Bershalawat untuk Nabi Muhammad ﷺ
Ekspresi cinta kepada Nabi Muhammad saw, di antara yang paling utamanya adalah dengan bershalawat untuknya. Shalawat ini tidak cukup sekali seumur hidup, sebab hadits-hadits banyak memerintahkan untuk mengulang-ulangnya di setiap ibadah tertentu. Ada yang wajib, ada juga yang sebatas sunat atau mustahabb (dianjurkan).
Shalawat adalah bentuk jama’ dari shalat yang arti asalnya ‘berdo’a’. Berdo’a yang dimaksud adalah ad-du’a (berdo’a), at-tabrik (memohonkan barakah), dan at-tamjid (memuliakan), demikian ar-Raghib al-Ashfahani menjelaskan dalam al-Mufradat fi Gharibil-Qur`an. Maka bershalawat untuk Nabi Muhammad saw artinya berdo’a memohonkan barakah, keselamatan, dan kemuliaan untuk Nabi Muhammad saw. Ini semua sudah sepantasnya diamalkan oleh umat manusia, sebab Allah swt saja bershalawat (memuliakan) untuk Nabi saw di langit. Demikian halnya para malaikat ikut bershalawat untuk Nabi saw. Sungguh aneh jika manusia yang lebih rendah dari Allah swt dan malaikat enggan atau malas bershalawat kepada Nabi saw:
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا ٥٦
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS. al-Ahzab [33] : 56).
Al-Hafizh Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan setidaknya ada dua belas tempat/waktu untuk bershalawat kepada Nabi saw, yaitu: (1) Sesudah membaca salam (as-salamu ‘alaika ayyuhan-Nabiy… dan as-salamu ‘alaina…) dan syahadat dalam duduk tasyahhud shalat, baik tasyahhud awwal atau akhir. (2) Dalam setiap dzikir dan do’a, khususnya dzikir dan do’a di akhir malam. (3) Setiap kali menyebut Nabi Muhammad saw. (4) Di setiap majelis acara/kegiatan. (5) Setelah mendengar dan menjawab adzan. (6) Setiap masuk dan keluar masjid. (7) Dalam bacaan shalat jenazah. (8) Di sela-sela takbir dalam shalat ‘id. (9) Penutup setiap do’a, terutama qunut witir. (10) Memperbanyaknya secara khusus pada malam dan hari Jum’at, terutama dalam khutbah Jum’at. (11) Ketika ziyarah ke makam Nabi Muhammad saw. (12) Di setiap kali menulis Nabi saw.
Pahala shalawat adalah shalawat (barakah dan kemuliaan) 10 kali lipat bagi yang mengucapkannya. Maka dari itu, meski shalawat ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, pada hakikatnya itu juga do’a untuk para pengucapnya sendiri. Nabi saw bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
Siapa yang shalawat untukku satu kali, maka Allah pasti memberikan shalawat untuknya 10 kali lipat (Shahih Muslim bab as-shalat ‘alan-Nabiy ba’dat-tasyahhud no. 939).
Mengingat besarnya pahala shalawat, maka Nabi saw menganjurkan umatnya untuk memperbanyak shalawat kepadanya, di antaranya pada tempat/waktu yang sudah dirinci di atas. Sehingga konsekuensinya siapa yang paling banyak shalawatnya, maka ia yang paling dekat kedudukannya dengan Nabi saw pada hari kiamat nanti, karena memang paling banyak pahalanya.
أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ القِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
Orang yang paling dekat kepadaku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat untukku (Sunan at-Tirmidzi bab ma ja`a fi fadlis-shalat ‘alan-Nabiy no. 484; Shahih Ibn Hibban dzikr al-bayan bi anna aqraban-nas fil-qiyamah no. 911. Imam at-Tirmidzi menilai hasan shahih. Ibn Hibban menilainya shahih. Ibn Hajar menyetujui penilaian shahih dan hasan dalam Bulughul-Maram no. 1583 dan Fathul-Bari bab as-shalat ‘alan-Nabiy. Sebab meski ada rawi Musa ibn Ya’qub az-Zam’i yang shaduq sayyi`ul-hifzhi; jujur tetapi jelek ingatannya dan ‘Abdullah ibn Kaisan az-Zuhri yang maqbul; diterima jika ada yang menguatkan, faktanya hadits ini dikuatkan oleh hadits Abu Umamah riwayat al-Baihaqi tentang memperbanyak shalawat hari Jum’at yang akan dibahas. Syaikh al-Albani juga menilainya hasan li ghairihi dalam ta’liq at-Targhib wat-Tarhib).
Berikut ini akan diuraikan tempat-tempat dan waktu-waktu shalawat sebagaiana sudah disinggung di atas:
Pertama, shalawat selepas membaca salam (as-salamu ‘alaika ayyuhan-Nabiy… dan as-salamu ‘alaina…) dan syahadat (asyhadu al la…) pada duduk tasyahhud awal dan akhir. Bacaan shalawat pada kesempatan ini banyak riwayatnya, di antaranya:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Ya Allah anugerahkanlah selalu shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau menganugerahkan shalawat kepada keluarga Ibrahim. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberkahi keluarga Ibrahim, di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mahamulia (Hadits Abu Mas’ud al-Anshari dalam Shahih Muslim bab as-shalat ‘alan-Nabiy ba’dat-tasyahhud no. 934).
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(Hadits Ka’ab ibn ‘Ujrah dalam Shahih al-Bukhari bab qaulil-‘Llah ta’ala wa-ttakhadzal-‘Llah Ibrahim khalilan no. 3370. Dalam riwayat bab as-shalat ‘alan-Nabiy no. 6357 tidak disebutkan bacaan ‘ala Ibrahim sebelum wa ‘ala ali Ibrahim. Jadi langsung kama shallaita ‘ala ali Ibrahim. Demikian halnya untuk bacaan barakta berikutnya).
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Terjemah yang digarisbawah: “Nabi yang ummi (buta huruf).” (Hadits Abu Mas’ud al-Anshari dalam Musnad Ahmad no. 17072).
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ
Terjemah yang digarisbawah: “Hamba-Mu dan Rasul-Mu.” (Hadits Abu Sa’id al-Khudri dalam Shahih al-Bukhari bab as-shalat ‘alan-Nabiy no. 6358)
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Terjemah yang digarisbawah: “Dan kepada keluarganya, istri-istrinya, dan keturunannya.” (Hadits seorang shahabat yang mubham/tidak disebut namanya dalam Musnad Ahmad no. 23173. Rawi-rawinya tsiqat. Sanad hadits ini, yakni Abu Bakar ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm, dalam riwayat no. 23600 yang kebetulan diriwayatkan melalui Imam Malik, menerima dari ‘Amr ibn Sulaim dari shahabat Abu Humaid as-Sa’idi dengan lafazh seperti di atas tetapi tidak menyebutkan wa ‘ala ahli baitihi)
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
(Hadits Abu Humaid as-Sa’idi dalam Musnad Ahmad no. 23600)
Wal-‘Llahu a’lam.