مِنَ ٱلدَّمۡعِ مِمَّا عَرَفُواْ مِنَ ٱلۡحَقِّۖ يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱكۡتُبۡنَا مَعَ ٱلشَّٰهِدِينَ  ٨٣

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad, yakni al-Qur`an), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran al-Qur`an dan kenabian Muhammad saw).” (QS. al-Ma`idah [5] : 83).

Catatan: Ayat ini ditujukan kepada para pengikut ajaran Nabi ‘Isa as yang setelah dibacakan ayat-ayat al-Qur`an mereka menangis karena meyakini kebenarannya lalu beriman. Ada riwayat yang menyebut bahwa mereka adalah Najasyi (Raja) Habasyah, Ashhimah, dan para pengikutnya ketika dibacakan ayat al-Qur`an oleh Ja’far ibn Abi Thalib. Ada riwayat juga yang menyebutkan bahwa mereka adalah para pendeta dan rahib yang diutus Najasyi ke Madinah, lalu setelah dibacakan ayat-ayat al-Qur`an mereka menangis dan bersyahadat. Imam at-Thabari sendiri menyatakan bahwa ayat ini tertuju kepada siapa saja penganut Nashrani yang kemudian bersyahadat Muhammad Rasulullah saw.

Sangat pantas jika Allah swt tegas menyatakan Yahudi dan Kristen yang tidak bersyahadat Muhammad Rasulullah saw kafir sebab kenabian beliau sudah dimaklumatkan oleh Nabi ‘Isa as kepada penganut Yahudi dan Kristen 6 abad sebelumnya.

وَإِذۡ قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُم مُّصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولٖ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِي ٱسۡمُهُۥٓ أَحۡمَدُۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٞ مُّبِينٞ  ٦

Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata” (QS. as-Shaff [61] : 6).

Nama Ahmad yang disebutkan Nabi ‘Isa as mengisyaratkan ada berbagai nama yang disematkan kepada Nabi Muhammad saw dan sudah diajarkan dari sejak dahulu. Nabi saw dalam hal ini menjelaskan:

إِنَّ لِى أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِى الَّذِى يَمْحُو اللَّهُ بِىَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِى يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَىَّ وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِى لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ

Aku mempunyai beberapa nama: (1) Aku Muhammad. (2) Aku Ahmad. (3) Aku al-Mahi (penghapus), yang Allah menghapus kekufuran denganku. (4) Aku al-Hasyir (pengumpul) yang Allah mengumpulkan manusia mengikuti langkahku. (5) Aku al-‘Aqib (penutup), yang tidak ada seorang Nabi pun sesudahku (Shahih Muslim kitab al-fadla`il bab fi asma`ihi saw no. 6251-6253; Shahih al-Bukhari kitab al-manaqib bab ma ja`a fi asma`i Rasulullah saw no. 2532).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button